Thursday, February 23, 2006

Travelcast untuk Mekong River Journey


Tadinya ini semacam test case (hiks gara2 gagal jadi presenter milih jadi produser ajah) tapi akhirnya saya dedikasikan podcast untuk travelling khusus Asia. Masih butuh polesan skrip dan narasi yang bagus. Ada dua episode yakni : River Mekong Journey (video) dan Monk Chatting in Luang Prabang (audio). Podcasting tentang Indonesia masih sangat terbatas. Sumber kebanyakan berupa foto2 bukan sound.

Hari ini rencananya akan dirilis lewat iTunes Music Store, jadi anda bisa mulai subscribe (insyaalah aktif besok). Balapan dengan Equinox DMD yang dibiayai Djarum saya mencoba format beda. Maklum klas indie dengan kapasitas 100 MB per bulan di libsync sebenarnya cukup banget untuk pemula seperti saya.

Pendapat dan saran ditunggu dari rekan-rekan. Ada beberapa ide contents misalnya interview, diskusi dan juga semacam Globe Trekker yang menampilkan off beaten path -jalur yang ngg biasa. Thanks for listening and watching. Enjoy !

Update 25th Feb 23:12 : ternyata saya harus bayar (lagi) untuk subscribe di iTunes. Weksss....sementara ini mencari iklan di kiptronic dulu sambil meningkatkan kualitas.

Labels: ,

Wednesday, February 22, 2006

National Wonder and UNESCO World Heritage



Pengen jalan tapi ngg dapet inspirasi. Hah...itu lagi menimpa saya. Hari ini saya browsing ke Kinokuniya sembari menjemput titipan buku seorang kawan. Saya menemukan buku 1001 Natural Wonder You Must See Before You Die karangan Michael Bright (executive producer BBC Natural History Unit). Yang saya cari tentunya Indonesia. Sebagai pembanding saya gunakan daftar Unesco World Heritage yang juga menampilkan natural site sebagai salah satu katagorinya. Hasilnya hmmm cukup mengejutkan. Dalam buku itu Indonesia dikalahkan oleh Thailand dengan cukup telak. Dengan skor 10:29 features padahal Unesco menempatkan Indonesia sebagai site terbanyak untuk wilayah Asean. Yah memang kita masih harus belajar banyak.

Tapi akhirnya saya kompilasi saja hasil keduanya untuk site Indonesia. Kebetulan saya lagi bermain dengan Google Earth BETA untuk Mac. Jadilah main-main sembari belajar geografi lagi. Berikut kompilasinya :

Indonesia Natural Wonder :
  1. Mount Merapi
  2. Gunung Rinjani
  3. Lake Toba
  4. Kerinci Seblat National Park
  5. Anak Krakatau
  6. Gunung Gede -Pangrango
  7. Gunung Agung
  8. Kawah Ijen
  9. Mount Bromo & Tengger Highlands
note : Komodo Island saya hilangkan karena masuk WH.

Indonesia World Heritage Site
  1. Borobudur Temple Compounds
  2. Komodo National Park
  3. Prambanan Temple Compounds
  4. Ujung Kulon National Park
  5. Sangiran Early Man Site
  6. Lorentz National Park
  7. Tropical Rainforest Heritage of Sumatra
Untuk file .kmz belum sempat saya upload ke website Navigasi Net. He he sayangnya Mas Buyung ngg nerima informasi luar Indonesia. Ayo kapan dibuat neh....

Labels:

Friday, February 17, 2006

Wanted : A New Adventurer ? so what lah....



DICARI PETUALANG - PETUALANG BARU
(CALON PRESENTER PROGRAM PETUALANGAN & DOKUMENTER)

PERSYARATAN :
1. Wanita, Tinggi minimum 165cm
2. Tubuh proporsional
3. Berpenampilan menarik
4. Belum menikah
5. Tidak berkacamata
6. Sehat jasmani dan rohani
7. Usia max. 25th
8. Menyukai kegiatan outdoor
9. Bisa berenang
10. Pendidikan min. D3 atau S1 sedang skripsi
11. Bersedia di kontrak min. 1 tahun
12. Berdomisili di jakarta selama masa kontrak
Ini pengumuman sebuah tv swasta tentang rekruitment "adventurer" baru. Dilihat persyaratan2 diatas saya ini bisa masuk ngg ya ???
  1. Horeee jadi ini untuk wanita doang ! saya bisa neh tapi dengan hanya 155cm (seperti tertera di SIM A/C) maka dengan tragis saya sudah ditendang
  2. Tubuh proporsional, nah ini tergantung sama produser. Kenapa sih dikaitkan dengan proporsi? Maksudnya yang ngg gemuk ? ngg terlalu langsing ? Kaki panjang sebelah ? Walah gini-gini saya alhamdulillah masih okeh ....
  3. Berpenampilan menarik, hmmm lagi-lagi ini subjectif dengan selera produser (halowwww apakah para produser acara ini laki-laki ?). Yang cantik, yang bikin gemes para petualang laki-laki ? yang ingin dijadikan partner impian adventuring ? oh please.....
  4. Belum menikah. Hwa-hwa-hwa ini lebih garang lagi. Apakah si calon presenter ini akan ditampilkan dengan imej sebagai "most eligeble woman" atau pacar/suami dianggap menghalangi ? Wes dengan syarat ini saya sudah tidak ada harapan lagi..
  5. Tidak berkacamata. Hu-hu-hu saya make kacamata sejak SMP dan stigmatism. Gara-gara ini saya tidak bisa melamar pekerjaan dengan syarat mata sehat (pilot, stewardess dan sekarang hiks....pembawa acara)
  6. Sehat jasmani dan rohani. Wah klo ini jelas saya sehat, walau secara medis paru-paru saya lebih kecil dari orang normal membuat kapasitas oksigen saya tidak sebanyak orang normal. Rohani ? saya waras kan ...
  7. Usia saya menjelang 32 april ini jadi saya tersingkir.
  8. Menyukai outdoor? hmm dah jelas toh
  9. Setelah melewati masa satu tahun belajar renang saya sekarang dah bisa. Dua kali hampir tenggelam cukup menyadarkan bahwa keahlian ini amat penting. Ketika masih kecil di pantai dan ketika caving di Inggris (dan ini nyaris membuat saya nyaris mati keseret arus). Kecilnya ukuran paru2 saya menyebabkan saya tidak bisa mengambang dengan baik di air, ketambahan phobia tenggelam. Tapi belajar dari ketakutan2 itu membuat saya bertahan.
  10. Kalau S1 seh saya sudah tamat sejak dahulu kala. Jadi no problem ...
  11. Kontrak setahun? untuk berapa episode ? kejar tayang seperti sinetron?
  12. Syarat terakhir ini jelas ngg bisa saya penuhi. Di pulau kecil ini saya hanya tinggal sampai bulan April dan segera pindah lagi ke UK.
Jadi kesimpulannya : ini sama saja dengan lamaran pekerjaan lainnya untuk perempuan (sekretaris, pr atau apapun). Anda tidak dituntut menyukai dan atau tertarik di outdoor. Siapa saja bisa mengaku menyukai outdoor atau pecinta alam. Apa enaknya saya bikin program televisi sendiri ya?

Onroad Vietnam 6,5 : Gimana Baca Tiket Kereta


Sistem tiket kereta di Vietnam konon telah memakai komputer. Tetap saja masih ditemui kesemrawutan sana sini. Paling gampang adalah beli di stasiun di bagian booking for foreigners. Harga tiket untuk turis memang berlipat, tapi untuk kereta cepat seperti Reunification Train (klas SN) satu bed satu orang. Loket hanya dibuka beberapa jam sebelum kereta berangkat (untuk klas rakyat). Kalau waktunya mepet lebih baik menggunakan jasa travel agent yang tersebar dimana-mana. Pastikan mendapat tiket ditangan, bukan selembar kuitansi pembayaran. Tiket yang benar adalah seperti gambar diatas dengan ukuran 15X10cm. Saya beri angka warna merah untuk menunjukkan detail.

1. TN15 = nama kereta. Untuk klas rakyat dinamai TN sedang klas cepat adalah SN dengan nomor dibelakangnya. Nomor ganjil menuju Saigon dan nomor genap menuju Hanoi.

2. Soft Sleep = tipe tempat duduk. Untuk kereta malam biasanya ada compartment dengan tempat tidur. Soft artinya dengan kasur busa dengan 4 bed. Sedang hard sleep sebenarnya pake busa tapi tipis aja. Dua2nya diberi bantal dan selimut. Spesial kereta tipe SN, soft sleep dan hard sleep pake AC sedang yang rakyat kadang ada AC kadang pake fan.

3. Hue-Saigon = adalah rute yang dituju. Perlu diketahui nama resmi Saigon adalah Ho Chi Minh City (HCMC), namun semua orang masih menggunakan nama Sai Gon untuk berbagai hal.

4. Ngay di/Date 05/02/2006 = tanggal perjalanan. Ketika menerima tiket pastikan dengan jelas. Kalau tukang tiket ngg bisa bhs inggris, tulis di secarik kertas menunjukkan tujuan, tanggal dan jenis tempat duduk. Serahkan dan dia akan mengerti. Bahasa tulisan lebih manjur.

5. Toa/Coach 11T = nama gerbong. Sebelum naik, teliti dulu apa gerbong kereta dimulai dari nomor kecil. Nama gerbong ditulis di papan, ditempel/digantung di gerbong. Untuk kereta cepat, satu petugas menunggu di tiap gerbong sembari meneliti tiket.

6. Loai ve/Ticket Foreigner = jenis tiket. Untuk turis memang lebih mahal. Klo mau ngakali (he..he) minta dibeliin temen di Vietnam ditanggung kita dapet harga lokal. Lumayan kan…

7. Giao/Time = jam kereta berangkat. Bisa dibilang jarang ontime, tapi bukan berarti lantas datengnya molor. Minimum datang setengah jam sebelum jadual. Karena harus mencari letak peron/platform ataupun posisi ruang tunggu. Jika ada perkembangan baru biasanya diumumkan keras-keras tapi tidak dengan bahasa inggris. maka “being nuisance’ alias nanya-nanya terus.

8. Tang/Level 2 = ini level tempat tidur. Saya dapet no2 soft sleep berarti tempat tidur paling atas. Harga termahal tentulah yang paling bawah. Untuk SN ada tangga besi naik, sedang kereta rakyat cuma pake pijakan kecil di dinding. Siap2 latihan panjat dinding dah….

9. Giung/Berth 12 = nomor tempat tidur. Biasanya ada di pintu compartment lengkap dengan posisinya. Tapi untuk yang rakyat cuma ditulis pake spidol gede2 di pintu compartment.

10. Gia ve/Price 611.000 dong = harga tiket. Jangan beli tiket dengan US dollar bila perlu tukar uang dulu. Jurusan Hue-Saigon lumayan mahal maka siap2 duit cash.

Tips lainnya :
• Jika punya pengaman ransel sebaiknya dikaitkan ke tepi bed. Sebenarnya aman2 saja hanya paling sering adalah jambret ketika tidur.
• Bawa air minum banyak karena walaupun dibagi aqua tapi cuma dalam botol kecil
• Toilet lumayan bersih, ngg jorok (ups.. don’t expect too much). Bawa toilet paper/wet tissue untuk membasuh.
• Untuk kereta SN ada konter air panas gratis. Jadi klo mau bikin kopi/teh/mie sendiri juga bisa. Ada penjual resmi dorongan di kereta tapi harganya agak mencekik. Mosok kopi dihargai 10,000vnd ?
• Bawa buku/musik untuk menghibur diri. Abis lama buanget… kecuali di gerbong bertemu dengan teman mengasyikkan. Terutama dengan orang setempat, banyak cerita menarik bisa digali.

Links:
Vietnam Railways : situs resmi perusahaan kereta Vietnam lengkap dengan rute, jam dan harga (lokal).
How to travel in Vietnam by Seat61 (khusus kereta) : sebuah situs yang didedikasikan untuk pemakai kereta. Seat61 adalah nomor tempat duduk favorit kereta Eurostar yang dipakai Mark Smith seorang mantan manajer keretaapi di Inggris yang empunya web ini.

Labels: ,

Sunday, February 12, 2006

Onroad Vietnam 6 : Hue dan Tour de Beach



Kami tiba di Hue pukul 9pagi. Tadinya kami mau main taktik ngibulin penjaga kereta/ Pura-pura ketiduran pas melewati Hue. Tapi petugas lumayan ketat, tiket kami diambil dan diperiksa. Baru kemudian diberikan ketika kami akan turun plus membangunkan kami. Yah nasib...

Pertimbangan kami adalah waktu. Kalau kami terdampar di Hue satu hari saja,
konsekuensinya ngga ada waktu ngider di Saigon. Lantas kami bergegas mencari loket penjualan tiket bagian Booking and Waiting Room tak jauh dari peron. Alhamdulillah ada euy... tapi ini kereta rakyat bukannya klas super duper kencang seperti Reunification Express. Tak apalah wong dapet tiket aja wes lumayan. Kabar gembira lainnya kami dapet bed di satu2nya compartement bertempat tidur. Hebaattttt... tapi kabar buruknya kami harus berjejalan dengan 8 orang di kasur bawah. Hmm...

Kami cari penitipan ransel di seputaran stasiun. Seorang bapak mengantar kami ke Pho Café tepat di seberang peron berdekatan parkiran taksi. Sebuah warung makan/minum juga penitipan ransel dengan tarip 52,000vnd (for two) hanya untuk beberapa jam sampai kereta kami pukul 3.30pm. Di warung ini saya bisa menikmati kopi maha kental Vietnam (cha pe sua).


Porsi per pax hanyalah segelas kecil saja seharga 6,000vnd. Pertama akan disuguhi gelas dengan tambahan semacam aluminium diatasnya (tingginya separoh gelas), sebuah teko berisi air panas, juga pengaduk. Gelas saji sudah diberi susu kental manis dengan porsi yang bikin nekss. Didalam gelas aluminium tadi adalah kopi murni hasil pengolahan (fresh ground coffe) dengan air panas. Oke tunggu sampai tetesan hasil seduhan kopi turun ke gelas berisi susu. Kalau mau nambah air panas tinggal tuang ke aluminium tadi. Jangan tergoda mengaduk ketika kopi seduhan belum turun. Tunggu setetes demi setetes hingga 5 menit kemudian cha pe sua telah siap dinikmati.

Dalam beberapa detik setelah menikmati kopi ini ada sensasi wekssss antara nek dan ketagihan. Manis susu, kental kopi dan dijamin ngga bakal tidur semalaman. Saya harus segera minum air putih dua gelas untuk menetralisir sebelum detak jantung saya makin kencang (ini efek bagi orang berdarah rendah seperti saya).

Kami memutuskan berkeliling Hue dengan taksi. Si sopir mengantar ke Mausoleum of Minh Mang yang letaknya agak diluar kota. Minh Mang adalah dinasti kedua Nguyen yang lebih menyukai seni ketimbang mengurus kerajaan. Letaknya yang diluar kota memberi kesempatan kami untuk menengok kehidupan pedesaan Hue dan kehidupan nelayan seputar Perfume River. Sisa hari hami habiskan ke Citadel dengan Imperial City. Konsep bangunan kerajaan mengingatkan saya pada Yogyakarta dengan plengkung Gading dan pojok benteng. Citadel adalah sebuah wilayah kerajaan yang dibatasi dengan dinding benteng, Istananya mengikuti konsep Forbidden City di China yang menggunakan sumbu utara dan selatan.


Puas berkeliling kami mengejar kereta. Benar saja kereta kami adalah versi rakyat dengan symbol TN15. Berbondong-bondong beberapa orang saling berebutan naik. Meski sudah mendapat tiket dengan nomor tertera, ada saja yang berusaha mendapat tempat di compartment kami. Meski hanya 4 bed, tapi ternyata peraturan kereta rakyat ini menyebut bahwa 1 bed untuk 4 orang !! Beberapa orang dengan penuh selidik menanyakan 'anomali' yang terjadi pada kami, hingga sang kondektur harus menjelaskan.

Tour de Beach atau tepatnya Hue-Saigon rute ini mengasyikkan. View pesisir dan perkebunan anggur di sepanjang jalan enak dinikmati. Ruas kereta ini hampir pararel dengan jalan utama, jadi kami berbarengan dengan angkutan bis dengan rute yang sama. Bis klas rakyat biasanya ngg AC dengan muatan yang agak berlebihan. Di bagian atap bis berjejer sepeda motor yang ditali seadanya. Yang saya ngg tahan adalah kebisingan klakson. Sopir2 disana mungkin melebihi reputasi pengemudi taksi India dalam masalah membunyikan klakson.


Next : Saigon beserta summary untuk transportasi dan akomodasi

Labels: ,

Thursday, February 9, 2006

Onroad Vietnam 5 : Reunification Express


Saigon, 5th Feb 2006

Agak grogi juga meneruskan perjalanan dengan kereta api di Vietnam. Tapi kami sudah telanjur beli tiket lewat agent yang sama. Kali ini mereka memenuhi janji. Jangan ditanya berapa harga karena jelas lebih mahal dari harga yang tercantum di tiket (ngga inget sekitar 471,000 vnd). Cara ampuh untuk menghindari calo adalah beli sendiri di stasiun. Hanya perlu booking beberapa hari sebelumnya terutama pada jalur2 populer seperti Hue-Hanoi, Lao Cai-Hanoi atau Da Nang-Hue. Mendapat form dengan nomor duduk tidak menjamin tempat di kereta. Biasanya versi tiket ini ditulis dengan tangan padahal tiket yang benar adalah berupa hasil print berukuran 15x10cm (baca juga sub story ttg gimana membaca tiket kereta di Vietnam next).

Setiba di Hanoi kami diberi kamar untuk istirahat dan mandi. Di kawasan Hang Bac dan Hang Tre berderet guesthouses yang menawarkan sewa kamar setengah hari alias tidak menginap. Karena kebanyakan datang di pagi buta dan pergi di malam hari -disesuikan dengan jadwal kereta. Kami diberi kamar gratis oleh agent merangkap guesthouse. Walau sempat marah2 toh setelah refund dan permintaan maaf kami bisa tenang kembali.

Tipe guesthouse di Hanoi (Vietnam) adalah kecil memanjang dan bertingkat. Jadi semacam lorong selebar 2-3m panjang 15m dan tingkat hingga lantai 7. Untuk yang paling murah biasanya di lantai paling atas karena ngg ada elevator atau tangga darurat. Pokoknya lumayan buat melemaskan kaki...Seharian itu kami habiskan ke Van Mieu atau Temple of Literature sembari jelajah pasar-pasar tradisional. Kami kesengsem dengan penjual dengan pikulan lengkap topi petaninya. Juga beberapa galery lukisan di jalan menuju Opera Hanoi. Kalau sempat dan ada uang maka belanja kain sutra disini. Selendang biasanya dihargai US$10-14, saya seh memilih beli eskrim saja yang cuma 2000vnd di sebuah drive thru ice cream shop. Si pembeli naik motor menuju semacam garasi, trus beli dan makan disitu sembari duduk2 diatas motor.

Kereta kami adalah jurusan Hanoi-Hue sebuah kota kecil bersejarah di pertengahan jalur Hanoi-Saigon. Jalur Hanoi-Ho Chi Minh City (Saigon) ini dihubungkan dengan Reunification Express membentang antara dua kota yang dulu dipisahkan oleh perang saudara. Ada 4 kereta yang berangkat tiap harinya, semuanya dinamai dengan S diikuti nomor yaitu S1 hingga S8. Nomor ganjil adalah kereta menuju Saigon (arah selatan) sedang nomor genap adalah menuju Hanoi (arah utara). Khusus untuk S1 dan S2 adalah kereta paling cepat (34jam) sedang lainnya adalah rata-rata 40jam (bisa lebih).

Kami sengaja berhenti di Hue karena mempertimbangkan lamanya perjalanan. Terlebih sistem tiket yang membingungkan dan jawaban negative dari agent2 di Hue. Malam itu kami kebagian di compartment level atas. Kami nikmati tidur sambil berpikir keras tentang perjalanan berikutnya.

Next : naik kereta rakyat, berjejalan selama 26 jam !!!

Labels: ,

Tuesday, February 7, 2006

Onroad Vietnam 4 : Nightmare Express


Kami booking untuk Sa Pa trekking dari sebuah travel agent di kawasan Old Quarter. Sebelumnya kami diberitahu tentang kesibukan jalur kereta pada tahun baru ini. Kereta ke Sa Pa yang seharusnya soft sleeper menjadi hard sit. Malam itu ada 4 buah kereta dengan tujuan sama : Lao Cai. Ini pula yang membuat kekhawatiran tersedianya tiket balik ke Hanoi makin besar. Terlebih kami tidak dibekali tanda booking kereta. Hanya secarik kertas berlabel Sinh Café yang menyebutkan jenis trekking.

Untuk jalur balik ke Hanoi ada 3 buah kereta : 730pm, 815pm dan 21pm. Dari Sa Pa menuju Lao Cai ditempuh dengan minivan memakan waktu hampir 1 jam. Kami menunggu konfirmasi tiket hingga menit2 terakhir. Sang guide saling melempar tanggung jawab. Hingga pukul 8malam ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Ada 6 orang dari travel agent kami, lainnya walau sudah memegang pink form dan nomor tempat masih saja harus bertanya sana sini. Susahnya tidak ada papan informasi berbahasa inggris dan penjualan tiket hanya dibuka setengah jam sebelum kereta berangkat. Itupun kelas ekonomi bukannya kelas turis.

Kereta api untuk jalur Sa Pa mempunyai klas turis seperti Royal SapaTrain yang umumnya berisi compartement dengan tempat tidur keras dan lunak. Keras (hard sleeper) sebenarnya sudah lumayan karena dibekali selimut dan sprei. Hanya saja untuk satu compartment ada 6 tempat tidur kanan kiri masing-masing 3 tingkat. Untuk klas lunak (soft sleeper +AC) tiap compartment ada 4 tempat tidur. Disamping lebih leluasa juga lebih aman.

Penantian tiket kami nampaknya sia-sia karena nyaris semua penumpang sudah masuk gerbong. Hanya tinggal sekitar 10 orang yang tercecer. Kami antri di depan pintu gerbang yang membatasi peron dengan ruang tunggu. Dua penjaga pintu gerbang mulai menutup pintu. Saya sudah hampir putus asa. Kami harus tinggal sehari lagi di Lao Cai.

Guide (atau mungkin merangkap calo) mulai melancarkan rayuan terhadap penjaga. Ditunjukkan fakta bahwa kami sebenarnya punya tiket tapi tidak bisa konfirmasi. Begitu lengah lantas kami berhamburan ke atas kereta. Lolos diatas gerbong bukannya selesai. Kami dihadang manager kereta, seorang perempuan berusia 40 tahun nampak dengan tegas menolak kami masuk gerbong. Kembali tarik ulur dan ketegangan terjadi. Bahkan sang manager jelas menunjuk saya yang bermuka mirip orang Vietnam. ‘I am not Vietnamese’ saya menyahut sebelum ia bertanya. Dua orang dibelakang saya menyikut meminta masuk. Nekad lantas menerobos gerbong, tampak sang manager mulai setengah hati. Kereta melaju pelan…dalam hati kami bersyukur bisa numpang. Yakin bahwa ngg bakalan mereka menurunkan kami di tengah jalan, apalagi di kawasan pegunungan begini, tengah malam lagi.

Bergegas kami mencari tempat tidur. Dengan heran saya menyambangi compartment di gerbong itu. Mungkin hanya 60% terisi, loh kenapa mereka bilang ‘full booked?’ Seorang cewek Vietnam yang saya kenal dari Hanoi menghampiri. Ternyata kami bernasib sama dan ia meminta kami pindah ke ruangnya. Empat sekawan-dua dari Vietnam dan dua dari Australia meringkuk di satu compartement bersama dua orang penumpang bertiket. Ditambah kami jadilah 8 orang dalam satu ruang yang seharusnya untuk 6 orang.


Sang manager kereta datang lagi. Kali ini ancamannya benar2 dilancarkan. Cewek Vietnam menyatakan argument dengan jelas. Kami bengong menatap mereka saling bersitegang terkadang dengan nada tinggi. Bahkan menuding dengan hp masing-masing. Sang manager kembali menatap saya, nampaknya ia masih tidak percaya bahwa saya bukan orang Vietnam. ‘I am Indonesia 'mam, I can not speak Vietnemese’ ujar saya kali ini sama-sama dengan nada tinggi. Proses argumentasi terus berlangsung disela saling telpon antara agent dan atasan di Hanoi.

Hasilnya : kami harus bayar tiket diatas kereta sebesar 200,000vnd per orang dan agent kami di Hanoi akan mengganti. Walau kami tahu sesungguhnya harga tiket adalah sekitar 150,000vnd. Merasa senasib berenam kami kompak bahu membahu membayar karena kami kehabisan duit dong. Dua orang berusaha mencari tempat tidur nganggur, walau hasilnya hanya membawa bangku plastic mini untuk alas tidur. Empat cewek berdesakan tidur di bed paling rendah sedang lainnya tidur di atas.

Sungguh ngg bisa dimengerti gimana system ticketing kereta di Vietnam. Si cewek Vietnam yang mengaku 10th hidup di luar negaranya ini mengatakan bahwa tiket dikuasai semacam mafia. Jadi mereka membeli tiket dan menjualnya kembali kepada agent2 perjalanan dengan harga 30% lebih mahal. Pihak perusahaan KA sendiri ditengarai ikut bermain didalamnya.

Rasanya ini menjawab keganjilan2 yang kami rasakan. Kami kesulitan mendapat tiket baik kereta dan bus. Hampir semua agent yang kami hubungi menyatakan full booked, padahal senyatanya direserved oleh pihak kereta dengan mafia dibelakangnya. Ngg heran banyak tempat yang masih kosong ketika kami melihat gerbong. Sebuah system yang korup menurut kawan saya ini.

Bagaimanapun kami sampai juga di Hanoi. Tepat pukul 5 pagi pintu compartment digedor dan suara radio Vietnam terdengar di speaker. Bergegas kami berberes dan meninggalkan stasiun kereta. Dengan lega kami menyusuri jalanan Hanoi yang mulai dipenuhi pengendara motor dan para jogger. Para penjual asongan mulai menyotir koran paginya. Kami juga menyiapkan amunisi untuk memarahi agent setiba kembali di Hang Bac.

Next : Reunification Express train ....oh NOOOO naik kereta lageee ???

Labels: ,

Onroad Vietnam 3: About Hmong


Hanoi, 4th February

Jumat pagi kami trekking 14 km ke beberapa desa di sekitar Sa Pa. Rute lumayan mengasyikan dengan jalanan cenderung menuruni bukit. Semalam cuaca dingin sekali, kami perkirakan 10C diluar. Sa Pa mengingatkan saya pada pegunungan Tengger dengan penduduk aslinya.


Black Hmong adalah ethnis minoritas di Vietnam. Berbeda dengan saudar2nya di pegunungan Thailand, suku Hmong di perbatasan Vietnam mempunyai keunikan tersendiri. Mereka masih memakai pakaian tradisional, biru gelap mendekati hitam. Proses pewarnaan sendiri memerlukan waktu yang lama biasanya diletakkan di gentong besar belakang rumah. Tahun Baru atau Tet Festival dirayakan Hmong hingga seminggu lamanya. Karena itu dalam beberapa hari ini mereka berdandan dengan pakaian khas untuk pamer dan mencari pasangan. Di Kamis siang ribuan orang Hmong berbaur dengan Dzao dan Tay tumpah ruah di Sa Pa sembari berbelanja.

Wanita Hmong mencari pasangan begitu mereka melewati masa akil baliq. Jadi 13-14th adalah wajar bagi mereka. Pihak wanita melamar laki2. Sebagai penjajakan biasanya mereka saling melirik dan memberikan isyarat tubuh tertentu. Begitu tanda setuju lantas segera berduaan. Tak heran banyak sekali perempuan Hmong yang punya anak dalam usia sangat muda. Sang bayi digendong dengan kain bahkan untuk mencari pasangan baru. Tidak ada keterikatan untuk cari pacar baru, hanya komitmen yang mendasari hubungan.

Di jalan saya ketemu pasangan muda yang nampaknya saling cemburu. Sang
perempuan menangis terduduk menyembunyikan muka sambil memegang tangan sang kekasih. Mereka mungkin berusia 16tahun. Guide saya, Buen seorang perempuan black Hmong yang tangkas menjelaskan bahwa budaya ini sudah ratusan tahun diyakini suku mereka. Buen sendiri menikah usia 18th, belajar bahasa Inggris dari turis. Pekerjaannya sebagai guide adalah untuk membantu suaminya yang bekerja di sawah. Anak2 suku Hmong rupanya berjualan suvenir sebagai cara untuk belajar bahasa inggris dengan cepat. Menjadi guide adalah jaminan masa depan dan peluang yang lebih baik.

Next : nekad naik kereta tanpa tiket ke Hanoi dan bersitegang dengan manager
kereta....

Labels: ,

Onroad Vietnam 2 : Halong Bay Tanpa Nginep di Perahu

Sa Pa, Vietnam border 2rd February 2006

Kami menemukan tur Halong Bay 2D/1N sekitar US$30 bermalam di atas kapal junkung. Tapi rasanya kok pengen lebih jauh lagi. Itupun beruntung karena biasanya liburan Tet membuat semua aktivitas berhenti sampai 3 hari. Jadilah kami ke hingga Cat Ba, sebuah pulau di penghujung Halong, nyaris berbatasan laut langsung dengan Cina di teluk Tonkin. Dari Hanoi dengan minibus memakan 3 jam menuju Halong City. Di pelabuhan telah bersandar puluhan kapal jukung siap mengangkut para turis. Sekitar pukul 1130 kami berangkat dengan sebuah kapal satu tingkat. Kapal seperti ini hanya untuk membawa penumpang tanpa menginap, sedang yang lebih besar memiliki 3 tingkat lengkap dengan tempat tidur dan meja makan.

Hari itu cuaca mendung, rintik2 dan suhu cukup dingin untuk kulit tropis begini. Kami terpaksa menghabiskan dua malam di pulau Cat Ba. Seharusnya malam pertama dilewati diatas kapal, tapi berhubung kapasitas cuma 16 kami "diungsikan" ke hotel Cat Ba Harbour Inn. Sejujurnya hotel ini lebih nyaman ketimbang kapal, tapi semua orang bilang ke Halong Bay tanpa nginep di kapal rasanya seperti sate ngg pake saus kacang. Ngg berasa...


Cat Ba menemukan diri sebagai pulau baru bagi kunjungan turis Cina, Hongkong dan Taiwan. Layanan ferry langsung dan meningkatnya hotel serta kawasan resort di daerah ini bukannya membuat Cat Ba makin suram. Malah makin berbinar dengan beberapa pantai, gua dan National Park yang lumayan untuk dijelajahi. Kami mencoba trekking di Nat Park yang bisa dibilang ringan. Lumayanlah buat nglurusin kaki. Tapi pemandangan di puncak bukit adalah view kawasan Cat Ba dan limestone yang menganga. Saat sunset dinikmati dengan duduk di pelabuhan memandang ratusan rumah nelayan yang mengambang di sepanjang teluk. Rumah2 kebanyakan berwarna hijau itu adalah tempat hidup dan juga tempat memelihara ikan di keramba. Tampak seseorang menghampiri dengan sampan kecilnya. Gadis kecil berusia 11 tahun menawarkan jasa membawa kami mengelilingi rumah2 nelayan. Dengan sepatah dua patah kami setuju 30,000vnd untuk sekali jalan. Dibawanya kami ke sampan bambu yang dilapisi aspal dan cat antifouling berwarna hijau terang (cat ini untuk membuat dasar sampan bersih dari algae). Di sela suara gonggong anjing, nampak para nelayan sedang menyiapkan jaring di depan rumahnya. Seorang ibu tengah mencuci dan beberapa anak malambai tangan. Rumah tak sampai 2x3m bagi "orang perahu" rasanya sudah cukup. Galon2 warna biru sebagai pengambang berjejer dimana-mana, juga keramba untuk ikan, kerang dan siput. Sunset sore
itu indah sekali.

Pagi harinya kami tinggalkan Cat Ba menuju Halong. Kali ini cuaca sangat bersahabat, matahari bersinar terik. Keindahan karang2 limestone yang membuat Halong Bay dinobatkan sebagai salah satu World Heritage berjejer di kejauhan dengan kabut pagi yang masih menggayut. Rasanya foto2 yang pernah saya lihat mengalahkan keindahan di depan mata. Speechless dah..

Setiba kembali di Hanoi kota ini serasa berubah. Jadi luar biasa riuh setelah ditinggalkan penhuninya sehabis Tet Festival. Usaha terakhir untuk mendapat tiket kereta ke Lao Cai membuahkan hasil. Kereta malam itu sibuk sekali, kami hanya kebagian kelas ekonomi (bangku keras dari kayu). Berangkat dari Hanoi 5 jam setelah kepulangan kami dari Halong. Keretanya sendiri cukup lumayan, artinya meski deket wc tapi ngga bau. Penumpang lainpun nampak bersahabat walau kami satu2nya orang asing di gerbong. Kereta berangkat pukul 11.20pm dan tiba di Lao Cai 8.30 pagi.

Lao Cai berada hanya sekitar 3km dari perbatasan darat antara Vietnam dan China. Kota ini adalah pintu gerbang menuju Sa Pa sebuah kawasan pegunungan dengan suku2 asli. Populasi terbesar adalah Black Hmong disusul Zao , Red Zao dan Tay yang mendiami beberapa desa. Setiap akhir pekan mereka berkumpul di sebuah pasar di pusat kota Sa Pa dengan tujuan berbelanja.


Untuk Mas Puguh, makasih infonya. Kami ke Hilton ngg sengaja karena liat ada tukang cyclo (becak ala hanoi) berderetan disamping gedung. Untuk Mas Bali, Hanoi dan Saigon mempunyai daya tarik sendiri. Saya pribadi lebih menyukai Hanoi karena akses ke Halong dan Sa Pa. Juga kotanya sendiri saya nikmati benar : dari harumnya bunga2 mawar yang dijual asongan hingga baguete dan kopi super kentalnya.

*missing episode ini karena kegagalan internet di Cat Ba. Leg perjalanan dilakukan sebelum Sa Pa trekking dalam episode Onroad 3 About Hmong.

Labels: ,