Betulkah Alasan Melarang Perempuan Yang Sedang Mens Mendaki Gunung ?
Ceritaambar diantara para pendaki laki-laki ketika
mendaki tebing es di Fox Glacier, Selandia Baru. (2010)
Saya sering banget mendengar
mitos ini. Kalau lagi mens jangan naik gunung yah nanti ngg kuat. Kalau lagi
mens jangan olahraga yah nanti malah tambah sakit. Kamu itu dalam kondisi lemah seharusnya dirumah saja. Bla bla bla.
Tapi benarkah mitos ini?
Dalam tulisan sebelumnya soal ijin mendaki bagi pendaki perempuan, saya merujuk bahwa sebagai
perempuan timur banyak sekali pantangan-pantangan baik kultur dan agama. Salah
satunya ya tentang menstruasi. Banyak tempat-tempat yang dianggap suci yang melarang perempuan sedang mens. Dan ini
menjadikan salah kaprah karena hampir semua tempat lantas disucikan.
Gunung dalam budaya dan agama
kita mempunyai sejarah panjang. Sebagian masyarakat kita masih menganggap
gunung adalah tempat suci karena tertinggi secara geographis, diempunya oleh
sesuatu yang diluar kendali kita. It’s ok, tetapi bahkan masjid pun tidak
pernah melarang untuk disinggahi ketika perempuan sedang mens. Yang perlu
dijaga adalah bagaimana kita tetap menghormati tempat yang dianggap suci bagi penduduk ataupun bagi kita pribadi.
So, alasan ngg boleh naik
gunung ketika mens mungkin salah satu cara agar perempuan ngg ‘mengotori’
tempat tadi. Menurut saya ini alasan yang masih bisa diterima. Tapi kalau argument bahwa perempuan itu lemah
ketika menstruasi nah ini yang salah.
Menurut Dr. Stacy Sims disini, MSc, PhD sebenarnya 5-7 hari SEBELUM
mens adalah saat-saat paling berpengaruh terhadap perubahan hormon bagi
perempuan dan bisa berakibat menurunnya stamina. Hari-hari itu ada kenaikan hormon estrogen dan progesterone sedemikian tinggi yang bisa membuat drop volume
plasma darah (yang berarti darah mengental). Ini efeknya adalah menurunkan
total garam tubuh, sedikit menaikkan suhu badan, dan mengakibatkan kelelahan
(fatigue) di pusat syaraf. Tapi begitu mulai mens (hari 1) hingga hari ke 11 itulah saat-saat tubuh perempuan dalam kondisi prima.
“Hari-hari pertama mens
hormone estrogen dan progesterone level menurun tajam. Ini secara psikologis
tubuh perempuan hampir sama dengan kondisi seorang laki-laki, “begitu
penjelasan Dr. Sims. “Kamu bisa mencapai intensitas tinggi ketika berolahraga.
Bisa makin cepat, tahan lama dan suhu tubuhpun akan turun.”
Ok, jadi apa sih yang
mengakibatkan perempuan dianggap ‘lemah’ ketika mens. Beberapa faktor dibawah
ini mungkin membantu:
Fator 1. Sakit karena efek
samping mens. Keluhan utama perempuan ketika mens adalah cramping (Dysmenorrhea) terutama hari 1-2. Ini kondisi klinis dan bagi
sebagian perempuan dalam kondisi yang tersiksa dan mempengaruhi kinerja
seharian. So bagi pendaki perempuan yang mengalami ini siap-siaplah obat untuk
dibawa just in case kejadian disaat mendaki
Faktor 2. Ribet dan repot
karena mens. Bagi perempuan, mens dianggap saat-saat rempong banget. Kudu ganti
beberapa kali yang berarti kudu sedia tambahan logistik juga bawa-bawa
sampahnya naik dan turun. Belum lagi kudu berhenti beberapa kali sekedar ngecek apakah tembus atau tidak (yeah been there done that!). Please yah jangan buang bekas mens sembarangan, ini termasuk
sampah yang susah didaur ulang. Juga ketika kita kemping, bau anyir bisa
menarik binatang untuk mendatangi tenda. Jadi selain kudu jaga kebersihan
perempuan juga harus menjaga dari kemungkinan ada yang tertarik sama barang
kita.
Faktor 3. Adat dan budaya
setempat. Iyah ini pengaruh banget terutama gunung-gunung yang masih dianggap
suci oleh penduduk setempat. Biasanya memang ada larangan memasuki lokasi atau
harus menggunakan ijin khusus (doa khusus?). Salah satu cara ampuh untuk
meminimkan adalah ajak penduduk local menjadi guide kita.
Ok, apakah ini menghentikan
kamu untuk naik gunung? Tergantung sih. Saya beberapa kali naik gunung dalam
kondisi mens. Walau bukan hari pertama atau kedua tapi cukup ribet. So far ngga
ngaruh di performance bahkan anehnya klo pas mens tenaga jadi bertambah seperti si buny energizer. Karena itu mitos bahwa menstruasi membuat perempuan
lemah itu tidak benar sepenuhnya. So, kuncinya ketahuilah tubuh sendiri dan
bagaimana menghadapi perubahannya.
Labels: climbing, hiking, trekking, womanissue
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home