Saturday, October 27, 2007

[Ketemu sesama blogger] Oh ini toh orangnya?

Warning : terlalu banyak narsisnya.

Inilah oknum-oknum yang saya temui di Pesta Blogger. Ada yang intens diskusi ada yang cuma narsis photo2 doang. But anyway love to see you all guys!

1. Mas Rane

Sesama peserta dari Singapura ini ketemu pertama ketika ngobrol dengan blogger lainnya. Hanya say hello karena beliau meneruskan liputan untuk Radio Singapura versi Indonesia (RSI). Saya sering baca blog-nya yang bercerita tentang remeh temeh di Singapura, juga langganan podcasting radio via iTunes. Suaranya empuk dan menyenangkan. Khas penyiar deh. Orangnya ternyata juga empuk dan renyah!


2. Kawan2 Blogfam
Saya anggota murtad blogfam (hi hi ...ndaptar tapi jarang aktip). Untunglah para pembesar Blogfam enggak jitak saya. Ketemu Linda, Yaya, mbak Sibarani. Saya sampaikan salut terhadap majalah online Blogfam BZ yang menurut saya adalah terobosan menarik. Isinya juga ngga kalah dengan media cetak.




3. Kawan Makassar (sori dari Minang seperti yang diralat Kiky)
Diwakili Kiky. Halah secara kita juga ketemuan di mimbar narsis ini (empe) tapi saya dulu sering baca komennya di blog Bunda Inong dan kawan karib saya di Singapura, Hany. Katanya saya enggak seperti yang dibayangkannya. Oh mungkin lebih mirip Nila Tanzil yah *ngarep* Kiky dengan mudah saya kenalin karena photo2 terakhirnya betebaran. Seneng banget!


4. Blogger disamping kanan-kiri saya
Ah dua mas disamping saya dengan tekun mengikuti sesi pertama dengan laptopnya. Beliau ternyata bagia technical. Dan ini lucunya, salah satu langsung mengakses blog saya hanya untuk ngintip. Lah wong orangnya samping loh!
Dua blogger disamping kanan saya ternyata sangat serius blogger.

Yakni mbak Inna yang mengaku menulis blog tentang post abortion syndrome. Wow! saya yakin perbincangan tentang sesi Grup DIscussion Panel Woman Issues akan seru. Sayang saya ngga bisa ikutan, karena blog saya memang ngga bicara tentang perempuan (atau hal2 yang berkaitan dengan itu). Satunya adalah Grace Susetyo yang kelupaan ngasih blog. Please contact me if you read this!

5. Kawan2 Bahtera, Citizen Journalism
Retty langsung menuduh saya. Waduh saya ngerasa terhormat sekali. Kami ngobrol tentang citizen journalism, keterkaitan dengan mainstream media. Harry saya temui pas sesi diskusi Bridge Blog (bridge dengan menggunakan bahasa inggris untuk menjembatani audiens luar).

6. Habibie Centre officer
Mbak Kanti ketika diskusi di sesi 2. Menarik banget karena dalam panel kami diskusi cukup dalam soal bridge blog. Sayang saya enggak sempat kenalan personal, padahal pengen. Banyak yang ingin saya tanyakan terutama blog sebagai corong media riset.

7. Ndara kakung
Salah satu favorit bacaan saya. Soalnya tulisan beliau lucu dan penuh renungan. Terkadang nakal. Saya jawil sebagai bentuk hormat saya. Orangnya ramah loh, dan ngga setua yang dibayangkan. Salah besar kalau imej ndara kakung itu seperti dalam kolomnya Pak Umar Kayam di KR. Yang ini lebih glidhik ...

8. Blooger dari Global Voices dan Wikipedia.
Salah satunya Preetam Rai dari Singapura. Ternyata dulu kita pernah ketemuan di sebuah cafe di acara Singapore Blogger Conference dua tahun silam. Sekarang ia mencari orang Indonesia yang bersedia menjadi penulis untuk Global Voices. Beberapa blogger Indonesia seperti A Fatih Syuhud dan Enda adalah salah duanya. Tapi karena mereka ini super sibuk, Preetam mencari muka2 baru. Ada yang tertarik?

9. Seseorang yang mewakili negara USA.
Beliau ngga mau disebut namanya, tapi kami sharing berbagai hal. Dari kepentingan Amerika dengan membaca blog Indonesia. Oho...ia ini bisa bahasa Indonesia loh! Ia mengaku pembaca blog tapi bukan penulis blog. Ia menunjukkan rasa ingin tahu yang besar terhadap perkembangan cerita di khasanah blog (hmmm...misterius juga ya). Dari kasus Lisa Tansil, Microsoft booing etc.

10. Ibu presiden Multiplay
Iyah walaupun saya pemakai MP tapi baru kali ini bisa ketemu beliau. Orangnya bedaaa. Ngga seperti yang saya bayangkan. Ketipu deh sama photo2 yang betebaran disini. Hm tapi manis loh!

11. Pak Ong dan Nila dari Maverick. Saya pembaca Pak Ong terutama ketika ribut soal Malingsia. Tulisan beliau soal ini sangat menarik. Blognya banyak menjembatani antara Malaysia-Indonesia dari sisi yang berbeda.

11. Seseorang yang mengaku dari Microsoft SE Asia.
Orangnya agak aneh. Mobile sekali dari satu negara ke negara lain. Kami ketawa ketika cerita soal 'being a citizen of the world" Lucunya ia mengaku membawa mac computer di tasnya. Ngga kerasa saya dikelilingi mac user.

12. Siska si Kopi morning.

Kenapa gituh kita bisa ketemuan ya? aneh bi ajaib ngga ngira bisa gaprukan. Ngga janjian segala. Saya suka gaya cerita Siska yang jawani dan to the point, membuat saya senyum kecil. Sangat berkesan. Orangnya? haduh persis seperti di halaman blognya.


13. Seleb blog.
Saya hanya berhasil dengan Lisa Tanzil. Ngga sempat dengan Pak Wimar Witoelar walau pengen sekali. Juga dengan Enda, Budi Putra, Priyadi, Lita ataupun lainnya. He he he....saya memilih yang sama-sama bukan seleb aja deh

Full coverage will follow soon.






Labels: , ,

Pesta Blogger 2007 Live from Blitz Jakarta



Finally today Pesta Blogger 2007 in Jakarta held by Depkominfo, prominent organizer Maverick and Bubu also mainstream media (Kompas, Jakarta Post, O Channel), plus many sponsors Nokia, Excel.

As representatve from Singapore I really glad that I can meet with the fellow bloggers from Indonesia. It's such a wonderful time to just share many thought about the future of media.

I met Rane (fellow Singapore Blogger), Budi Putra, Blogfam, Blog Makassar. Still looking around Cah Andong and Angkringan though. Interrestingly I met american guy who doing media researcher in Pesta Blogger to see how's the trends of Blogging in Indonesia.

Labels: , ,

Friday, October 26, 2007

Ketika roda berputar

ngayawara sebelum Pesta Blogger 2007

Saya berada di Jakarta sekarang. Di sebuah ruangan yang nyaman dengan pemandangan menakjubkan. Betapa anehnya.

Delapan tahun yang lalu saya tinggal di sebuah ruang sempit kost, kawasan kumuh di sela rumah petak berdinding kayu. Sebuah kawasan yang terkenal kriminalitas. Bulan Juli atau Agustus saya tidak ingat. Saya sedang mencari visa pelajar ke negeri Inggris. Selama waktu itu saya nunut dirumah kenalan sodara disana. Sehari sebelumnya seorang perampok kambuhan ditembak, warga masih sedikit trauma. Anak2 masih tersenyum ketika menyanyikan lagu dangdut yang diadakan orkes warga setempat. Sedang untuk transport saya memakai ojek atau ngebis. Saya pernah bersumpah untuk tidak akan naik KRL lagi karena pedih melihat anak2 jalanan.

Malam ini ketika tiba di Jakarta kembali saya ingat ketika malam mengejar kereta Senja Utama ke Jogjakarta. Bedanya saat ini saya datang dengan taksi menuju tempat yang berbeda. Jauh 'beradab' dibanding delapan tahun lalu. Ah saya tersenyum perih. Bukannya membuat saya bangga tapi malah membuat saya menulis ini. Tentang berputarnya kehidupan.

Saya menaiki roda..

Orang Jawa sering bilang "aja gersulo" artinya jangan berkeluh kesah. Iyah betul saya tidak pernah menyesali tinggal di kawasan kumuh, hidup diantara kriminal ataupun memakai ojek. Itu hanya salah satu episode. Sama halnya ketika saya disini. Di tempat tidur empuk, welcome fruit di meja, steril environment saya malah teringat kisah dulu. Saya termenung.

Memang hidup itu berputar. Saya harus siap jika kembali berada di bawah.


Labels:

Friday, October 19, 2007

[Lomo effect] On top city of Taipei



Indoor Observatory deck at floor 89 Taipei 101-highest landmark in this world. Stood above 382m from the ground, Taipei 101 achieved a engineering marvel in this century. It is also has the fastest lift in the world. To get into this level only takes 32 seconds. Tickets : NT$350 to reach this level and further NT$100 to outdoor observatory.


Taken with D200 with Nikkor 10.5mm Fisheye
Exposure 1/6 sec at f/2.8, no flash, ISO 400, metering mode pattern
Edit mostly in Lightroom 1.1 and little bit in Photoshop CS2
Comments :
I did experimenting to create lomo effect (cross processed) which normally happen when using Lomo Camera Slide Film. The vignetting here produce by fish eye lens is perfect start. Next I play with :

  • yellow luminance shift
  • contrast
  • exposure
  • change point curve
  • little bit highlight
  • little bit dark tones
  • shadow split
  • then import into CS2 for watermark




Labels: , ,

Thursday, October 18, 2007

Kutipan Penuh dan Un-bridged dari wawancara KONTAN


Catatan :
Saya taruh disini untuk bisa mendapatkan 'big picture' tentang backpacking dengan lebih balance. Soalnya ada beberapa kesalahan fatal di artikel yang ditulis di Kontan. Salah satunya adalah saya berada di Jepang. Juga foto ilustrasi dari Gus Weng ditulis photo saya . Pertanyaan mulai dari kenapa saya backpacking, apa saja yang perlu disiapkan, apakah benar backpacker cewek itu selalu rewel dan juga beberapa tips agar aman jauh dari gangguan di jalan.

Enjoy!

=======================

Tabloid KONTAN per September-October 2007


1. sejak kapan mulai jadi backpacker? sejak usia berapa? kenapa pilih rute keluar negeri? berapa lama di luar negeri? bagaimana bisa pulang ke indonesia? berapa kali setahun hobi ini dilaksanakan?

Saya mulai backpacker sekitar awal 2000an ketika merantau ke Inggris untuk sekolah lagi. Waktu itu usia saya kira2 akhir 20an. Rute luar negeri saya pilih karena waktu itu Eropa sedang booming budget flight. Pas banget untuk kantong cekak klas pelajar macam saya. Ini juga membuka saya untuk jelajah sendiri di negara2 lain yang bertetangga. Alasan lainnya karena lebih independen. Saya enggak tergantung kawan lain, memilih sendiri destinasi, nyari penginapan dan melihat tempat2 menarik. DI Eropa pola backpacking ini udah bukan hal yang baru lagi, malah dianggap biasa saja. Dengan infrastruktur (alat trasnportasi, internet ) yang mudah saya bisa organisir sendiri tanpa perlu melibatkan travel agent.

Pulang ke Indo (untuk skala waktu sekarang) bisa lebih sering karena dua tahun terakhir saya tinggal di Singapura. Tergantung dengan kondisi dan juga biasanya jadwal dengan lokasi saya yang pindah2. Bisa 2X atau 3X setahun. Tapi jarang lebih dari itu.

Kalau kegiatan backpacking di Indonesia bergantung dengan berapa lama saya tinggal. Saya lebih suka tidak planning dan mengunjungi pedesaan sekitar saja. Misalnya lereng Merapi ataupun di Gunungkidul. Kalau jauh misalnya lintas pulau harus diplanning -lah dulu dan kadang saya kehilangan spontanitas karena itu.

2. apa asyiknya punya hobi seperti ini? pengalaman seru apa yang paling membekas di hati? negara mana yang paling menantang dijadikan ajang backpacking?

Backpacking itu adalah independen, freedom untuk menentukan pilihan. Ngga ada jadwal tertentu yang harus kita ikutin seperti kalau nebeng tur misalnya. Jika ikut tur, terdapat batasan waktu dan tempat membuat tidak nyaman. Suatu saat kita pengen menghabiskan ekstra waktu disebuah tempat, eh ternyata sudah dipanggil-panggil gabung dengan grup tur lagi untuk mengunjungi tempat lain. Jadi kebebasan itu yang sangat utama.

Pengalaman yang paling membekas mungkin adalah ketika berada di perbatasan Thailand, menghabiskan malam sambil bercerita dengan penduduk lokal. Ceritanya bisa dibaca disini : Christmas With Pom
http://ambarbriastuti.blogspot.com/2005/12/onroad-indochina-1-christmas-with-pom.html

Negara yang paling menantang untuk backpacking saya kira sebenarnya adalah Indonesia. Aneh ya? tapi itulah karena sangat sedikit tersedia informasi tentang Indonesia. Sayapun bisa mendapatkan referensi kebanyakan dari luar negeri yang menunjukkan tempat2 menarik dan eksotik berikut penginapan murah. Indonesia juga mempunyai permasalahan transportasi karena enggak ada jadwal yang bisa kita ikuti. Masalah tarip juga sangat menantang karena bisa berubah kapan saja, terutama jika menyangkut pihak ketiga (travel agent, calo). Indonesia mempunyai puluhan ribu pulau2 cantik yang siap dinikmati, dijelajahi dan dikembangkan sebagai eco-tourism.

3. kalau mau memulai hobi ini, apalagi untuk rute keluar negeri, apa saja yang perlu dipersiapkan? juga untuk uang dan perbekalan? misalnya saja nggak jauh-jauh: ke malaysia, apa saja tipsnya? apakah harus tergabung dalam komunitas tertentu?


Kalau mau memulai, sebenarnya pengalaman backpacking dalam negeri itu cukup membantu. Terutama masalah basic seperti membaca peta, mengenal tradisi setempat, membaca situasi dll. Backpacking dalam negeri juga memberikan pelatihan yang cukup sebagai bekal menjelajah terutama sisi confidence (kepercayaan diri), independen (membuat keputusan), dan survival (bertahan hidup).

Saya kira persiapan yang utama adalah informasi terutama destinasi, travel paper work (pasport, visa, fiskal) dan persiapan survival. Survey transportasi mana yang lebih fleksibel plus alternatifnya (plan A, B, C..), survey penginapan dan juga apa yang mau dilakukan disana. Bikin itinerary sendiri, bila perlu contek itinerary dari travel tur tapi disesuaikan dengan kemampuan kita. Sisi planning ini mengambil peran penting terutama bagi first timer. Jika sudah terbiasa, terkadang spontanitas lebih diutamakan.

Uang dan perbekalan saya kira esential tapi tidak menentukan sekali. Uang saat ini bisa berupa cash dan plastik (debit dan credit card) jadi enggak masalah. Masalah berapa uang yang kita habiskan bergantung kepada bagaimana kita menghabiskannya. Kalau spending untuk beli oleh2 yah bakalan lebih banyak habis sebelum kita selesai travel. Backpacking adalah menikmati travelling dengan cara yang beda.
Bergabung di komunitas itu sangat membantu jika kita membutuhkan informasi, kawan jalan atau menanyakan kondisi terakhir negara yang kita tuju. Komunitas Indobackpacker bersifat terbuka, artinya tidak membuat membernya harus terikat dengan kegiatan internal. Member bisa keluar dan masuk kapan saja bergantung pada tingkat kebutuhan dan kemauan untuk terus berada dalam komunitas. Itulah yang membedakan IBP dengan milis lain. Milis IBP lebih bersifat gerakan persuasif moral ke member dan membantu newbie untuk menekuni hobi baru ini.

4. apa susahnya hobi seperti ini? bagaimana kalau kita tidak menguasai bahasa asing negara setempat? bagaimanakalau negara setempat itu rasis terhadap orang luar? atau kalau kita dicurigai sebagai 'gembel'?

Susah enggaknya bergantung dari kemauan kita. Setiap hal yang baru selalu susah di awal, banyak kesalahan, frustasi, mengeluh. Tapi begitu kita jalani pasti akan ada jalan. Menurut saya yah itu tantangan backpacking. Independen dan kebebasan juga keingin tahuan. Memuaskan berpetualang. Merasakan diantara 'orang biasa' .

Bahasa setempat bukan sesuatu yang harus. Wisatawan Jepang yang ngga bisa bahasa inggris dan bahasa Indonesia bisa keliling Asia dengan selamat. Itu bergantung dari teknik survival. Hal yang harus diperhatikan adalah jangan membuat prejudice tentang apapun di negara yang kita tuju. Jangan membuat ekpektasi berlebihan. Terima saja kondisi di negara tersebut. Toilet bau, makanan payah, orang2 cuek atau rasis menurut saya adalah dinamika dari backpacking itu sendiri.

Saya enggak pernah merasa terendahkan jika dianggap gembel atau rasis. Itu salah mereka bukan saya. Mereka-lah yang berpikir bahwa orang jalan seperti saya dengan ransel, sandal jepitan dianggap ngga punya duit. Mereka yang menganggap saya orang udik karena kelihatan berkulit coklat bertampang pembantu. I don't care. Kenapa kita susah2 mikirin itu. Saya selalu ambil sisi lucunya dari itu. Malah membuat saya makin dewasa dan bijak.

5. bagaimana kita bisa merangkum semua yang kita butuhkan hanya dalam satu ransel? apa tips untuk hal itu apalagi untuk cewek?

Tergantung pada setiap individu. Apakah hair dryer perlu dibawa? apakah semua perhiasan harus dikantongi? Yah kembali ke basic kebutuhan. Apa saja yang 'perlu' dan tidak. Yang pasti ini daftar barang saya :

  • baju (baju dalam), secukupnya bila perlu sekali pakai
  • buku
  • uang (cash dan plastik)
  • hape (untuk emergency call)
  • obat2 pribadi
  • surat2 penting (paspor, visa, fiskal)
  • Alat2 kemping kalau melibatkan kegiatan outdoor
Tipsnya : bare to the basic. Ngga rewel, ngga manja dan belajar mencari substitusi.

6. kalau punya hobi ini, apakah hanya anak muda saja yang bisa karena masih punya banyak waktu luang? kalau sudah tua dikit nggak bisa ya? karena sudah punya anak/istri/suami? (kalau sudah bersuami, apkah dapat dukungan suami?)

wah saya malah mulai backpacking karena rindu kebebasan seperti jaman mudah dulu. Kebetulan ketika SMA saya mendapat teknik survival dan alam bebas dari Pecinta Alam sekolah. Ketika udah kerja dan sekolah lagi, keinginan itu malah datang lagi. Saya kira setiap orang bisa tanpa melihat faktor usia dan gender. Kebanyakan kawan2 moderator dan owner malahan udah beristri/bersuami dan punya anak. Mereka tetep semangat jalan dan menjadikan hobi ini sebagai passion. Sayapun walau sudah bersuami tetep bisa jalan baik sendiri atau dengan suami. Itu kembali ke masing2 apakah passion itu juga dipunyai pasangan kita.

7. harapan mau backpacking ke mana yang belum tercapai? kenapa pilih tempat itu?

Waduh banyak banget yang ingin saya tempuhi. Salah satunya adalah New Zealand (insayallah bulan Desember ini) karena kami hobi trekking dan walking juga kegiatan outdoor. Saya juga mimpi pengen melintasi negara Asia dengan kereta (lewat darat) melalui Trans Mongolia menuju daratan Eropa lewat Rusia. Jelajah ini sangat klasik karena sudah dilakukan pengelana sejak dahulu melalui jalan sutra menghubungkan Eropa dengan Asia. Jalur ini sudah ada ribuan tahun silam sebelum adanya jalur transportasi kereta dan udara.

8. apakah backpacker cewek lebih ribet ketimbang backpacker cowok? apakah sebaiknya hobi ini hanya untuk cowok saja mengingat resikonya bila dikerjakan cewek?

Enggak tuh, tergantung kepada kepribadiannya masing2. Saya pernah bertemu dengan cowok tapi rewelnya minta ampun, tapi saya pernah jalan dengan cewek yang enak banget. Ngga mengeluh, juga mampu mengatasi masalah dengan cepat. Cowok atau cewek bukan masalah jika menyangkut hobi. Tingkat resiko ini juga sama, bukan hanya cewek saja. Kembali lagi saya tekankan bahwa backpacking itu bukan masalah gender. Itu masalah 'will' atau keinginan/kemauan. Jika kita berpikir bisa pasti bisa.

Ada tempat2 di dunia ini yang memang kurang bersahabat untuk perempuan jalan sendiri. Tapi sebagai cewek yang penting adalah mempelajari kultur setempat. Bolehkah memakai rok pendek, baju renang, bahkan jalan sendiri di malam hari. Biasanya karena faktor keamanan ini, backpacker cewek berusaha mencari partner sejalan untuk sekedar menemani. Entah itu ketemu di kota tertentu atau melalui forum online. Jadi pengetahuan dasar tentang kultur, budaya dan agama di negara yang kita tuju penting sekali untuk memberikan background bagaimana kita menyikapi disana.

9. negara mana yang paling menakutkan untuk dijelajahi? mengapa?

Menakutkan mungkin negara yang masih sektarian. Maksudnya negara2 yang masih memandang cewek jalan sendiri itu enggak pantas. Itu termasuk Indonesia loh. Banyak sekali keluhan backpacker asing cewek terhadap Indonesia yang sering dicehkan di jalan (misalnya disuitin, dicolek atau dikerjain). Keluhan mereka ini biasanya disampaikan di forum2 backpacker dunia seperti Lonely Planet dan Rough Guide Igo Ugo.

Nah sekarang bayangin sendiri kalau kita dibegitukan di negara asing. Misalnya Malaysia. Wah bisa2 marah tuh seluruh rakyat kita. Saya sendiri jarang memandang negara itu berbahaya atau tidak. Semua bergantung pada kita si pejalan itu sendiri. Negara yang menakutkan lainnya adalah negara yang dalam situasi konflik, baik perang suku, perang sipil ataupun konflik kultural lainnya. Sebaiknya negara2 itu dihindari ataupun enggak usah dijelajahi sementara ini.

Bahaya itu bisa datang dari mana saja termasuk di negara yang aman sekalipun. Untuk menjadi backpacker, jangan beranjak dari ketakutan tapi berpikir positif dan menghilangkan prejudice terhadap tempat (atau negara sekalipun). Ketakutan semacam kejahatan atau racism hanya membuat kita gamang untuk melangkahkan kaki keluar rumah. Kedua hal itu bisa saja terjadi di sekitar kita. Ngga perlu jauh-jauh keluar negeri segala.

10. pengalaman paling tidak mengenakkan selama jadi backpacker apa?

Paling ngga enak adalah ditipu oleh orang Indonesia. Sedih rasanya. Kenapa sesama Indonesia memperlakukan sodara-nya seperti itu. Saya enggak pernah mengingat pengalaman buruk. Bagi saya pengalamn buruk itu adalah bagian dari dinamika backpacking itu sendiri. Backpacking dengan sangat mulus malah kurang berkesan rasanya. Kesulitan cari tiket, enggak bisa bahasa setempat, tersesat, ditipu orang, dimarahin orang itu biasa aja. Kita malah jadi kenal karakter dan kebudayaan setempat. Makanya membaca pengetahuan tentang negara yang akan kita kunjungi akan sangat membantu untuk survive disana.

Aturan seperti jangan memakai baju terlalu seronok di depan umum misalnya harus kita patuhi. Kalau tidak, kita akan seperti menhina nilai2 setempat. Jangan menyalahkan mereka tapi salahkan diri sendiri yang tidak peka. Ignorant (atau bersikap mengabaikan nilai2 budaya) bisa berakibat fatal.

11. hal penting apa yang sering dilupakan seorang backpacker yang fatal akibatnya?

Seperti yang saya cerita diatas, pahamilah nilai budaya setempat. Terutama daerah2 yang rawan dan masih memegang adat istiadat yang teguh. Belajar bahasa setempat juga salah satu kunci yang bisa membantu jarak kultural ini. Mungkin kita tidak sengaja melakukannya, tapi jika kita bisa menjelaskannya mungkin bisa dimaklumi.

Hal lain adalah kemampuan menjaga diri sendiri. Seperti cewek, jangan mengaharapkan orang lain, tapi percayalah pada insting perempuan. Membiasakan peka terhadap lingkungan, termasuk perlakuan orang akan sangat menolong. Jangan terlalu percaya pada bujukan, ataupun tawaran yang menggiurkan. Jangan pula memperlihatkan sebagai pejalan dengan toko berjalan. Aksesoris mahal seperti perhiasan dan alat2 elektronik jangan terlalu dipamerkan. Apalagi uang. Hal2 begini bukan saja mengundang kejahatan pada diri sendiri tapi juga mempersilakan kriminal untuk mengerjai kita.

12. bagaimana pendapat orang tua atau saudara mbak dengan hobi mbak ini? apakah mereka setuju? kalau suami?

Keluarga no problem dengan hobi ini. Dulu mungkin semasa sekolah sma dan kuliah masih diisi pesan dan nasehat. Tapi berangkat akhir kuliah dan mulai bekerja, ortu sudah mulai melepaskan. Apalagi saya sudah bisa mencukupi biaya jalan sendiri.
Suami saya penyuka jalan juga. Bahkan dari dia saya banyak sekali mendapatkan tips dan beberapa hal yang harus dipahami ketika jalan. Kami juga sering jalan bareng ke negara2 Asia yang mungkin agak jauh dari peradaban. Menjadi partner jalan yang paling menyenangkan.

13. bagaimana bisa mengatasi ketidakseragaman bahasa?

Pertama biasakan bahasa tubuh. Bahasa ini sangat universal. Setiap orang bisa mengerti bahasa tubuh seperti tersenyum dan mengangguk. Kalau dalam short term memang itu yang bisa dilakukan, tapi jika long term, belajar bahasa mereka. Walaupun sedikit akan sangat membantu terutama membangun komunikasi, menjalin keakraban. Jadi berpikir positif tentang perbedaan itu penting sekali. Jangan sampai perbedaan menjadi penghalang tapi bagaimana membuat perbedaan itu makin menarik.




Labels: ,

Wednesday, October 17, 2007

Ngga Mau Miskin, Menolak Kaya



Dulu waktu kuliah, saya malu sekali kalau ada yang nanya dimana beli baju. Dibilang jujur beli diskonan kok ndeso, dibilang beli mahal nanti dicap sombong. Aslinya memang saya pemburu barang murah.

Kebiasaan ini makin menjadi ketika mulai merantau di Inggris. Hobi saya dulu tiap minggu nyambangi car boot sale. Di pasar orang2 imigran India dan Pakistan yang ternyata berbisnis baju bekas, dicuci dan dijual lagi. Beli baju, apalagi baju hangat yang jika lewat musim jatuhnya jadi super duper murah. Tahun baru dan Christmas juga Boxing Day saya diajarin memburu diskonan. Antri di Next atau Clark. Nengok Mark&Spencer itu hanya sambil lalu saja, langsung ke pojokan khusus korting.

Termasuk attitute saya soal travelling. Nyari bis, nyari penginepan, nyari tiket budget sampe rela diusir dari perpus kampus karena nyari info di internet semalaman. Hingga tak sengaja saya jadi backpacker, jelajah Eropa dengan dana terbatas. Kalau orang jawa bilang “medhit" atau kikir. Tapi saya tolak tegas, lebih suka disebut satiti ngati-ati.

Toh penampilan kere saya ini dianggap lumrah di Inggris. Mungkin karena masyarakatnya tidak terlalu peduli dengan penampilan luar. Dan mungkin juga karena saya betul-betul kere. Mungkin iya kalau anda jalan di London, menyusuri Knightbridge, Oxford St, Bond St yang penuh desainer kondang. Tapi hey…sapa sih yang peduli. Di Singapura saya hidup juga begitu2 saja. Saya lewat Takashimaya tapi begitu didepan konter saya tertegun. Dengan satu buah tas YSL saya bisa beli external hard disk. Satu buah baju Marc Jacobs bisa beli tiket ke Kamboja, jalan kesana dan kembali dengan segudang pengalaman sangat berharga.

Tiga tahun lalu saya diminta membantu milis Indobackpacker. Milis-nya wong kere begitulah yang dibilang orang. Isinya seperti bisa ditebak adalah milis penjelajah bermodal dengkul. Dalam tiga tahun terakhir ini, model backpacking -jalan dengan murah jadi seperti trend. Saya senang, karena toh akhirnya orang bisa jujur. Bahwa kita pada hakekatnya mencari hal yang murah. Hanya gengsi, ego, aku, dignity, dan aktualisasi membuat orang ingin menunjukkan bisa membeli barang mahal. Ini loh hasil jerih payah gw, ini loh kerja level gw.


Saya akui saya bukan kere dalam artian yang sesungguhnya. Waktu itu saya hanya sedikit emosional. Saya ingin buktikan bahwa siapa saja bisa travelling, tidak harus yang orang kaya. Saya malah bangga dibilang kere. Karena itu kalau anda nengok profil saya di Blogspot saya selalu bilang : I am proud of being kere tourist.

Di Taipei ini saya sering bertemu mbak pekerja. Mereka bisa langsung curhat tentang kondisi mereka karena tahu saya memang wong ndeso. Karena mungkin merasa senasib. Lha iyah mbak wong kita ini sama-sama di rantau nyari duit aja kok nggaya. Itu kata Wati yang sebal dengan seorang mahasiswa Indonesia di Taipei yang terlihat sombong dan ehm …kaya.

Memang terlihat kaya membuat kecemburuan social, social jealousy. Orang Jawa selalu melihat kekayaan sebagai hal yang wajar. Ora pantes atau tidak pantas untuk memperlihatkan didepan umum. Wong kok ra duwe tepa selira. Maksudnya jelas, kita harus tenggang rasa dengan orang yang tidak beruntung. Lihat siapa yang ada di depan kita. Mosok ngomongin kamera DSLR dengan mbok bakul pecel.

Salah satu keuntungan terlihat kere ketika jalan adalah saya jadi gampang akrab dengan orang. Tukang taksi gelap, penjaga toko, penjual bensin, kernet angkot bahkan jagawana. Mereka ini sumber inspirasi hidup yang luar biasa. Banyak petuah dan hikmah yang saya dapatkan dari mereka. Efek lainnnya seperti karambol. Saya kadang diantar dengan gratis, diberi penginapan dan tentu memberi harga yang pantas. Ngga murah tapi juga ngga kebangeten.

Terkadang hal sederhana bisa membuat saya tercenung. Tiba-tiba saya merasa sangat beruntung. Saya masih bisa makan teratur, punya tempat menginap, punya orang yang saya cinta. Orang-orang di level ini biasanya sangat jujur jika melihat kita atau saya selevel dengan mereka.

Wah mbak gaji saya ini cukup untuk sekolah anak mbarep saya di Cilacap. Begitu kata salah satu tenaga wanita di Malaysia yang saya temani di Cengkareng. Atau cerita tukang taksi Jogja yang kebingungan ketika gempa besar. Oalah Mbak, banyak orang melambai mau bayar taksi saya ratusan ribu untuk ngungsi tapi saya tolak. Saya ini mikir keluarga saya. Gimana nasibnya.

Soal enggak enaknya terlihat kere kadang membuat saya kesal. Pernah masuk di sebuah restoran di Irlandia ketika betul2 dicuekin. Selalu dianggap pembantu ketika naksi di Singapura. Dikira Tekawe ketika di bandara Cengkareng sehingga selalu digiring ke jalur khusus. Ditolak di sebuah rumah photo ternama di Jogja ketika nanya soal tarip. Dilihat dengan sebelah mata, dilecehkan begitu saja.

Saya selalu ambil hikmah dari peristiwa diatas. Ngga mau menyalahkan orang yang masih berpikir bahwa penampilan luar itu maha penting. Saya malah terkadang ingin membalik argumen. Jangan pandang orang dari sisi luar. Kaya dan miskin itu relatif. Bergantung hanya pada jumlah nominal. Punya rumah, punya mobil, punya deposito. Pake baju desainer, pake parfum terbaik dan travelling keluar negeri. Itu yang nampak, gebyar ing mata. Jadi punya 2M dibilang kaya? Belum tentu. Jika ia punya asset segitu tapi jumlah loan (pinjaman) mortgage atau angsuran rumah melebihi itu, utang kartu kredit, maka semua orang bisa saja miskin. Semu, maya seperti asap. Bisa diraba, bisa dirasa tapi tak bisa bertahan lama.

Pernahkah kita menghitung kaya dan miskin dari sisi berbeda selain harta?






Labels: ,

Monday, October 15, 2007

I'm going to Pesta Blogger 2007 (thanks to Enda and Indra)

Pesta Blogger 2007 (Blogger Party) - Indonesia's first Nationwide Blogger Meeting will be held in Jakarta on 27 October 2007. I am fortuned to have invitation from the Committee. Only 100 bloggers will be invite personally as representative of Community Blogging or Agregate Bloggers. And another 100 will open for registering in first come first served based through web submissions.

I’d thought the ‘meeting’ will be just party or kopdar (kopi darat –or meeting in real live, not virtual), but then I have a look on their purposes. Oh yes…this would be different.

I will be in Indonesia sometimes next week until mid November for pulang kampung. Then when I knew that there are no representative from Singapore Blogger to join so I raised my hand. Indra Pramana –the admin of Planet Singapura aggregates Blogs from Indonesian living in Singapore said he would contact Enda –the chair Committee to get one seat. In the other hand I was trying register online as well. When I received email confirmation two days ago, I felt delighted.


The themes would be "Indonesia's New Voices" a bit like proclamation of emerging alternatives media. I am probably one of few believe that conventional media and blogs can works together. I met Corry Doctorow –prominent BoingBoing bloke two years ago in Singapore. We had nice discussion about how blogs became a partner rather than a rival for the current mainstream media.

Indonesia now is facing on the right direction of positive blogging. One of them is empower of ‘common’ people participated into masses of voice or opinions. There are more tunnels to speak about politics, corruptions, local governments, even technology. I would not say that there are good opinions around but again blogging is about process. We’ll see what will happen.

Thanks again for Enda and Indra.



Indonesia's Blogger agregates :
Cah Andong (Jogjanese)
Angkringan - kok ngilang?
Blogfam
Planet Terasi
Planet Singapura
Merdeka
etc

Asia Blogging Networks (ABN) if you interested about Asia's issue in whole





Labels: ,

Saturday, October 13, 2007

Kesampaian makan opor dan ketupat di Taipei



Gimana ya biar dapet ketupat gratisan di Taipei? secara kebetulan saya bertemu Timothy di lembaga bahasa Mandarin tempat saya ngangsu kawruh. Dia mengabarkan Sabtu ini ada acara halal bi halal di Kadin Indonesia di Taipei. Saya diberi ancer2 mau kesana, plus iming2 makanan tadi.

Arahnya jelas. Naik MRT turun Jiantian katanya. Deket itu loh roda putar raksasa Miramar. Ah gampang batin saya sok tahu. Ternyata oh ternyata jauuhhhh banget dari MRT Jiantan. RuiGuang Rd tepatnya didaerah distrik bisnis Taipei yang akses MRT masih susah (jalur yang kesana baru dibangun). Nyari2 eh ternyata tepat di samping NASDAQ dan Momo TV.

Tiba disana ternyata sudah penuh. Dan benarlah saya bisa menikmati ketupat dan opor, sambel goreng ati maha pedas, sayur lodeh jipang, sayur asem buncis dan rujak manis. Puassss....puasssss.....tercapai sudah.

Dan yang ngga diduga saya bisa ketemu Yuhana -mahasiswa NTU yang saya kenal lewat blogging. Saya sampaikan terimakasih karena memberikan referensi toko Indonesia. Blog-nya sangat kaya dengan informasi kecil2 yang dibutuhkan orang2 seperti saya ini. Hal sepele kadang terlupa tapi ternyata jadi bagian dari survival di rantau. Dari Yuhana saya lantas dikenalkan dengan mahasiswa lain, seperti mbak Yesi dari ITB dan juga Dian dari ITS.


Ohya Kantor Kadin di Taipei ini bertindak seperti konsuler. Ada service visa, paspor dan layanan dokumen untuk orang Indonesia maupun asing. Saya bahkan diperkenalkan dengan Pak Ferry (kalau ngga salah) sebagai kepala Kadin. Kebetulan beliau alumni Strathclyde Univ di Glasgow. Nyambunglah ngobrol tentang dinginnya Scotland.

Wah ngga merasa sendiri lagi disini.


Address :
Indonesia Economic and Trade Office to Taipei

貿

6F, No 550 Ruei Guang Road, Neihu District, Taipei 114, Taiwan, ROC
(114)台北市內湖區瑞光路550號6樓
Tel : (+886-2) 87526170
Fax : (+886-2) 87523706
E-mail: ieto@ms8.hinet.net
Website: www.kdei-taipei.org


Labels:

Tuesday, October 9, 2007

Backpacking coverages from Kontan and Tempo Mag


I was stumble upon Tempo Magazine edition No. 05/VIII/October 02-08, 2007 which I bought from Indojaya shop in Taipei. One of the article on page 14 was getting my attention. Yes it's about backpacking. The title called "Mudik Backpacker" as mudik or pulang kampung is a tradition in Indonesia when everybody back to hometown after fasting month of Ramadhan. It is a celebration albeit priceless moment that you want to spend with the whole family. Actually Tempo's coverage more likely about backpacking gear rather than review about the activities.

In it I found just little reference about www.indobackpacker.com - a website I managed in last two years. The web has been regard as a source for information about places to visit in Indonesia, tips for being backpacker and also travelogue from people around the world. It's quite sweet surprise from me after so many media made story about backpacking's trend in Indonesia.


About one week ago I've been interview by email from another media. KONTAN a business paper gave list of questions about how to backpacking in safe way. Also on the article there are great backpackers such Agustinus Wibowo and Trinity The Naked Traveller. I have been fans of those travelers as they're writing in distinctive style. Agustinus's blog most in english has journalistic side of backpacking in countries battered by conflicts. While Trinity wrote in her blog in Bahasa Indonesia which has poignant and truly entertaining stories.


Thanks for both media. Also Eid Mubarak. Selamat Hari Raya. Selamat Iedul Fitri.

Labels: ,

Konsultasi Nasib


Haiyah kok jadi ingat kolom majalah Panjebar Semangat tentang ramal meramal berdasar perwatakan jawa. Dulu ketika kecil saya kerap mengintip Kitab Primbon Betaljemur Adamakna yang dianggap sebagai daily practical rules kalau mau bikin rumah, slametan anak, mantenan dan juga ciri2 wanita idaman (..oh itu karena primbon dibuat oleh laki-laki). Iseng saja, wong bahasanya juga jawa dicampur dengan doa arab. Terasa sekali bau hindu tapi itulah hebatnya Wali Songo yang bisa meng-akulturasi budaya dan agama dengan canggihnya.

Sore itu saya jalan ke City Mall, berdampingan Main Stasiun di Taipei. Saya berhenti di kios dengan dua orang wanita duduk menghadap papan logam bertuliskan penanggalan dan huruf cina. Seorang diantaranya sedang melayani langganan sambil mengetuk-ketuk stik kayu berulang dengan komat-kamit. Sebuah bola kristal tepat didepannya. Kertas2 bersebaran. Saya penasaran.

Seorang laki-laki menghampiri. Saya tanya apa sih itu Pak. Oh ini meramal nasib katanya. Kamu bisa nanya apa aja tentang apa saja. Saya mengernyit. Saya masih mengamati proses meramal itu. Tak henti-henti wanita peramal mengetukkan stiknya. Spontan saya tanya, berapa ya pak taripnya. Oh untuk satu pertanyaan dipasang NT$100. Saya tertarik. Bukan karena ramalan itu, tapi saya ingin membandingkan fortune teller jawa dengan cina.


Sepakat, sang bapak mendampingi si peramal untuk menterjemahkan. Saya disuruh mengisi form tentang nama, umur, alamat, nomor telpon, dan nama ortu. Ah ya satu hal yang membedakan adalah soal umur. Dalam kaidah China, umur dihitung ketika lahir. Jadi begitu kita dilahirkan di dunia ini usia kita adalah 1 tahun. Makanya umur kita jadi setahun lebih tua menurut penanggalan mereka.

Usai itu saya disuruh duduk diam. Tangan diposisikan di depan peramal dengan kondisi seperti berdoa. Menit-menit berlalu. Ia memejamkan mata, mengetuk papan logam dengan jemari tangan kiri seperti menghitung. Mulutnya terus menggumam. Kadang ia meminta tambahan informasi. Sambil mengetuk ia kemudian mengucap ramalannya sedang bapak disamping menuliskannya di form yang tadi saya isi.

Agak lama, mungkin hampir delapan menitan kemudian ia berhenti. Si bapak menerangkan hasilnya. Oh saya orangnya begini, harus begitu. Jangan suka ini itu. Hati-hati kalau mau melakukan sesuatu. Saya mendengarkan saja sambil tersenyum.

Anyway saya ini orangnya skeptik kalau soal ramal meramal. Tapi duduk disitu dan mencoba diramal membuat saya percaya bahwa fortune teller dimanapun ada logika dibelakangnya. Ah manusia kan selalu ingin melihat jauh kedepan. Sembari mencoba mengakali nasib.


Labels:

Sunday, October 7, 2007

Jika kangen Indonesia

Puasa-puasa begini rasa kangen Indonesia terasa sekali. Ngga ada teriakan memanggil sahur, atau bedug maghrib pertanda buka. Apalagi saya kondisinya baru beberapa minggu nyampe di Taipei, persis dengan kejadian tahun lalu. Cuma beda tempat saja.

Salah satu pelipur biasanya mencari toko atau restorant Indonesia terdekat. Di Taipei ini informasi soal remeh temeh begini agak susah dicari di internet. Salah satu info toko adalah dari mbak Yuhana. Secara kebetulan saya menemukan toko EEC yang terletak di Lt 1 MRT Main Station. Disana saya bisa beli bumbu2 instan dan ehmm...mengintip gosip selebritis lewat tabloid.

Hari ini saya sengaja ingin mengunjungi Taipei Grand Mosque karena diinformasikan ada toko Indojaya. Benarlah saya kesana, stop di station Guting dan jalan melewati kompleks National Normal University yang penuh toko2 seni. Di jalanan saya masih menemui patahan dahan pohon bekas typhoon Sabtu kemaren.



Tokonya kecil saja. Tapi dagangannya lengkap. Dari indomie, bakso, rendang, mie goreng, kecap bango, CD karaoke hingga novel "Aku Terjebak di Taipei City" karya Dede C. Disini saya ditemani mbak Siti seorang pekerja Indonesia yang hampir dua tahun mengelana disini. Tempat ini juga jadi mangkal para pekerja seasonal yang bertemu untuk sekedar ngobrol atau saling berkabar. Temu kangen selepas ashar di masjid. Seperti halnya toko EEC di Main Station, toko Indojaya juga menerima pengiriman barang ke Indonesia. Skalanya sih ukuran bukan berat tapi besaran volume. Taripnya sekitar TWD$1100 - $1300an untuk ukuran sedang (segede TV-lah)

Saya hanya belanja bumbu dan beli majalah Tempo sebagai hiburan bacaan terutama karena cover depan tentang DN Aidit. Karena penasaran saya ingin mencari lagi toko Indonesia. Ubek di ubek saya ketemu Indojaya yang lain di MRT Main Station. Tapi yang ini ada di sebelah bawa lantai B1 di los P22. Dan untuk surprise-nya berdampingan dengan toko Sriwijaya yang weleh lebih gede.


Eksplorasi dimulai. Saya bisa menemukan produk Sido Muncul, Nescafe, bahkan mukena disini. Lengkap wes..kalau dituruti bisa-bisa berkutat terus disitu, ngiler beli ini itu. Hari minggu begini toko2 diatas fully open, karena konsumen Indonesia banyak ngumpul hari itu. Ohya toko2 itu juga menerima jasa mengirim uang ke Indonesia. Taripnya TWD$277, dua hari nyampe dengan rekening BCA online.





Alamat kontak:

Grand Mosque Taipei
62 Xin Sheng South Rd.
Sec. 2, Taipei, R.O.C.
Phone:+886-2-2392-7364 or 2321-9445
Fax: +886-2-2394-8390 or 2393-5283
E-mail: info@taipeimosque.org.tw

MRT Main Station
Indojaya (di lantai B1) dan di samping Grand Mosque

Sriwijaya (di lantai B1) telp 02-2312 3994 or 0800012100
EEC Index Indonesia Delivery Service : di lantai I deket machine ticket untuk kereta TSR

Cabang lain
EEC Index Indonesia Delivery Service
Taipei Underground City Mall No 182-183, lantai B2
telp 02-2556 8499 or 0800 886 117





Labels:

Friday, October 5, 2007

Typhoon Chaser : Krosa 2007


Since move in Taipei, we've experienced second supertyphoon. It's called Krosa, means bird crane in Khmer language, is typhoon no 15 on this year alone. Two weeks ago, Sepat was only passing Taipei in slight effect.

Local TV and Central Weather Bureau in Taiwan gives realtime development how the typhoon build-up, including prediction of the eye landed. We also monitor the situation from typhoon websites in Philippine, Japan, and UK.

Saturday morning, weather turned to grey then rain pondering about mid afternoon. Gusty wind picked up about 2pm, battering streets, building and coast area.

We were watching from 10th floor, witnessed how the weather diminished very quickly. For getting closer we chased the effect of typhoon, running to the neighborhood streets.

We saw few people struggling to cross the road, fell over from motorbike, sign post blown away. The debris from the tree were scattered on the kerb. Mr C had to rescue a lady who been stranded on the electricity pole in the middle of Zhongxiao Rd Sec 5. She managed to continue her trip by MRT.

Video of chasing the Krosa here.


Labels:

Thursday, October 4, 2007

Alah bisa karena terpaksa


Belajar bahasa asing itu bukan hal yang mengasyikkan buat saya. Susah sekali. Test IQ jaman es-em-a dulu sepertinya agak berlebihan kalau saya disuruh masuk sekolah bahasa saja. Kosa kata (vocabulary) dan tata bahasa (grammar) bisa dipelajari, tapi berbicara (speaking) dan mendengarkan (listening) butuh latihan dan latihan.

Sejak di Taiwan ini barulah saya merasa begitu pentingnya belajar bahasa Mandarin. Ini karena kalau pake taxi, paling tidak saya bisa ngomong dimana rumah saya. Dua hari lalu saya gagal naik taksi karena tidak ada yang bisa bahasa Inggris. Saya menyerah. Saya berpikir bahwa sungguh saya ini 'ignorant'

Beda sekali dengan Singapura. Saya tinggal di negeri itu hampir 2 tahun tapi tidak pernah merasakan tuntutan berbahasa Mandarin. Bahasa inggris cukuplah. Wong sopir taksi saja kadang malah bisa Malay. Hindi mungkin? toh tulisannya agak mirip2 dengan honocoroko jawa. Baruslah saya sadar bahwa saya kehilangan kesempatan untuk mencoba bahasa baru. Lagi-lagi karena malas dan ehmm...merasa sudah jagoan.

Ingatan saya melayang pada minggu pertama terdampar di Inggris tujuh tahun silam. Saya menelpon seseorang untuk menanyakan alamat. Ya Allah ternyata tak sepatah katapun saya pahami. Iyah dia ngomong bahasa inggris tapi duileh...aksennya itu kuat sekali. Bekal nilai TOEFL ternyata enggak ada gunanya. Saya nangis, merasa bodoh sekali.

Di Taipei ini saya enggak sempat nangis. Pokoknya saya harus bisa ngomong, paling tidak percakapan saja. Saya beli buku, saya nonton teve, saya tanya sana sini. Pokoknya muka tebal, rai badak. Beruntung sekali penduduk Taipei ini ramah dan baik hati. Mau aja membantu saya belajar ngomong. Kalau beli roti tadinya cuma tunjuk2 sekarang bisa ngerti harganya. Memang betul pepatah : alah bisa karena biasa (terpaksa).

Pasar dan toko adalah ajang latihan. Ini paling mudah dan menyenangkan. Setidaknya bisa bertanya nama-nama benda yang terasa aneh. Seperti di pasar Shengkeng ini. Saya kesana karena gagal naik Maokong Gondola. Para penjual di Shengkeng dengan senang hati menunjukkan barang dagangannya.

Belajar bahasa asing di negara yang kita kunjungi amat membantu mengencerkan situasi. Pada prinsipnya orang akan menghargai kalau kita berusaha berbahasa seperti mereka. Ngga perlu malu dan ngga perlu takut mencoba. Saya sendiri yang ingatannya sudah karatan masih berusaha mengingat kata baru sambil menenteng 'Mandarin for Traveller'.
Duluuuu saya malu sekali kalau ketauan bawa buku bahasa atau peta. Kliatan kayak orang bingung gituh. Tapi lambat laun dua hal ini jadi kebiasaan. Mending bawa peta daripada tersesat, apalagi kalau nanya2 ke orang di jalan. Dan belajar bahasa juga mendekatkan secara emosional, mengurangi jarak antara pendatang dan penduduk.

Saya kagum dengan orang yang mempunyai bakat bahasa luar biasa. Mereka ini entah bagaimana caranya bisa berbicara dengan bahasa baru dalam tempo dua minggu. Mulai dari kata, mengingat, mempelajari strukturnya wah...Sedang saya? weleh... masih hoa ho-oh plonga-plongo kalau ditanya.




Labels: ,

Monday, October 1, 2007

Nokia vs iPhone


Advert of Nokia campaign against iPhone. Since been launch the software updated last Thursday, Apple might have to face been sued by unsatisfied consumers.

* iPhone is being sell exclusively to T&T
* iPhone did not give price rebat that usually given by mobile maker to provider
* iPhone cut the price nearly $200 on beginning of Sep
* iPhone been hacked by teenager that it can be used by other provider.

Picture taken in NYC from here

Labels: