Saturday, January 28, 2006

Onroad Vietnam 1 Greeting from Hanoi


Tiba di Noi Bai airport sekitar pukul 8malam. Cuaca sedikit berkabut dengan suhu lumayan dingin 18C. Sempat was-was tentang visa, ternyata wessss bebas uey.... Padahal sudah berharap akan menambah koleksi stempel di passport. Tiba di Prince Hotel II sebuah kawasan backpacker di jalan Hang Tre Old Quarter lantas mengikuti arus manusia menuju tepi danau Hoan Kiem menikmati pesta kembang api. Tet Nguyen Dan atau Tet Festival adalah perayaan tahun baru Vietnam. Sebuah perayaan disaat musim semi tiba, tradisi untuk merayakan bersama keluarga. Saling mengunjungi, berbagi makanan dan dirayakan dengan suka cita.

Sebagian besar penonton adalah anak2 muda. Sedang yang tua memilih tinggal di rumah, bercengkerama menikmati makan malam. Suara sound system dari beberapa panggung terpisah saling berebut meminta perhatian. Sebuah pangung berisi akrobat, lainnya sendratari Vietnam dan yang paling kenceng adalah pangung terbuka para penyanyi yang disiarkan TVT sebuah channel nasional. Tentara Vietnam dengan seragam hijau menyala menatap dengan angkuh, mengingatkan sesama comrade mereka di Cina.

Sambil menunggu, berseliweran pedagang asongan. Dari air mineral, buah potong (nanas, mangga muda,semangka), pop corn manis (ternyata ini snack paling populer di Hanoi) , bbq cumi kering hingga sosis bakar. Tepat tengah malam kembang api dipertontonkan. Peluncurannya menggunakan meriam, ditandai bunyi...wussssshhhh sebelum pecah dengan indahnya di angkasa.


Selepas puncak acara, ratusan ribu kembali ke rumah masing2. Di jalanan berjejal penjual batang daun dengan buah2 yang ranum. Seperti kumquat atau tangerine atau orange, juga starfruit (belimbing) menyimbolkan kemakmuran di tahun baru. Nampak di emperan toko penjual batang tebu dihiasi pita merah sebagai simbol penghalau kekuatan jahat. Diantaranya terselip penjual mawar merah dengan sepeda tuanya. Sebuah wujud cinta yang romantis jika kita datang dengan pasangan.

Melangkah gontai menuju penginapan, berderet rumah dan toko membakar uang kertas. Dari kertas bergambar Abraham Lincoln hingga uang kertas dong. Beberapa orang berlarian menyalakan petasan luncur. Dengan batang 2m dan tali sebagai pembuka petasan menyalak dengan garang tiap menitnya. Sudut Bia Hoi -kedai bir bukannya surut, bahkan makin berjejal. Setiba di penginapan perayaan kecil diadakan. Tiga orang british, seorang californian, seorang austrian dan seorang Indonesian.

Chuc Mung Nam Moi (selamat tahun baru).

Labels: ,

Tuesday, January 24, 2006

Laos itu bukan nama bumbu


Berikut adalah obrolan dua backpacker's yang pernah ke Laos tentang makanan :

Lupa nanya Nef, tarip biasa sekitar $10 tapi gara2 lagi musim libur dapetnya yang di gang itu. Nyobain green papaya salad ngga?

Love Laos too,
Ambar


Yang mana yaa... Pepaya hijau yang diserut panjang dengan bumbu saus kacang pedas itu? Atau yang dipotong tipis lalu dimakan dengan manisan? Di Laos gue kalap mencoba macam-macam makanan.. (Justru di India yang gue bermasalah dengan makanan, hehehehe...) Tumis ayam dengan kemangi, daging asam manis dengan nanas, sup udang dan cumi yang disajikan dengan tungku kecil (?) seperti suki, steak ikan (di Phonsavanh sedap banget), es manisan, banyak lagi yang lainnya..

Bahan-bahannya FRESH! Walaupun setiap kali makan harus selalu menjelaskan: NO pork! Sempat juga ke beberapa restoran 'bule' di Vang Vieng dan LP (Luang Prabang), sekedar mengikuti saran LP (Linkin' Park, eh, Lonely Planet), termasuk ke fancy resto, Villa Shanti di LP dan beberapa restoran lokal pinggir sungai yang viewnya indah.. (di LP yg gue suka nama restonya Bougnasouk.) Sup ikan Laos rasanya mirip dengan tom yam goong: asam, manis, pedas, dengan bumbu serai, daun jeruk nipis (lemongrass) dan kemangi.. Suedap! Cocok banget
di lidah gue.. Beerlao juga sedap tuh! The best beer in south east asia, menurut splurge-nya LP.. (mumpung di Laos.. fave gue yg dark, small bottle, harganya 6 kip). Jadi dining out deh tiap saat... Kongkow terus... Good time, good place, good friends and good food..! :)

-nef-


Wah ngomongin makanan kami sempet ke tepi sungai Mekong itu (night market
belakang Grand Palace?) atas petunjuk seorang operator trekking. Mungkin
seperti BBQ Chinese dengan bara ditengah meja. Marinate untuk ikan waduh
gabungan antara sedap dan addictive. Tom Yam Khung ala Thailand juga lebih
terasa terutama seafoodnya menuh2in mangkok. Beer Lao yang dark emang
nendang Nef dibanding bir Chang di Thailand. Cuma jarang ada.

Oh ya
kemangi di Laos menggunakan kemangi warna ungu yang lebih menyengat baunya.
Green salad pepaya yang saya maksudkan pepaya muda diserut dicampur bumbu
seperti rujak. Jadi pedas, asam, manis ditambah dengan semacam terung muda
yang kulitnya hijau gelap. Saya menemukan makanan ini di Bangkok juga tapi
yang di Laos wuih...herbs nya terasa. Oh ya restoran disana masih pakai
kayu untuk memasak jadi ditanggung bau abunya itu yang bikin sedap. Mereka
juga lebih suka menghidangkan makanan dengan nasi ketan ketimbang nasi putih
biasa.

Chiang Mai sebenarnya terkenal kelezatan makannya. Kalau pengen kursus masak
sehari disana juga bisa. Tinggal milih menu, diajakin kepasar untuk belanja
trus masak bareng. Klo ngg salah sekitar 500BHT perpaket (tergantung berapa
menu yang mau dimasak). Green curry Chiang Mai serasa tidak terlalu pedas,
karena santannya itu dibuat sedikit mentah. Untuk makanan kami ngg ngikut LP
tapi menuruti selera hidung. Yang berbau enak yah mampir ...

Ambar
tiba2 jadi lapar lagi


Wadoh, I apparently missed that bbq place.. Pasar malam suku Hmong di Luang
Prabang ya? Itu kan bukan di belakang Grand Palace.. Yang gue tau di sekitar
Grand Palace memang bertabur food stall kalau malam, paginya berubah jadi pasar
sayur.. Beerlao dark 6% (harganya 6000 kip ding) banyak di resto 'girli' di LP
tapi nggak ada di Vientiane (yang ada malah yang light atau yang botol besar
5%). They're definately much better than Chang or Singha (mungkin itu sebabnya
Beerlao dilarang masuk Thailand). Sempat juga ngejajal lao-lao, liquor khas Laos
-- waktu ikut tour ke desa pembuatnya dalam perjalanan ke Plain of Jars. Buset,
keras banget dah, seperti spiritus! Ada lagi rice wine yang renyah dan
menghangatkan (mungkin cocok dipakai menyambut malam dingin berkabut di Luang
Prabang) yang biasanya di dalam botolnya diisi ular, kelabang atau kalajengking
sebagai obat.. Nggak tega nyobain yang ada isinya euy, makasih deh..

Iya, kalo gitu emang bener green papaya salad yang itu.. Kalo nggak salah
campurannya itu memang terong bulat hijau alias 'tekokak' kalau di Sunda.. Wah
sedapnya, gurih pedes-pedes luarbiasa.. Dahsyat! Gue baru tau, kalo di antara
bumbunya (seperti juga di beberapa masakan Thai) ada yang namanya 'fish sauce'
yang terbuat dari fermentasi ikan. Kalau sudah dicampur makanan gurih banget
(mirip rasa terasi, petis atau kecap ikan), tapi kalo dicium langsung dari
botolnya, atau kalau liat ikan kecil-kecil di dalamnya, bikin eneg! Hehehehe..
Yang penting rasanya yang emang tob, kalee.. Pepaya yang dicampur manisan itu
gue coba di Vientiane, di dekat Wat Mixai. Kalau untuk es campurnya, manisannya
bisa milih, mulai dari manisan labu, cermai, entah buah apa lagi.. Makannya pake
serutan es dan sirup santan.. Glek! Glek! Yummy!

Jadi itu kemangi memang ungu ya? Seringnya sih makan daun basil yang hijau..
Gue pernah nyobain makan pake nasi ketan (sticky rice). Itu disajikannya dalam
wadah anyaman bertutup, bukan di piring.. Enak, tapi agak aneh aja, karena pesan
menu daging plus ketan jadinya seperti makan lemper.. Hehehehe.. Apalagi
ketannya harus dimakan hangat supaya nggak keras.. Mending pake nasi putih
(steamed rice) deh, beras di sana kan pulen banget.. Dan lagi di banyak tempat
masaknya memang pake kayu, sehingga aromanya, waaahh..

Nggak kepikir untuk ikut les masak euy, yang ada malah gue 'les' makan..! Tapi
green curry chicken yang pake terong hijau itu, memang salah satu makanan
favorit gue di Thailand! Exotic food testing deh, judulnya, atau wisata kuliner? :)

-nef-
sebenernya beberapa hari ini ngidam tom yam..


Rice wine isi ular (sepertinya cobra tapi kecil) bikin ngeri Nef. Favorit minuman saya orange juice (ih ngg keren blas). Tapi saat itu Luang Prabang sedang panen tangerine. Jadi orange juice betul2 seger.

Pagi hari kami menemui ibu2 yang mempersiapkan bumbu ditepi jalan. Digerus dengan semacam lumpang dari besi -yang mungkin di Indonesia ngg ada lagi. Aduh pas lewat baunya sedeeep banget. Ada beberapa ingredients yang saya blun pernah liat. Kebanyakan herbs semacam curry leaf (di S'pore namanya begitu), kecil2 baunya seperti coriander atau daun dengan sedikit duri (campuran Tom Yum). Saya juga melihat mereka membakar terung bulet ungu diatas bara hingga lunak kehitaman.

Di Chiang Mai saya disuguhi brown rice (padi gogo) -dari padi yang tumbuh di lahan tadah hujan. Texture nasinya lebih gede dari nasi biasa dan tidak terlalu pulen juga terasa manis. Cuma porsinya duh kurang kenyang. Jadi minta nambah. Iyah..wisata kuliner atau wisata jajan neh.

Ambar

Catatan : obrolan ini diterbitkan dengan seijin Nefran

Labels: ,

Sunday, January 22, 2006

Creative Commons untuk Photo : Digital Copyright


Tulisan ini dimaksudkan untuk membuka wacana bagi sebuah diskusi tentang copyright foto digital. Beberapa kawan sesama amatir foto menyatakan kekhawatirannya dengan "pembajakan" karya. Untuk itu mereka membuat watermark, mengkompres sampai minimum resolusi, membatasi download bahkan tidak mengupload samasekali di internet.

Ide dasar Creative Commons (CC) dicetuskan Prof Lawrence Lessig terutama dalam ebukunya Free Culture : How Big Media Uses Technology and The Law to Lock Down Culture and Control Creativity. Ini merubah secara dramatis pandangan hukum tentang copyright. Sistem copyright sebagai hak milik dirubah menjadi hak sharing yang memberikan kebebasan kreatifitas lebih luas. Sistem lisensi CC mencakup art, music, dan tulisan dan bukan untuk software.

CC memberikan dua macam lisensi :
Standard Lisensi yakni memberikan perlindungan lisensi berdasar syarat yang ditetapkan oleh photografer sendiri tanpa menghalangi untuk sharing photo dengan siapapun.

Sampling CC yakni memberikan kebebasan kepada orang lain untuk merubah sebagian gambar untuk tujuan apapun kecuali advertising. Mengkopi dan mendistribusikan seluruh gambar juga tidak diperkenankan (biasanya untuk hasil foto kolase)


Untuk standar lisensi, pada dasarnya kita (tukang foto) adalah tetap memegang copyright tetapi memperkenankan orang lain untuk mengkopi dan mendistribusikan dengan memberikan kredit-syarat2 yang dibuat oleh si tukang foto sendiri. Dari versi 2.5 CC ada beberapa tipe :

  • Atribusi = kopi, distribusi, mempertunjukkan hasil, membuat derivasi, dan untuk kepentingan komersial dengan menyebutkan sumber dan nama tukang foto
  • Atribusi- Non Derivasi = kopi, distribusi, mempertunjukkan hasil, dan untuk kepentingan komersial dengan menyebutkan sumber dan nama tukang foto dan tidak diperkenankamn mengubah atau membuat karya berdasar photo ini
  • Atribusi-Non Komersial-Non Derivasi = kopi, distribusi, mempertunjukkan hasil, dengan menyebutkan sumber dan nama tukang foto, menyebutkan lisensi yang dipakai dengan jelas.
  • Atribusi-Non Komersial = kopi, distribusi, mempertunjukkan hasil, membuat derivasi, dan untuk kepentingan non komersial dengan menyebutkan sumber dan nama tukang foto
  • Atribusi-Non Komersial- Sharing 2.5 = kopi, distribusi, mempertunjukkan hasil, membuat derivasi, dan untuk kepentingan non komersial dengan menyebutkan sumber dan nama tukang foto. Jika ingin merubah atau membuat hasil karya baru maka diperkenankan dengan memberi indikasi lisensi seperti ini jika karya baru tsb dipertontonkan
  • Atribusi-Sharing 2.5 = kopi, distribusi, mempertunjukkan hasil, dan untuk kepentingan komersial dengan menyebutkan sumber dan nama tukang foto. Plus kekuatan sharing seperti diatas.
Semua ketentuan ini bisa saja berubah jika si tukang foto memberikan ijin tersendiri untuk memakai karyanya. Dalam sebuah film dokumenter Copyright Criminal karya Ben Franzen dan Kembrew MacCleod menjelaskan pergulatan kreatifitas dan belenggu copyright menjadi hambatan utama bagi musisi terutama musik hip hop yang menuntut sampling.

Buku menarik untuk download :
Freedom of Expression : Overzealous Copyright Bozos and Other Enemies of Creativity by Kembrew Mac Cleod
Down and Out in The Magic Kingdom by Corry Doctorow


Labels: , ,

Sunday, January 15, 2006

Aperture : Bermain dengan Raw


Kami sedang mencoba Aperture aplikasi workflow management untuk photos. Mungkin tergiur presentasi Steve Job -Aperture sanggup browsing hingga 250ribu photo membuat saya agak pesimis. Dengan 2X2Ghz G5 and 2.25GB mesin saya agak tertatih-tatih menangani 10ribu photo (update : tercatat 25ribu foto overall) . Terlebih iPhoto amat lamban, satu2nya alasan saya tetap memakainya adalah integrasi yang gampang dengan Photoshop (walau jarang maen2 juga).

Aperture juga memberikan janji untuk tidak destruktif terhadap foto. Sistem filing dengan membuat master dan versi2 dalam file yang beda saya rasa ide yang bagus. Cuma ini jadi ngga rapi, terutama integrasi dengan (lagi2) iPhoto.

Yang saya tunggu sebenarnya adalah kemampuannya mengedit raw photo. Sebelumnya agak menahan diri untuk bermain raw, tapi kayaknya ini waktu yang tepat. Adobe juga sedang membuat program yang sama Lightroom walau masih dalam Beta Version. Untuk download di Adobe Labs dan review oleh Michael Reichmann. Cuma ini hanya untuk mac platform.

Link : Aperture - Apple's Most Embarassing Work Ever

Labels: , ,

Sunday, January 8, 2006

Indochina Journal 6: Summary for Transport and Places

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian untuk independent traveller :

1. Kondisi Laos tidak terlalu berbahaya seperti yang diduga, hanya saja harus rela dengan sarana transportasi yang ada. Minivan khusus utk turis (non lokal) bisa dipesan di manapun. Sedang bis umum juga lumayan banyak.

2. Loaung Phabang lebih tertata dalam bidang turisme. Walaupun masih jalan tanah tapi fasilitas guesthouse, hotel, restoran, dan travel agent lebih banyak. Disini pula anda bisa mengurus visa ke negara2 tetangga (China, Myanmar, Vietnam).

3. Pegunungan Utara Thailand khususnya Chiang Mai amat populer untuk backpackers. Tapi jika bersedia ke Chiang Do (90km dengan songtheauw) akan terhindar keramaian turis terutama di musim trekking.

4. Harga2 yang tercantum dibawah ini berdasar tarip high season. Jika pengen travelling low season anggap saja cuma 60% dari harga tsb. Untuk travelling sendiri juga hampir sama.

Legs Transportasi (harga per orang)

Sing - Chiang Mai dengan Tiger Airways SGD210.23(inc tax)
Chiang Mai - Louang Phabang 1,900BHT (inc stay overnight at Chiang Khong and boat)
Louang Phabang - Van Vieng dengan bus US$8
Van Vieng - Vientiene dengan minivan US$7
Vientiene - Nong Khai dengan taksi US$8 (berdua)
Nong Khai - Bangkok dengan keretaapi 568BHT dengan bed
Bangkok - Sing dengan Tiger Airways 3,825BHT (service charge at Don Muang 500BHT)

Accomodation (note : harga dibawah ini untuk two sharing)

1. Chiang Mai
EagleHouse, 190BHT per room, guesthouse, double with fan
6 Chang Moi Gao Road, Soi 3, Chiang Mai 50 300.
THAILAND.
TEL: 053 874 126 or. TEL: 053 235 387.
New:- 24 HOUR FAX: 053 874 366.
Contact : Annete at mail@eaglehouse.com
web : http://www.eaglehouse.com/
Comments : kami tinggal di EH 1 yang kondisinya agak nyempit di gang, KM bersih plus ekstra bed. Bersedia menjemput di bandara

2. Chiang Dao
Chiang Dao Nest
, 398BHT per room, bungalow, AC
144/4 m.3 Chiang Dao, Chiang Mai, 50170, Thailand
TEL : +66 53 456242
Contact : Stuart Cavaliero at nest@chiangdao.com
website : http://nest.chiangdao.com/
Comments : bungalownya alami, view menghadap gunung Chiang Dao, masakan Thai dari Wicha (istri Stuart) enak sekali..

3. Louang Phabang
Sokdhee Guesthouse, US12 per room with fan
Old City di jalan Manthatoulat, agak masuk gang
Comments : tidak ada view, tapi rumahnya asli Laos dari kayu

4. Van Vieng
Villa Nam Song, ranch type, US30 per room double with AC
TEL : 00.856.23.511.016
Contact : Mrs marie-Helene at reservation.namsong@gmail.com
Dari bus station, jalan 10 menit arah main road kemudian ke kiri menuju bamboo bridge. Villa ini samping jembatan dan Bungalow Thavonsouk (paling beken di Van Vieng).
Comments : pemandangan tebingnya luar biasa sembari duduk di teras restaurant. Very recommended

5. Vientiene
Haysoke Guesthouse, US$15 double with AC
083/1-2 HengBoon St B. Haysoke
Vientiene Lao PDR
TEL : 007(856 21) 219711/22
Comments : bersih dan rapi, agak jauh dari tepi sungai. Deket nasional musum.

6. Bangkok
Happy House, 495BHT double with AC
46 Soi Chanasongkhram, Pra Athit Rd, Pranakorn, BKK
TEL : 02-2803301/02-2803306
Direction : Khaosan Rd belok ke kiri arah luberan Rambhutri
Comments : bersih dan rapi, cuma kamarnya agak sempit.

Beberapa links :
Guesthouses di Luang Prabang




Labels: ,

Wednesday, January 4, 2006

Onroad Journal 5 : Welcome to Backpacker's Capital City


_DSC3514
Originally uploaded by About Asia.

Selepas dari train station di Hualamphong, bergegas mencari taksi. Kebetulan ketemu dua orang Kiwi yang bersedia sharing. Hanya 50BHT untuk empat orang rasanya itu adalah harga yang bagus. Kebetulan mereka melakukan rute loop mirip dengan kami, bedanya mereka berawal dan berakhir di Bangkok. Maka dimulailah ritual backpacker : nyari penginapan. Amat jarang guesthouse di Khaosan dipesan in advance. Paling ampuh ya datang, nanya, liat, dan masuk. Kami beruntung dapet 1 kamar di Happy House, hanya saja harganya sekitar 495BHT.

Seperti legenda backpacker itu sendiri, Khaosan Rd ini adalah trade mark. Tempatnya yang strategis dekat dengan Grand Palace, Pelabuhan 13 sungai Chao Phraya dan National Gallery menjadikan Khaosan tempat yang mudah diakses. Disini juga benturan budaya terjadi. Tergiur eksotisme Asia, orang2 dari negara Eropa dan Australia menjadikan Thailand sebagai persinggahan utama sebelum menuju tempat2 cantik lainnya seperti Bali dan India.

Setiap menit pasti nampak rombongan backpacker datang dan pergi. Disana-sini travel agent sibuk mengurus visa ataupun melayani transportasi ke wilayah lain. Plank laundry perkilo 25BHT dan juga deretan penjual jalanan. Entah makanan ataupun baju. Apa saja dijual dan dibeli disini. Klo kehabisan duit dan pengen gadai sleeping bag bisa saja dateng agak maleman. Mobil pick up dengan tulisan "We buy Everything", soal harga ya pasti dibanting.

Bangkok sungguh gambaran Asia yang khas. Chaos, riuh dan membingungkan. Kesan utama adalah suara cempreng tuk-tuk. Saya menemukan tuk-tuk bukanlah transport yang efektif. Karena pengemudi kurang berbahasa Inggris dan minim pengetahuan peta. Saya akhirnya lebih sering menggunakan kapal, baik melewati sungai ataupun tunnel. Dalam tiga hari ini saya menenangkan perut dan hati karena gagal ke Vietnam. Next time maybe...

Labels: ,

Sunday, January 1, 2006

Onroad Indochina 4 : My first Comitted Crime in Thailand


IMGP5617
Originally uploaded by About Asia.



Dari Vang Vieng kami beranjak ke Vientiene. Minivan dipesan lewat resepsionis Villa Nam Song seharga $7 berangkat pukul 1.30pm. Jalanan lumayan bagus, hanya saja kendaraan ini terlalu lambat. Seharusnya kami tiba di Vientiene dalam 2 jam tapi nampaknya 3.5 jam adalah standar.
Vientiene tidak terlalu berkesan buat kami. Entahlah mungkin karena kami mengunjungi tempat2 terbaik di Laos membuat citra ibukota jadi jatuh. Anyway kami tinggal di Haysoke Guesthouse -bersih dan gede tapi agak mahalan dikit $15 for two with AC. Kami menikmati tahun baru disini, sembari jalan2 melihat suasana.

Esoknya kami ke bandara Wattay, tapi disadari bahwa Mark butuh visa ke Vietnam. Dan celakanya tanggal 1 Januari hampir semua kantor dan travel agent tutup. Sedang hari Senin dijadikan bank holiday (extra hari libur). Maka kemungkinan mengurus visa adalah hari Selasa (3/01), paling cepat memakan 24 jam. Sedang kami harus balik Sing Kamis malam. Jadi pupus sudah keinginan menuju Hanoi hari itu.

Kami mempertimbangkan : satu -harus secepatnya hengkang dari Vientiene, dua-memikirkan alternatif destination selanjutnya tanpa terkait keribetan visa, tiga-pilihan transport harus cukup masuk akal. Pikir dipikir Bangkok lebih menjanjikan. Karena walau kami ngg suka ibukota, setidaknya kesempatan foto lebih banyak disana. Kemudian bagaimana dengan transport ? Bis butuh 20 jam, sedang kereta semalaman. Padahal kami sudah telanjur melewati Friendship Bridge -pintu utama Laos dan Thailand. Jadilah kami naik kereta dari Nong Khai berangkat 7.05pm dan sampai di Bangkok 7.35am. Dengan tiket 568BHT kami bisa dapat tempat tidur nyaman. Hanya saja disinilah "kejahatan" saya terjadi.

Mungkin karena makanan, perut saya mules. Waktu subuh tak kuasa menahan hingga terjadilah insiden itu. Akibatnya saya harus melapor cleaning boy. Duh melihat mukanya saya merasa bersalah. Belum lagi ancaman denda yang dilontarkannya. Waa...untuk amannya saya berakting sedang sakit. Sekuriti bolak-balik di compatement kami tapi ternyata menangkap basah orang tanpa tiket yang dua bed sebelah. Duh ...aman..aman...

Labels: ,