Belajar Memanjat di Es Indoor di Skotlandia
Kinlochleven, Highland (antara Glencoe dan Fort Williams), Maret 2004
Sewaktu backpacking ke Scotlandia, saya sempat mampir ke Kinlochleven untuk training ice climbing. Program yang ditawarkan disana adalah semacam pengenalan. Sekitar tahun itu saya lagi getol belajar indoor climbing. Hampir tiap akhir pekan selalu disempatkan latihan di Birmingham. Rasanya agak pede-lah untuk mencoba hal yang baru. Kapan lagi kalau ngga sekarang, pikir saya.
Indoor Ice climbing di kaki gunung Nevis ini adalah yang terbesar di dunia. Skotlandia mungkin adalah tempat yang tepat karena sarana olahraga outdoor musim dingin lebih lengkap. Lha iyalah karena di negeri ini banyak highland alias gunung. Letaknya yang diujung utara pulau membuat puncak deretan bukit dan gunung Munro selalu diliputi salju jika musim dingin. Pas banget untuk menjajal kemampuan.
Karena bener-bener nol puthul alias bawah kothong alias pemula banget, saya booking lewat telpon. Semua instruksi saya ikuti dengan patuh. Mungkin karena lagi musim dingin jadi sepi peminat membuat saya bisa dapet slot dengan mudah.
Saya diminta memakai baju hangat (sistem tiga lapis) dengan celana tahan air. Semua alat disediakan disana, yakni mulai dari sepatu boot khusus ice climbing, crampon, kapak es (ice axe), helm dan juga harness berikut system belay.
Yang agak menyita waktu adalah penjelasan tentang setting sepatu boot dengan crampon. Sepatu untuk climbing ini dibuat dari plastik kuat sehingga kaku untuk melindungi engsel kaki. Beratnya juga dua tiga kali sepatu boot biasa dengan setting dibuat kencang. Rasanya begitu dipakai jalan seperti robot. Sedangkan crampon adalah lapis baja bergerigi yang ditambahkan dibawah sepatu boots tadi. Untuk ice climbing, crampon dibuat khusus dengan bagian tajam dimuka. Fungsinya adalah mencengkeram sepatu dengan es hingga bisa menapak ataupun memanjat. Karena kaki saya ukuran kecil (UK 5.5) proses seting antara boots dengan crampon agak lumayan. Saya juga diajari bagaimana memakai terutama agar ngga melukai tangan. Bagaimanapun untuk olahraga dingin, memakai crampon itu seperti naluri. Lha buat saya yang dilahirkan di ekuator ini harus berpikir keras mengulang proses tadi.
Secara umum system yang dipakai untuk pengaman hampir mirip dengan indoor climbing. Figure eight dengan single rope. Cuma saya ditunjukkan alat belay sedikit beda. Agak bergerigi dan self braking alias bisa ngerem sendiri. Helm dan harness juga wajib dipakai. Saya juga diajarin menggunakan kapak es.
Dalam dunia perkampakan es ada dua jenis. Yakni kampak untuk climbing dan kampak untuk jalan. Loh kok? Untuk climbing, kampak berujud lebih kecil dengan kurva ergonomis. Gagangnya juga pendek. Sedangkan kapak untuk jalan biasanya bergagang lebih panjang dan lurus. Ini digunakan ketika berjalan melewati salju untuk mengetahui kedalaman dan kepekatan. Jadi ujungnya itu dipakai seperti walking pole (tongkat jalan). Salah satu kegunaan lain kapak jalan ini adalah untuk self-rescue (penyelamatan sendiri) ketika terjatuh dari tebing es. Yakni menghentikan luncuran bebas dengan menggunakan kapak sebagi rem. Skill ini harus dipunyai jika sudah mulai melakukan mountaineering di gunung es. Itulah kenapa kapak jalan biasanya hanya satu, sedangkan kapak climbing selalu sepasang.
Kapak yang baik tentu saja yang ringan, juga kekerasan yang mampu menghujam es. So kapak untuk climbing pastilah lebih mahal karena secara teknis lebih sip. Kapak ditujukan untuk menancap di es dengan sekali ayun. Dalam hal ini kampak menjadi kepanjangan tangan ketika memanjat. Makanya harus ada tali (webbing) untuk diikatkan di tangan. Buat pemanjat es, kehilangan kapak es karena terjatuh rasanya seperti diamputasi tangan.
Indoor ice climbing itu ibaratnya sebuah freezer raksasa. Jadi dinding panjatnya tertutup dengan suhu dibawah nol. Di Ice Factor ini bahkan bisa sampai minus 50derajat Celcius! Tinggi dindingnya sekitar 15m di tiga sisi, dengan jumlah jalur 20 cukup untuk 20 orang. Karena untuk menjaga suhu, maka ruangan dinding panjat ditutup dengan rapat. Rasanya agak claustrophobic ...menyesakkan.
Pelajaran pertama adalah bagaimana berjalan di es dengan crampon. Berjalan itu tidak hanya datar tetapi juga miring. Posisi tubuh dan memahami kemiringan medan adalah kunci utama. Dimulai dari melangkah kaki, kemudian mulai menggunakan crampon. Jalan juga jadi melebar agar gerigi crampon tidak saling bersentuhan.
Selanjutnya, yah udah manjat saja. Kok gitu? Nah ini yang mungkin beda dengan panjat biasa. Yakni posisi kaki harus tegak lurus dengan kemiringan dinding. Rasanya membiarkan kaki tergantung bebas itu perlu pembebasan paradigma. Antara percaya pada tubuh dan alat atau melawan rasa takut.
Irama manjatnya adalah hujam – tahan – angkat. Percikan es yang terkena kapak juga harus diperhatikan. Jangan sampai kena mata atau muka. Semakin efisien semakin hemat tenaga dan cepat. Dalam beberapa menit saja berat kampak di kedua tangan saya rasanya jadi dobel.
Mengayun kapak juga menghisap tenaga dengan cepat. Belum lagi mengangkat tubuh pelan-pelan. Seperti climbing di bebatuan, kuncinya adalah kaki. Ini yang masih belum bisa saya penuhi. Tangan saya bekerja dua kali lebih berat membuat saya kecapekan begitu mencapai separoh rute. Mungkin karena nervous juga. Bisa dibilang saya selalu mengayun kapak dua kali karena ngga terlalu yakin dengan kedalaman hunjaman.
Suhu dingin di kotak freezer ini jadi tak terasa karena tubuh saya keringatan. Selama 2 jam berikutnya pelajaran ini berulang, hingga saya menyerah kecapekan. Es ternyata bisa lebih kuat dari batu.
Ice Factor
Leven Road, Kinlochleven, Lochaber PH50 4SF
01855 831100
http://www.ice-factor.co.uk
Lokasi antara B863 dengan B82
30menit dari Fort Williams atau 10menit Glencoe
Kursus indoor ice climbing 2.5jam £45
Labels: mountaineering, united kingdom