Thursday, March 31, 2005

AKSI PRIHATIN TERHADAP SKEMA BISNIS ANNE AHIRA

Kami, warga masyarakat dan komunitas Internet, merasa prihatin terhadap model bisnis yang diterapkan oleh Anne Ahira. Kami keberatan bahwa bisnis ini diasosiasikan dengan melakukan marketing di Internet. Marketing yang dilakukan di Internet sebenarnya adalah sesuatu yang baik dan wajar asalkan dilakukan dalam batas-batas etika dan kewajaran.

Setelah melakukan penyelidikan, kami berkesimpulan bahwa bisnis ini hanyalah sebuah praktik skema piramida yang dibungkus dengan istilah Internet Marketing. Hal ini jelas terlihat dari apa yang harus dilakukan oleh setiap anggota Elite Team, yaitu merekrut empat anggota baru.

Skema piramida sejatinya merupakan penghisapan oleh segelintir individu terhadap banyak orang. Menurut kami, Internet tidak perlu dikotori dengan pemasaran dari bisnis tidak jelas seperti itu. Silakan melakukan pemasaran via Internet sejauh masih dalam batas-batas kewajaran dan bisnisnya adalah bisnis yang baik dan jelas.

Lebih jauh lagi, kami melihat bahwa Elite Team menawarkan janji yang menyesatkan, yaitu menyatakan bahwa tujuan Elite Team adalah agar semua anggota Elite Team memperoleh penghasilan $6.688 per bulan, dan bahwa ini adalah tujuan yang realistis.

Tetapi REALITA-nya adalah: seandainya semua anggota Elite Team bekerja keras dan teguh pada regimen Elite Team, hanya 1 dari 341 orang, atau 0,29%(!) yang memperoleh $6.688 per bulan. Sangatlah jauh dari apa yang diakui sebagai tujuan realistis Elite Team. Produk yang ditawarkan Anne Ahira/EliteTeam adalah keanggotaan representative (rep.) di Financial Freedom Society, Inc. (FFSI), di mana setiap rep. harus membayar $54,95 per bulan kepada FFSI. Setiap rep. memperoleh komisi dari menjual keanggotaan FFSI ke orang lain sehingga menjadi rep. baru.

Orang yang direkrut ini disebut sebagai affiliate, atau di MLM lain dikenal dengan nama downline, dan setiap rep. juga memperoleh komisi dari penjualan yang dilakukan oleh downline-nya sampai empat tingkat downline.
Selain dari keanggotaan FFSI, boleh dibilang TIDAK ADA PRODUK atau JASA yang dijual oleh Anne Ahira dan Elite Team.
Dalam sistem Elite Team, besar penghasilan bulanan seorang anggota TERGANTUNG dari jumlah downline FFSI-nya dan bagaimana struktur downline tersebut karena tidak ada atau hampir tidak ada penghasilan seorang anggota Elite Team selain dari komisi FFSI.


Dengan perhitungan satu anggota mendapatkan 4 anggota baru, seperti yang dipraktikkan oleh Elite Team, maka hanya dalam 17 tingkat piramida jumlah anggota keseluruhan menjadi sebanyak 5.73 miliar. Sedangkan jumlah populasi manusia keseluruhan di dunia hanyalah 6.4 miliar. Jika seluruh 5.7 miliar manusia tersebut mengikuti program ini, maka hanya 89 juta orang yang akan berpenghasilan $6.688 per bulan. Sementara 5.3 miliar lainnya merugi!
Dengan demikian kami menghimbau masyarakat Internet untuk tidak mudah terjebak oleh iming-iming kekayaan yang dijanjikan oleh Anne Ahira, Elite Team maupun pihak-pihak lainnya.


Kami berharap masyarakat Internet bisa menyadari adanya model bisnis semacam itu sehingga dapat lebih waspada. Kepada redaktur media massa juga kami berharap untuk selalu melakukan investigasi terlebih dahulu ketika membahas bisnis-bisnis yang tidak memiliki kejelasan seperti itu agar nantinya tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sebagai promosi terselubung.

Internet, 28 Maret 2005
Tertanda,

Ambar Briastuti

ps. Bagi rekan-rekan penulis blog yang ingin menyebarkan pernyataan sikap ini dapat menyalin seluruh isi tulisan ini pada blog masing-masing. Tetapi tidak menutup kemungkinan rekan-rekan yang bukan penulis blog untuk mengikuti aksi ini.


Enda Nasution
Priyadi
Jay

Labels:

Wednesday, March 30, 2005


sopirnya WaterPlace Posted by Hello

Kami beruntung ada courtessy bus dari apartment ke Suntec City (komersial paling gede) and Raffles Hotel (deketan MRT City Hall). Lumayan kan hemat ongkos ngebis. Adanya dari 7pagi-7malem. Break siang for lunch. Sopirnya oke lho ! Kecil, imut, cewek lagi dibanding ma bisnya yang segede minibus. Dia juga sepertinya menganggap bis ini second home. Ada baju di hanger, makanan, minuman, ember dsb...komplitlah. Orangnya juga ramah koq ! Itu ada jadwalnya di jendela.

Labels:

Saturday, March 26, 2005


foto berdua-duh langkanya ! Posted by Hello

Kita ini jarang difoto berdua. Sama2 pemalu di kamera, walau hobbynya motoin apa aja. Iseng nyari di my pictures ternyata susah sekale. Hasilnya di compile begini. Kebanyakan difoto teman atau pake fasilitas selt timer. Konyol deh...

Tuesday, March 22, 2005

Gw nyerah deh. Eksperiment make Picassa 2 and Hello (dua2nya affiliate dengan Google) ngga terlalu sukses:

[1] Nyoba ngirim foto ke profile ternyata Hello minta resolusi less than 85pixels, oke diresize di PS gw taroh di folder, tapi si Picassa ternyata ngga bisa baca file dengan resolusi rendah segitu. Jadinya dicari kemana-man tu file ngga ketemu, apalagi dikirim.

[2] Fasilitas searching di Picassa emang hebat terutama make timeline. Tapi itu ngga bisa tracking hirarchy files. Gw nemu gambar tapi ni gambar dari folder mana, dari drive mana si Picassa ngga ngasi info itu.

[3] Fasilitas send ke blog juga kurang familiar. Atau gw kudu ngubek2 ni program lagi. Kata si Mark sang programm manager : "program yang bagus adalah yang intuitive". Ngga perlu buka damn manual books !

Oke anyone with same experience or expert with this kind program pls tell me !

Labels:

Addicted to Books !

Dulu waktu kuliah paling bisanya fotocopy bahan, beli buku apalagi buku teknik mahalnya minta ampun. Juga pake bahasa Inggris yang tebel bikin mata kelilipan. Setelah dipaksa baca akhirnya bisa juga, walau awalnya novel2 kaya Sidney Sheldon dkk. Ampir lulus S1 lagi-lagi ambil TOEFL buat cari kerja dan cari sekolah (lagi). Eeee ngga percaya ma skornya....*ngga tinggi tapi juga ngga malu-maluin*

Then kesampaian sekolah (lagi) di LN. Ini malah lebih memaksa lagi. Ngomong di telpon, denger berita, baca koran everything in English. Kuping rasanya gatel apalagi logat British itu ampuuunnn laen banget sama american english. Juga kebiasaan baca jadi makin menyubur. Setelah dikit2 ada uang mulai beli buku arsitektur yang bargain. Udah bisa internet sekarang beli di amazon. I tell you amazon make me addicted with books ! Abis murah banget, ngga usah keluar rumah, cepet dan ngga ribet.

Sekarang di S'pore ada toko buku oke banget seperti Borders and Kinokuniya. Wah jadi makin sering nyamper kesana, apalagi Kinokuniya bisa reserved buku kaya di perpus. Seminggu mungkin harus beli satu. Tapi lucunya bacanya loncat-loncat. Dua atau tiga buku selesai sekalian. Apalagi klo pengarangnya sama. Inget gitu jadi matur nuwun sama mami. Karena beliau yang ngajarin baca. Soalnya bu guru udah nyerah. Aku rada lambat baca, as usual as when I learn something. Sloooooooowwww.....

Labels:

Sunday, March 20, 2005

Notes From an Even Smaller Island

Title : Notes From an Even Smaller Island
Author : Neil Humpreys
Publisher : Times Edition 2004
232 pages, S$13.55

Siapa sih Neil Humpreys ? Kalau anda ngga mengenal Neil itu wajar. Neil ini seorang anak muda dari Inggris yang tinggal dan bekerja di Singapura sekitar 6 tahunan. Bekerja sebagai guru drama dan pidato bahasa Inggris dan akhirnya sebagai journalist di The Strait Times-koran berbahasa Inggris di Singapura. Pengalaman selama ia tinggal itulah yang kemudian ditulisnya di buku ini. Sebuah potret masyarakat Timur dalam pandangan British yang tentu diwarnai shock culture yang menggelikan.

Sedikit banyak Neil lebih mengamati manusia dibanding politik itu sendiri. Tentang auntie and uncles yang bekerja di food stall diHawker Centre misalnya. Ketika Neil bertanya kenapa kita meninggalkan nampan bekas makanan di meja, kebanyakan jawaban yang diberikan adalah: biarkan saja itu adalah pekerjaan mereka. Tapi bagi Neil yang dibesarkan di Dagenham sebuah kota kecil di UK dimana struktur sosialy yang menempatkan kaum tua untuk tidak bekerja setelah berumur 65, membuat Neil merasa tersentuh. Kenapa tidak membawa nampan dan diserahkan kepada auntie yang menjaga meja misalnya. Toh itu ngga makan tenaga.

Interaksi sosial juga makin kental ketika Neil tinggal di HDB (rumahsusun) yang mengharuskannya bergaul dengan tetangga. Karakter2 unik seperti Vidal Sasson wanita yang hobinya menjelajah HDB dengan lift atau Saudita -wanita overweight yang kebiasaan topless dan minim bahasa Inggris. Bahasa yang menjadi kendala bagi Neil adalah pemakaian bahasa Hokkien mixed dengan bahasa Inggris yang populer dengan Singlish- Singaporean English. Ini cukup membingungkannya terutama ketika ia harus mengajarkan anak-anak bahasa Inggris yang baik dan benar. Kata seperti kiasu, kaypoh atau gong-gong sering dipakai anak-anak dalam percakapan sehari-hari dan sulit sekali menjelaskan bahwa itu bukan bahasa Inggris (hal 168)

Ia bercerita bagaimana harus memisahkan anak didiknya saat memukul pengasuh karena lupa membawakan mainannya juga cerita sesama guru tentang essai seorang anak betapa bodohnya pengasuh di keluarga karena tidak mematuhi perintahnya (hal 89). Semakin menarik juga ketika seorang ibu meminta dengan setengah memaksa putrinya untuk masukspeech courses walaupun umurnya masih kecil.

"The girl was four years old. She was nearing the end of kindergartenone (K1) and her mother was demanding that she put in a class withteenagers and entered for oral examination. Words cannot aptly describe such imbecilic behaviour. The sad fact is that we had parents like that walk into our office almost every week. The neurotic mother eventually relented and the girl ended up in one of my classes". (page79)

Buku ini menarik untuk disimak sebagai sebuah pembelajaran society serta perbandingannya dengan budaya british. Juga mengingatkan akan pentingnya memahami adat istiadat dan budaya bangsa lain. Dalam hal ini cukup menjelaskan keberhasilan Singapura menjadi negara yangmemimpin kedepan.

Neil dalam bukunya ini "brutally honest", to the point dan melihatdengan sangat hati2 walaupun beberapa isyu sedikit sarcasm dalam kacamata budaya Timur. Sebuah buku yang memotret masyarakat dengan apa adanya, dan sungguh (dijamin !) bisa mengundang gelak tawa. Bagi saya ini juga sedikit menjelaskan masyarakat Indonesia. Paling tidak ada kemiripan disana-sini.

ambar

Labels:

Kecewa ama Digital Fotress by Dan Brown

Title : Digital Fortress
Author : Dan Brown
Publisher : Corgi Books UK 1998
510 pages

taken from ResensiBuku milis

Saya bukannya latah tapi setelah terbius Da Vinci Code saya mencoba membaca karya Dan Brown lainnya. Digital Fotress adalah karya ketiga yang saya baca setelah Angel and Demon. Berbeda dengan dua karya terdahulu Digital bukanlah serial Robert Langdon tetapi Susan Fletcher kepala National Security Agent dan David Becker seorang profesor yang mengajar matematika di Georgetown Uni.

NSA mempunyai sebuah mesin TRANSLTR yang mampu membuka encrypt dalam lalu lintas digital di dunia. Dimulai dari email, telepon, data satelit, militer, bahkan data pribadi. Inilah yang memunculkan kontroversial karena akan menciptakan society 'big brother'. Tidak akan ada ruang private lagi bagi individu. Seperti halnya Susan yang mempercayai bahwa di dunia diperlukan penjaga untuk menciptakan keamanan bagi society sendiri, maka David lebih bersifat netral. Ia hanya seorang scientist yang bekerja memecahkan teka-teki.

Seorang mantan pegawai NSA Ensei Tankado berhasil menciptakan code dikatakannya sebagai tidak bakalan mampu dipecahkan mesin TRANSLTR. Tankado dalam websitenya merelease kode itu dan mengumumkan bahwa ia akan memberikan kunci kode bila NSA bersedia mengakui keberadaan mesin TRANSLTR. Maka terciptalah adegan seru di dua lokasi: NSA dan Spain -tempat terakhir Tankado tinggal.

Digital buat saya sangat mengecewakan. Bukan saja alur yang dipakai Dan Brown nyaris sama dengan novel best sellernya juga tidak ada kejutan-kejutan yang saya harapkan. Satu hal lagi adalah Dan Brown kedodoran dalam hal riset dunia digital. Enigma misalnya dikatakan adalah mesin seperti mesin ketik tapi di bagian lainnya dikatakan sebagai 'beast' seberat 10 tonne. Wah....fatal banget.! Sejarah digital juga kayaknya tidak digali dengan maksimal. Terus-terang saya mengharap setidaknya menyinggung sejarah komputer atau data base atau sistem penghitungan mekanis yang jadi dasar lahirnya komputer. Pengetahuan Dan Brown juga ngga terlalu dalam soal pemograman apalagi virus dan worms.

Mungkin karena novel ini ditulis tahun 1998 -tahun dimana kebangkitan komputer dan digital maka sedikit dimaklumi tentang minimnya informasi terkini. Bagi saya sih jadi seperti membaca lintasan cerita ringan yang out of date. Tapi sebagai penghibur, novel ini lumayan koq.

ambar



















Labels:

Tuesday, March 1, 2005

Tube, Metro dan MRT : Ngerasain Naik Kereta di Tiga Negara

Sejak di Indonesia saya paling hobby naik KA. Cuma terakhir kali kapok naik eksekutif Yogya-Jakarta. Alasannya : AC-nya terlalu dingin akibatnya masuk angin ngga keruan. Hingga saya putuskan naik kereta ekonomi saja yang murah meriah dan asyiikkk. Ngga ngemplang tiket tapi buat bisa tidur, sambil bawa mat buat tidur di lantai. Biasanya barengan dengan pekerja-pekerja yang kadang ceritanya lugu, mengharukan dan menggelikan.

Itupula yang membuat saya pengen ngerasain naik kereta di Inggris. Nama populernya Tube cuma di simbol resminya bernama Underground. Jalur ini memang paling tua dan tersibuk di dunia. Dibangun sekitar akhir 1850an hingga masih digunakan hingga sekarang. Tube hanya melayani London dan sekitarnya. Awalnya menggunakan batubara hingga akhirnya menjadi sistem listrik yang modern.

Sesuai dengan namanya, tube hanya bisa diakses lewat bawah tanah. Lihat aja tanda lingkaran dengan dua garis merah memotong plus tulisan UNDERGROUND di jalan. Map system-nya juga enak diikuti. Gampang banget.

Untuk beli tiketnya bisa elektronik dengan uang atau card. Tapi kalo jalurnya agak kompleks ada counter pegawai yang bisa menolong. Untuk mudahnya waktu itu saya langsung ke counter dan beli 'one day ticket' seharga £4.10. Tiket harus dimasukkan ke mesin pembaca dan harus tetep disimpan kalo ingin melakukan multiple journey. Pernah tiket saya kelipet ngga sengaja yang mengharuskan saya menjelaskan ke penjaga mesin di tiap stasion karena tiket ngga bisa dibaca.

Keretanya sendiri sedikit tua. Yah masih bagusan Jabotabek kita walau lebih bersih dan vandalisme ngga gila2an. Agak berisik terutama karena sistem akustiknya ngga diperbaharui. Jangan harap ada AC disini. Makanya kalo musim panas di London yang penuh dengan turis kebayang sumpeknya. Untuk musim dingin memang ada heater tapi sebenarnya sistem self heating underground cukup bagus (inget makin ke dalam bumi tanah makin anget). Makanya dihindari naik tube pas musim panas. Sesak napas.....Juga hindari jam-jam sibuk ketika awal kantor dan selesai kantor. Bakalan seperti sarden di kaleng.

Layanan yang lebih bagus ada di Paris dengan Metro-nya. Agak mirip dengan tube tapi fasilitasnya lebih lengkap. Kereta lebih baru dan bersih, vandals ngga banyak-banyak amat juga ruangan yang lebih lebar. Ngga berisik karena railnya lebih lebar dan tertata. Menariknya saya menemui kereta dengan memakai ban karet untuk meredam suara. Harga tiket sama saja tapi saya lebih suka membeli per jalur yang harganya sekitar 1euro karena kami jarang pulang balik dengan kereta.

Map system-nya juga mirip banget hingga saya ngga ada kesulitan membaca rute-rute yang saya inginkan. Di setiap petunjuk pasti ada tanda METRO yang mengindikasikan itulah akses ke kereta bawah tanah. Uniknya Metro ini ngga sesibuk Tube di London. Biasa aja. Mungkin kalau pas musim ramainya turis barulah terasa. Tersibuk yang saya alami adalah hari Minggu ketika banyak penduduk luar Paris yang ingin jalan-jalan ke ibukota. Itupun ngga sesumpek seperti di Tube.


Uniknya hanya di Singapore-lah saya bisa menikmati naik kereta. MRT atau Mass Rapid Transport sangat bersih, ber-AC, rapi dan nyaman. Keretanya pasti dibawah usia 10 tahun dengan pengaman pintu yang membuka dan menutup otomatis. Layanan seperti ini hanya saya temui di Inggris di airport transit yang semuanya serba elektronik.

Satu hal yang juga membedakan adalah sistem ticketing yang otomatis. Tinggal beli EZ link card tanpa perlu menunjukkan kartu identitas. Kartu pertama biasanya seharga Sing$15 yang bisa untuk seharian. Kartu ini dipakai juga untuk bis dengan sistem yang mirip. Taruh diatas scanner baca full taripnya. Kalo kita akan exit dari stasion kita tap lagi di scanner dan terlihat tarip sesungguhnya. Mapping juga lebih simple karena hanya ada 3 jalur plus 2 LRT

Sistem seperti ini ngga saya temui di negara Eropa. Walau saya baca di Tube ada tiket yang seasonal tapi si pemegang hanya dikirimi tiket harian per bulannya. Kuno banget ya... Sebagai bangsa Asia saya bangga banget dengan kemajuan tekno kita. Cuma ada yang saya rindukan kalo naik kereta. Cerita dan candaan sesama pekerja, juga kesetiakawanan lebih hangat di Indonesia ketimbang di tiga negara tsb. Orang cenderung ngga gubris urusan orang lain. Suatu waktu saya ingin menikmati KA Yogya-Jakarta senja Ekonomi lagi.....

Labels: ,