Monday, October 24, 2005

(Di Singapura) Naik Sepeda itu Tidak Asyik



Semenjak hidup di Singapura 8 bulan ini kami ngga mempunyai mobil. Alasan utama adalah uang. Berapa duit untuk beli dan bayar permit. Belum lagi road tax dan asuransi. Apalagi Singapura ini negara kecil dan moda transportasi umum sangat nyaman. Taxi terhitung murah, dan MRT gampang ditemui.

Alasan lainnya adalah membiasakan ngga manja. Jalan kaki dan sepedaan menjadi menu utama. Peta Singapura di tangan kami hanya berumur dua bulan, lecek dan sobek sana-sini. Tapi sungguh bersepeda itu menyenangkan disamping kulit jadi item....
Hanya saja di Singapura ini pedestrian dan cyclist adalah kelas kesekian dari pemakai jalan. Beberapa kali saya disumpah serapah pengemudi mobil yang tak sabar. Bahkan di pelican crossing sekalipun yang ada tanda lampu amber dengan jelas2 ketentuan lalulintas mengatakan bahwa memberikan prioritas yang SEDANG menyeberang. Anak teman saya ketika pulang belanja akan ditabrak mobil di kompleks HDBnya -wilayah yang tentu dengan speed limit yang 15km/jam itu.

Yang menyedihkan adalah arogansi empunya mobil yang seakan kami pengendara sepeda ini adalah klas buruh. Di Singapura kebanyakan pengendara sepeda adalah beretnis India yang kebetulan pekerjaannya buruh konstruksi. Narrow minded ....tapi begitulah.
Saya yang terbiasa dengan lalulintas di Inggris jadi agak berang. Motorist atau apapun yang bermotor harus memberikan prioritas kepada non-motorist. Lucunya motorist lawan motorist juga sering terjadi di ruas S'pore-Malaysia. Bahkan terjadi penikaman di jalan karena sopir depannya memotong jalur dan membuat agresive gesture.

Walah ini toh yang dinamakan Singapore's kindness ???

Labels:

Saturday, October 22, 2005

Tips Jalan di S'pore dan KL for First Timer

Kebetulam saya tinggal di Singapura beberapa kawan via email meminta untuk memberikan beberapa tips jalan di kota ini. Dari Jakarta untuk murahnya ambil saja Jkt-Batam, nyebrang ferry ke S'pore dengan asumsi hanya bayar fiskal 500rebu ( mohon bayar di loket resmi). Tiket nyebrang cuma SGD28 return. Berikut pertanyaan yang sering nyasar :

1. Gimana sih hotel/hostel murah di S'pore ?
Untuk hotel/hostel yang paling murah sekitar SGD10-25 jadi kalao ada yang nawarin sekitar itu samber ajah. Tapi diliat kondisi apakah di pinggir jalan gede, kamar mandi di luar dsb. Masih untung ngga dormitory !! Pemilihan hostel diutamakan adalah dekat dengan lokasi tempat2 yang ingin kita kunjungi, akses transportasi, juga yang terpenting adalah faktor kebersihan. Hostel di S'pore beberapa diantaranya "lack of windows'. Tipikal rumah kota yang ngga ada jendela. Klo bisa yang ini dihindari. Sebelum setuju coba lihat kamarnya dulu. Tanyakan fasilitas umumnya.

2. Tempat mana yang wajib dikunjungi di Singapura?
Hmm tergantung kamu tipenya apa. Pengen shopping, liat museum atau liat budaya? Ini top ten -nya mungkin :
  • Raffles Hotel
  • Orchard Road
  • Chinatown
  • Little India
  • Spore Botanic Garden
  • Pulau Ubin/Pulau Sentosa
  • Chijmes
  • Boat Quay/Clark Quay
  • Fort Canning
  • Asiaan Civilations Museum

3. Gimana naik bus dan MRT ?
Pake Ezlink card beli di stasion MRT terdekat. Untuk SGD10 bisa kemana-mana selama 3 hari. Memakai kartu ini lebih disarankan. Taripnya variatif tergantung jarak dan bus yang dipakai, paling mahal sekitr SGD1.45. Setelah selesai kartu ngga bisa dijual, tapi dikembalikan ke stasion MRT terdekat dan deposit SGD1 akan diberikan. Klo mo dikasih saya juga boleh :)

4. Ada ngga tempat belanja yang bisa ditawar ?
Wah ngga banyak tempat belanja yang bisa ditawar, paling di pasar Melayu Geylang Serai tuh :) klo di mall-mall harga sudah dipatok. Tunggu aja saat Singapore Great Sale -acara tahunan yang isinya diskon mlulu.

5. Kalau ingin ke KL enaknya naik bus atau kereta dan berapa taripnya ?
Bus seharga sekitar SGD30 (standard) atau SGD56 (First Class) sedang kereta variatif banged. Yang Senandung Malam (kereta senja-nya malaysia) sekitar SGD33-47. Tapi bisa tidur, tempatnya nyaman lagi. Klo punya anggaran longgar naek kereta lebih disarankan.

6. Hostel murah di KL mana ya ?
Hotel murah klo mau klas dormitory di Number Eight RM30 di Jl Tongkat Tong Shin jalan kaki dari Puduraya sekitar 400m. Atau Red Palm tepat didepannya untuk klas dormitory RM25 (info via Lingga). Klo lainnya yang daerah Puduraya, terlalu rame karena dekat jalan dan sedang ada proyek konstruksi di kompleks itu.

7. Apa sebaiknya ikut city tour or jalan sendiri?
City tour ? Wah saya ngga pernah ikutan jadinya ngga adil membandingkan. Saya enjoy jalan sendiri, Singapura lebih tertata dalam hal transport jadi mending jalan sendiri aja. Klo Malaysia lebih susah karena jarak antara objek lumayan berjauhan. Saya ngga ada informasi tentang city tour KL. Oh ya di Singapura banyak bus gratis untuk City Tour tinggal hop on di beberapa tempat strategis. Untuk info rute bisa didapat dari Tourist Information Centre Orchard Rd. Disana lengkap banged info tempat2 yang ingin dikunjungi plus peta.

8. Belanja yang murah dimana?
Hmm saya ni ndak hoby shopping tapi di KL (Malaysia) everything is cheaper than S'pore (5-10%). Dari makanan, akomodasi, transportasi , buku, oleh2 saya rekomendasikan belanja di KL. Di Singapura untuk oleh2 yang murah di daerah Stamford Rd (off City Hall MRT atau deket Funan IT Centre).

9. Untuk belanja elektronik di Singapura dimana seh?
Klo mau murah dan bisa menahan diri dari godaan sales coba saja di Sim Lim Centre (deket Little India). Tapi syaratnya harus tau betul yang anda inginkan, daripada diseret untuk beli produk yang ngga tuop quality. Di Sim Lim juga ada pusat VAT refund untuk meminta form bebas pajak karena kamu ini turis. Funan IT Centre lebih aman tapi dengan harga yang pas ndak bisa ditawar. Di Funan situasi lebih rileks dengan sales yang ngga agresif.

10. Dimana seh beli buku di Singapura?
Untuk secondhand book letaknya di belakang Raffles Hotel namanya Bras Basah Complex. Ini tempat buku2 bekas dari textbooks hingga buku terbaru art design. Coba naik ke lantai atas berderet toko buku khusus design/architecture dengan harga miring. Untuk buku baru di Kinokuniya (terlengkap utk buku2 travel) di Nge An City dan Borders di Wheelock Place, keduanya di Orchard Rd.

Useful Links :
Visit Singapore
SBS Transit : Bis di Singapura
SMRT : MRT/Bus/Taxi
Streetdirectory : Peta Singapura based transport mode and postcode
How to travel Singapore-M'syia-Thailand by train

Labels: ,

Friday, October 21, 2005

Sisi Lain Kuala Lumpur


Kuala Lumpur memberikan banyak kejutan. Terbayang semula adalah sebuah kota yang vibrant dengan deretan pembangunan disana-sini selayaknya Jakarta. Nyatanya sudut2 KL ternyata lebih menarik untuk ditelusuri. Puduraya Bus Station misalnya walau mungkin sama chaosnya tapi tampak rapi dan bersih. Calo ? tetap saja ada, walau tak sevulgar teminal Solo.

Malamnya kami mendapat kesempatan langka. Alvin, administratif Number Eight ternyata mengidap insomnia. Berdua dengan teman jalan saya Cisilia, diajaknya kami pusing2 di tengah malam buta. Tadinya sempat berpikir macam2. Toh keinginan untuk menjelajah KL malam hari mengalahkan kecurigaan kami.

Dibawanya kami ke Petaling Jaya (PJ) daerah suburb yang berupa kawasan perumahan. Lantas diajaknya menuju sebuah pasar malam. Pasar ini betul2 seperti pasar di waktu siang hari, padahal saat itu waktu menunjukkan 01:30 pagi ! Tidak seperti di Indonesia, Night Market ini berakhir sekitar 05:30 dan berlangsung tiap hari tak hanya di bulan puasa. Kebanyakan menjual makanan seperti berbagai macam kacang, burger lembu, goreng2an, yong tau fu, dsb.

Dari sini kami kembali ke KL. Saya meminta Alvin membawa kami ke Petronas Tower. View di malam hari tentu lebih dramatik dengan tampilan lampu2 dan cahaya bulan purnama. Benar saja sekitar pukul 02:30 pagi kami nongkrong di halaman Petronas. Sambil bersungut-sungut karena tidak membawa tripod, terpaksa memanfaatkan apa yang ada. Bollard ataupun pagar taman jadilah. Saat itu para petugas cleaning service sudah memulai tugasnya. Terutama di bagian entrance yang menyambung Tower 1 dan Tower 2.


entrance Petronas

Keesokan harinya kami bangun kesiangan. Rencana untuk bangun pagi dan antri untuk tiket di Petronas (lagi) jadi agak molor. Kami tiba di lantai bawah Petronas untuk mendapat tiket waktu kunjung pukul 12 siang. Tiketnya gratis !!! Tur ini membawa kami menuju lantai 41 dan 42 Skybridge. Uniknya terdapat defleksi sekitar 10inch dari menara 1 dan 2 yang terlihat nyata di bibir jembatan.

Skybridge ternyata biasa2 saja. Untuk tur hanya dibatasi 20 orang persession dengan alasan kapasitas lift. Sebelumnya sebuah video tentang pembangunan Petronas lengkap dengan beberapa tantangan strukturnya. View di siang hari tak terlalu dramatis. Jadi sarannya : mainlah di malam hari. Tak banyak pengunjung dan hasil photo lebih asik (dengan peralataan lengkap tentunya).


Petronas dan bulan

Dari sini kami bergerak ke luar kota. Tukang taxi kami ternyata dari Medan yang sudah menetap hampir 15tahun di KL. Tadinya kami minta membawa ke Central Market tapi karena waktu terburu langsung menuju Batu Caves. Batu what ? Batu Caves letaknya sekitar 15 km dari KL lewat Kutching Highways. Ini adalah sebuah bukit batuan yang didalamnya berupa gua yang besar denga ketinggian hampir 100m. Oleh penganut Hindu tempat ini menjadi semacam tempat beribadah dan menjadi pusat upacara Thaipusam -acara tahunan yang digelar sebagai ucapan terima kasih kepada para Dewa termasuk Sri Subramania Swamy.

Untuk mencapai gua harus menapaki 272 tangga keatas menuju Cathedral cave. Sebuah gua tak jauh bernama Dark Cave menawarkan spelunking tour kerjasama dengan Malaysian Nature Society. Taripnya lumayan mahal sekitar RM30 untuk long tour. Terpaksa menahan diri saja.
Dua gua dibawahnya adalah sebuah pura Valuvvar Kottam dan art gallery. Isinya hampir sama yakni sebuah visualisasi cerita2 mitologi Hindu dalam bentuk patung dan lukisan dinding dengan warna2 mencolok.

Batu Caves sungguh menawan. Hanya saja tempat ini sepertinya kurang perawatan. Konstruksi dilakukan secara sporadis, tidak adanya kesatuan tema dan konsep membuat tempat ini betul2 khas India. Dari arah Dark Cave kita bisa melihat kota KL lengkap dengan landmarknya.

How to get there:
Batu Caves : by taxi RM15 from Petronas, by bus from Central Market No 11D RM2 one way

Labels: ,

Monday, October 17, 2005

Heritage Malacca



Ketika seorang kawan di Indobackpacker mengirim pesan pendek, spontan saya mengajukan diri ke Melaka dan KL bareng. Malacca adalah kota kebudayaan yang sangat diidamkan untuk siapapun yang tertarik dengan arsitektur dan sejarah. Walau belum pernah ketemu kami langsung akrab. Minggu pagi kami mengambil bis pertama menuju Malacca di Lavender Bus Station. Taripnya SGD11, bayar di tempat. Kalau mau lebih murah, pergi saja ke Johor Baru, ambil bis dari sana dengan hanya RM11 !!! Kurs tukar memang cukup membingungkan.


Empat jam perjalanan tanpa terasa sambil diiringi hujan deras. Sesampai di Melacca kami mengitari tempat2 strategis seperti Chinatown, Masjid Kampung Kling, Satdhuys dan Dutch Square. Walau hujan kami nekad meneruskan jalan. Hingga menjelang maghrib barulah sibuk mencari penginapan. Di Jl Bukit China kami menuju Eastern Heritage Guesthouse. Sayangnya semua kamar penuh membuat pilihan akhir tinggal di klas dormitory. Taripnya RM10 sahaja atau 27rebu rupiah !!! Hasilnya kami tertidur dengan bahagia.

becadriver.jpg
Originally uploaded by ambar_briastuti.

Esoknya kami berkeliling mengitari Malacca. Sungguh kota ini mneyimpan sejarah yang panjang semenjak Parameswara membangun kampung di pinggiran sungai. Hingga bergelar Sultan Iskandar Syah kerajaan Malacca menerima baik pedagang2 dari China, Portugis, Belanda dan bahkan Jawa dan Ayuttaya. Bukti2 peninggalan bisa terlacak disini, menjadikan sebuah kota ini ideal untuk perburuan photo. Dengan berat hati kami meninggalkan Malacca siang tadi menuju KL.

Sangat banyak bis menuju kesana dengan tarip yang hampir sama sekitar RM9.50. Dalam waktu 2.5 jam kami sudah sampai di Puduraya Bus Station. Segera menuju Jl Bukit Bintang ke sebuah guesthouse bernama Number Eight. Sebuah tempat baru yang belum masuk dalam Lonely Planet. Menariknya inilah konsep guesthouse ideal untuk backpacker. Walau kami tinggal di dormitory dengan bunk bed, tapi kami bisa menikmati AC, breakfast, hot shower, teh/kopi gratis dan bahkan internet. Hanya RM30 permalam per orang pelayanan disini selayaknya hotel bintang dua.

Labels: ,

Thursday, October 13, 2005

Menyusuri Pedesaan Bali Timur : Senyum Mereka Masih Ramah

Puas berkeliling di Ubud kami memutuskan menuju Candidasa dengan menggunakan Perama Shuttle bus. Taripnya 40ribu per orang plus 5ribu untuk penjemputan. Di Ubud, kantor Perama ada di Hanoman St jadi kudu sepedaan atau jalan kaki kesana dari penginapan Jati3 di Monkey Forest Road. Bisnya standar tanpa AC. Tapi disupiri dengan sangat hati-hati. Berbeda dengan charter Perama yang mengajak racing di jalan-jalan sempit Padang Bai-Ubud.

Kami didrop di penginapan Kelapa Mas, taripnya 110rebu pemalam. Ngga pake AC, air dingin, plus breakfast. Ini saja masih lumayan ketimbang beberapa yang berkelas seperti Alila Manggis ataupun Puri Bagus Candidasa yang at least US60 itu. Uniknya jalan ke belakang penginapan nampak lautan selat Lombok dengan deburannya yang dasyat.

Keesokan harinya kami menyewa Jimny lewat resepsionis. Taripnya 150ribu perhari tanpa bensin. Temen jalan saya yang nyetir, dan ini adalah pertama kalinya setelah 8 bulan tidak memegang kemudi. Medan menuju Tulamben sangat menarik. Gradient cenderung menaiki bukit dengan tikungan yang “menyenangkan”. Ini membuat supir saya ini bukan main senangnya. Maklum mantan pembalap. Jimny mengayun kekanan kiri jika papasan dengan bis atau truk.

Rute hari itu yang dipilih adalah Candidasa-Amlapura-Culik-Tulamben-Amed-Jemeluk- Selang-Ujung-Amlapura-Candidasa. Pemandangan dari atas bukit di desa Culik sungguh luarbiasa. Teras-teras padi dengan Gunung Agung berdiri gagah di belakangnya. Agaknya musim tanam telah tiba, deretan padi muda nan hijau serasa menyejukkan mata. Dari jauh nampak bekas lelehan lava Gunung Agung akibat letusan hebat tahun 1963.

Sepeninggal Culik menuju Tulamben pemandangan menjadi sangat berbeda. Sangat kering dengan pepohonan yang jarang. Batu-batuan angkuh berwarna hitam dengan semak-semak kering mengusai setting hingga ke pesisirnya. Atas petunjuk instruktur diving kami menuju tepian pantai. Barengan kami adalah sekelompok diver dari berbagai negara sudah antri menuju bibir pantai. Disinilah ternyata tempat favorit diving di Bali. Sebuah kapal US Navy Liberty ditorpedo oleh Jepang di tahun 1942. Ketika digeret menuju Singaraja, kapal ini terlanjur karam. Diperparah oleh letusan G Agung 1963 membuat kapal ini pecah menjadi dua.

Saya cuma bisa snorkeling, itupun dengan susah payah mencari life jacket walau sudah memakai wetsuit. Ini adalah yang kedua kalinya snorkel setelah menjajal pulau Tioman. Begitu terjun saya mensyukuri keputusan memakai life jacket. Walah ini dalam sekali….syukurnya jarak pandang sangat bagus membuat saya menikmati indahnya karang dan ikan-ikan disana. Dari atas saya bisa melihat para diver berebutan melihat reruntuhan Liberty. Saya hitung paling tidak ada 30-an. Gelembung-gelembung dari botol oksigen mereka menjadi permainan mengasyikan.

Sekitar 1.5 jam dengan dua kali session snorkell di Tulamben kami memutuskan menuju Amed. Sepanjang perjalanan adalah punggung pantai memanjang dengan deretan kapal-kapal jukung. Nampak sepi mungkin belum saatnya melaut. Di sebuah warung kami berhenti. Saya dengar suara mesin diesel dan nampak beberapa wanita tengah bekerja keras menuang air panas. Ngapain ya…? Curiga saya segera kesana. Oh ternyata sebuah tempat pengawetan ikan dengan cara diasinkan. Bertumpuk-tumpuk ikan segar di sebuah bak air. Seorang ibu menyusun ikan di keranjang bambu sambil meyebar garam diatasnya. Beberapa perempuan lainnya merebus ikan dalam keranjang tadi dalam beberapa menit di sebuah bak air panas.


Young Boat maker
Originally uploaded by ambar_briastuti.
Tak jauh dari situ saya menjumpai ladang pembuatan garam berbaur dengan rumah nelayan. Di beberapa tempat nampak sebuah bak berbentuk kerucut ke bawah berisi lumpur yang diendapkan. Batang pohon kelapa dibelah dua, ditata diatas bambu. Saya intip bagian bawahnya, nampak lelehan garam berbentuk seperti cacing memanjang karena terpengaruh gaya gravitasi. Beberapa anak-anak menawarkan garam dalam wadah bambu. Tadinya satu dua tapi akhirnya menjadi hampir 10 anak. Susah sekali berkata tidak untuk todongan macam begini.

Kami bertanya pada seorang pemuda tempat terbaik untuk snorkel di Amed. Sambil menunjuk sebuah teluk kecil tepat di ujung pantai. Kali ini tanpa life jacket saya hanya mencoba bibirnya saja. Ternyata disini tidak terlalu dalam, dan masih banyak soft coral yang bisa ditemui.

Bergegas kami ganti, seorang anak berseragam pramuka sambil bersepeda menghampiri. Kami dimintai retribusi 3ribu dengan kertas retribusi berstempel tahun 2002. Kami tidak bertanya. Kembali ke Jimny menuju desa berikutnya. Kali ini tanda jalan agak membingungkan. Jalan ke kiri menuju kawasan resort dan yang terus menaiki bukit terjal . Kami nekad ambil jalan terus. Jalanan sungguh sangat menarik. Dari atas bukit kami bisa melihat kampung-kampung nelayan nun jauh disana. Tiba di Selang kami mampir di sebuah resort yang tepat di puncak bukit dengan pemandangan laut tak putusnya. Duduk menikmati jus buah tiba-tiba saya merasa seperti pernah melihat tempat ini. Hmm sibuk memutar otak hingga penasaran ini masih bergayut. Sehari kemudian barulah saya tahu tempat itu adalah salah satu cache dalam permainan Geocaching. Sebuah permainan menemukan harta karun dengan bantuan GPS yang lokasinya dipostingkan melalui website mereka. Ah andai…

Rute selanjutnya kami lalui : Ibus-Banyuning-Aas-Kusambi dan menembus jalan berkelok-kelok menuju Suraya mencapai Ujung. Kondisi jalan lumayan bagus mengingat begitu terpencilnya desa-desa ini. Ini bisa dimengerti ketika kemudian banyak resort dan tempat penginapan menjamur di wilayah Amed dan sekitar Jemeluk hingga Selang. Setiap kali kami bertemu penduduk senyum ramah dan lambaian tangan selalu kami terima. Bahkan beberapa dengan sengaja menghentikan kami hanya untuk bersalaman. Sungguh Bali sangat bersahabat. Kami akan selalu ingat senyum ramah mereka.

Contact Number:
Perama Ubud : 0361-974722/0361-973316
Jati3 : 0361-973249 (recommended tarip 150ribu permalam bisa buat 4 orang di bungalow tepi sungai)
Kelapa Mas : 0363-41369

Food :
Vincent's Restaurant 0363-41368 : udang pelalah-nya sip !

More picture at Photobox. This article also in Indobackpacker.

Labels: ,

Monday, October 10, 2005

Climbing the mountain : it's not a silly thing to do



Once you tried it, it was very difficult to stop.
Eric Shipton (1907-1977) Himalayan Explorer and Alpinis stye founder

Setiap kali turun gunung selalu ada pertanyaan : what I have done? Menguras tenaga, terseyok-seyok berjuang ke puncak dan sesampai diatas menikmati pemandangan lalu turun lagi. Oh sesuatu yang bodoh ?

Bukan. Satu hal membuat ingin kembali melakukan adalah achievement -mencapai sesuatu dan menyelesaikan sesuatu. Sebuah pembelajaran self motivation untuk tidak menyerah. Juga berlatih menggunakan akal sehat dan mengambil keputusan-keputusan. Kegiatan adventures apapun selalu beresiko, tetapi mengerti limit diri sendiri dan tahu kadar nalar kita adalah sebuah kombinasi yang unik.

Limit itu sendiri sangat fleksibel, menjadi sebuah permainan untuk ditarik hingga tertinggi. Saya kira hanya diri sendiri yang tahu batas itu. Saya salah. Ada orang yang bisa melihat potensi dan membantu menemukannya.

Seperti Shipton yang dyslexia ketika kecil hingga tumbuh menjadi seorang mountaineer perintis, saya juga mengalami kesulitan baca ketika kecil. Ketika SD rapor saya tertera angka merah menunjukkan "kebodohan" saya. Berjuang untuk mencapai kepercayaan diri dan menemukan limit itulah yang membuat saya selalu kembali ke gunung.

Labels:

Saturday, October 8, 2005

Bangsal : a travel warning

Saya sudah diperingatkan Pak Dirman supir taksi (+628175737279) bahwa pelabuhan Bangsal menuju pulau2 di Gili Lombok terkenal mafianya. Bahkan Rough Guide : Bali and Lombok jelas-jelas menyatakan bahwa tempat ini adalah hassle bagi turis terutama turist independent seperti saya.

Bagi yang sudah booking dengan Perama Shuttle Bus masalah bukan lantas selesai, tapi makin mengganggu. Begitu turun dari cidomo diberondong pertanyaan bahkan diminta tiket busnya dengan cara tidak sopan. Hmm saya mencoba tegar, bergegas ke bagian tiket. Tiket perahu ke Gili Trawangan adalah 17ribu per orang dengan public boat. Sayangnya kudu nunggu sampai penumpang penuh (berarti sekitar 1-2 jam lagi). Ok saya batalkan beli. Seorang turist dekil dengan kaca mata hitam mendekati saya.

"Are you going to Gilis?" *accent perancis yang kental*
"Yes, what can I do ?" menawarkan jasa nawar tukang perahu.

Ternyata mereka berlima plus papan2 surfing ditawari charter perahu 140ribu. Berangkat saat itu juga dan butuh beberapa orang lagi. Hmmm mikir. Sharingnya begini : saya berdua 50ribu dan mereka berlima 90rebu. Koq jatuhnya gedean saya yah ? Tapi go ahead...

Berikutnya : terjadi keributan perahu siapa yang mau dipakai. Informasi ke saya simpang siur padahal rucksack sudah dipanggul tukang angkut (tanpa saya minta). Mulai naik darah apalagi cuma saya yang bisa bahasa Indonesia. Antara panik rucksack bakalan ngilang dan puluhan orang saling berteriak di bibir pantai membuat nyaris kehabisan sabar.

Cara menawarkan jasa sangat "aggravation" klo ngga mau disebut nodong. Ini juga terjadi di Padang Bai. Untungnya barengan dalam grup membuat perjalanan sedikit nyaman. Jadi hati-hati di dua pintu ini and keep cool.

Labels: ,

Thursday, October 6, 2005

Tetesan darah awal Ramadhan


Saya berada di Bali ketika bom itu terjadi. Hingga Minggu siang barulah berita itu sampai ke telinga. Ya karena sengaja 2 minggu meninggalkan atribut teknologi seperti tv, radio, internet dsb. Saya juga melihat reaksi masyarakat Bali pasca bom itu. Sehari setelah itu kami banyak menemui beberapa orang menyebarkan selebaran dan kaos bertuliskan : "Fuck Terorist".

Memahami kemarahan mereka saya bersimpati. Dua hari kemudian mereka disibukkan dengan persiapan perayaan Galungan dengan membuat penjor dan memasak masakan khas Lawar. Sebuah ironi ketika Galungan sendiri berarti kemenangan dharma atas kekuatan jahat. Pertanyaan besar menggayut : akankah kebaikan akan menang ?

Di satu sisi itulah hari dimulainya Puasa Ramadhan, bulan penuh hikmah. Tapi rasanya terlalu getir memasuki puasa dengan darah. Ya Allah...buka hati durjana yang mengaku hambamu itu.

Labels: