Saturday, July 25, 2009

Sumber informasi untuk memantau Flu Endemik H1N1



Karena banyaknya pertanyaan tentang pendemik global flu H1N1 berikut perkembangan terakhir, mungkin sumber informasi dibawah ini bisa membantu memantau situasi.

1. World Health Organisation (WHO) mendedikasikan penuh untuk memberikan updates terbaru, yakni perkembangan jumlah penderita/korban meninggal. Disitu juga ada peta yang bisa diunduh untuk melihat penyebarannya. WHO juga bisa diikuti melalui Twitter di http://twitter.com/whonews

2. Buatlah 'berita waspada' dengan menggunakan Google News Alert. Gunakan kata kunci "swine flu" atau "H1N1". Gnews akan mengirimkan perkembangan berita dengan mengirim pada email anda atau per RSS Feed. Untuk set silakan kesini

3. Cek lembaga seperti CDC (Center for Disease Control and Preventation). Disana terdapat informasi warning tentang travel dan tingkatan/level dari kondisi endemic flu berikut perkembangan secara global. CDC meneyediakan penjelasan lengkap dari apa saja yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah perjalanan. Walaupun konteksnya adalah negara USA tetapi info disana sangat bermanfaat. CDC juga mendedikasikan khusus untuk para traveller termasuk pada pelaku industri penerbangan untuk mengenali penderita flu yakni disini

4. Menggunakan Peta Kondisi di Health Map berisi berbagai endemik yang terjadi di dunia. Silakan pilih misalnya hanya ingin melihat H1N1 dengan mengklik pilihan. Peta ini menyajikan cukup lengkap sumber data baik endemik manusia ataupun hewan atau kombinasi.

5. Semenjak 16 Juli 2009, WHO menghentikan perhitungan jumlah korban tetapi tidak menghentikan memonitor kondisi. Walau begitu mereka tetap updates situasi terakhir. Guardian (koran dari UK) Datastore memberikan interaktif peta dan data dengan tetap meneruskan perhitungan dari sumber bisa dipercaya (terdapat beberapa caveats -prekondisi yang dijelaskan disana). Twitter disini

6. Carilah sumber berita lokal pada destinasi yang direncakan. Misalnya, anda hendak ke Malaysia atau Singapura cari sumber/kantor berita sana. Gunakan Google News Regional Malaysia (catatan : Indonesia dan Thailand ngga ada, tetapi coba kata kunci dengan nama negara).

7.Jika anda menuju negara tadi dengan pesawat, coba dilihat situs maskapai. Beberapa maskapai seperti Malaysia Airlines atau Singapore Airlines memberikan alert atau important notice bentuknya tautan kecil sebaris tapi dihalaman muka yang memberikan links (tautan) untuk ditindak lanjuti. IATA (International Air Transport Association) juga memberikan penjelasan lengkap disini dengan pertanyaan dan jawaban yang bisa diunduh pdf. Atau bisa dibaca halaman khusus untuk traveler disini.

8. Untuk kondisi terakhir endemik flu H1N1 di Indonesia, silakan buka di situs Departemen Kesehatan RI di halaman muka yang terus diupdate.
Have safe journey!


Sumber Mashable dengan tambahan pribadi.

Labels: , , ,

Wednesday, July 22, 2009

Thanks Eiger Indonesia (reflection of Outdoor Shops in Indonesia)


All I remember about Eiger-Indonesia is they are probably the early player for producing outdoor gears mainly backpacks. I never actually try them out as I could not afford the price, or not really put attention on the functions when I was starting this passion.

So when Heni contacted me to ask an article published in CeritaAmbar blog to appear on their bimonthly newsletter, well it's a sweet surprise.

Talking about Outdoor Shops in Indonesia, I have vague memory. It was dingy, dark, dusty and even rusty. Location's wise also a bit problem. Most of the shop is just small corner one which is adequate for retail. But the interior really freak me out. There weren't enough light that allow me to see details of the gears, also the way they were arrange the items seems not really good in division. Either mis-match nor understand the function of each gear.

Most shop also have few stocks, specially if you are living outside big cities like Jakarta, Bandung or Surabaya. You will also encounter some fake products, like The North Face or some fancy Berghaus. In the past, Indonesia used to be off-shore production of big company. In recent years, most of those move to Vietnam due cheap materials and labour cost.

The only chance to get a good deal was using the 'insider man' to gather rejected export gears -product couldn't pass quality control to been bought in bulk. It's usually have some minor problems, sometime not significant. To get better deal, you have to understand what you are looking for. That's what small retail do, by selling rejected items, selling again for a good amount of profit.

The victim here is end-customer, people have few or no experiences for choosing a right gear. Because the shop's attitute not helping you dealing with many choices or finding the ones that fit with you. Another problem is lack of education about the gear itself (or to be precise lack of will from some people to share their knowledge about this). When I was in highchool hiking club, there was zero conversation or lesson about gears. How to choose a good backpacks, what boots that suit to tropical country like Indonesia, what jacket that we should wear etc.

Outdoor gear is not cheap, some of those cost millions of rupiahs probably about third of average people's salary. It's regards as a big investment, specially when you are starting advanced outdoor activities. The newest products always have a better technology that allow adventurer cope with the challenges. In Indonesia to buy these products need second or third thought, especially when you have limited options.

My experience in Nepal where you'll find fake gears as easy as find a cup of chai that sometimes we have to lower our expectation. But if comes to safety, I wouldn't dare. My dream about outdoor shops in Indonesia would be like fashion retail just what North Face did in foreign outlets. More hip, with knowledge to help customer for better size or color, have a trial mode indoor to allow you playing with boots and sandals.

pic. TNF store in Italy

Other experience in USA when I bought backpack for Everest Base Camp trekking is another good sample. My body is pretty small, petite Indonesian. It will problem to find backpacks that fit with length of my upper body. When I arrived in REI, I already have list of brands to try out. Well, I ended up have to try the ones that available on store. An assistant helped me to fit it and put enough weight to see how its works. He allowed me to wear backpack up-down the stairs, walking trough flat terrain inside the shops for more than 30-40 minutes. The experiences and expertise that I couldn't get in Indonesia.

Yes some products can be buy online though. But some can't. Product that you never buy before or don't know the size as each brand having their own measurement. (if you notice, some brand follow US or UK/Europe size chart depend on their home based). I bought Berghaus jacket online which was OK because most of close family know the quality. Adventures backpacks and boots are different. They have to fit with our anatomy which is different for everybody. We're all unique.

I'm really wish Eiger Indonesia would bring a light for new concept of outdoor shop. As a home brew gear producer, Eiger and others company should be fully supported. We should proud that we actually made our own with our design. I knew some of their products from catalogue and some of them looks great. Eiger should evolve and change into hippier shops. (I would not say as trendier as sometime this would sacrifice the quality) and making outdoor activities is more kind a hobby for any range of ages or social class. Rather than believe an old myth that hiking or climbing is highskol pursuit.

Again thanks for Eiger Indonesia. And please keep it up!

Labels: , ,

Tuesday, July 14, 2009

Tips Mengunjungi Situs Warisan Dunia


Traveling di Situs Warisan Dunia sungguh sangat membanggakan. Sebuah petualangan menuju lingkungan yang unik, menggengam budaya setempat, menjadi bagian dari kehidupan yang berbeda dan tentu membangun kenangan yang tak terlupakan. Dibawah ini adalah tips untuk membantu meningkatkan apresiasi dan memberikan benefit bagi situs Warisan Dunia yang kita kunjungi.

Sebelum Traveling

  • Cari tahu sebanyak mungkin info. Semakin kita mengetahui tentang situs Warisan Dunia sebelum kita datang, semakin membuatnya hidup. Lihatlah info mengenai sejarah situs, budaya, lingkungan alam, adat istiadat, legenda setempat, petunjuk/peringatan dsb. Website dari Pusat Situs Warisan Dunia UNESCO ( http://whc.unesco.org) adalah titik awal yang bagus.
  • Belajar beberapa patah kata dari bahasa setempat. Tunjukan upaya untuk berbicara dalam bahasa setempat yang bisa membawa untuk berinteraksi dengan orang-orang yang mungkin lebih tahu tentang situs. Penduduk akan menghormati upaya dan ketertarikan anda untuk belajar. Kata sederhana sepert “Apa kabar”, “ Tolong”, “Terimakasih” bisa sebagai awal.
  • Packing ringan. Selalu saja ada godaan untuk membawa semua barang yang kita butuhkan, tetapi ingatlah untuk selalu pintar memilih. Membungkus items seperti kotak kertas atau plastik pembungkus untuk pasta gigi yang baru, tentu memakan tempat dan menciptakan sampah yang berlebihan.
  • Pilihan akomodasi. Lihatlah hotel yang mempunyai pernyataan resmi tentang pengaruh lingkungan terhadap system kerja dan kebijakan menurut budaya setempat. Prinsip-prinsip Aliansi Situs Warisan Dunia dapat menjadi guideline untuk memilih hotel.
  • Explore pilihan transportasi. Ingat bahwa travelling memberikan efek kepada lingkungan. Dimanapun berada, cobalah untuk meminimalkan polusi dan pengaruh terhadap lingkungan dengan mencari alternative transportasi dan menanggalkan emisi karbon.

Ketika Traveling

  • Terlibat dengan budaya lokal. Sebuah ungkapan, “Ketika berada di Roma, berlakulah seperti orang Romawi” masih berlaku untuk saat ini. Perjalanan anda akan menghasilkan kesempatan emas untuk mengekplorasi budaya baru dan melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Ingat juga untuk mencoba menyantap makanan lokal, belanja di pasar setempat dan menghadiri festival atau perayaan sebagai bagian dari pengalaman budaya.
  • Membeli produk dan menggunakan jasa lokal. Memilih untuk mendukung pebisnis lokal, tur operator yang dijalankan komunitas berarti anda akan memperoleh pengalaman dan memberikan uang anda langsung kepada komunitas lokal. Sebelum membeli barang, tanyakan dulu asal barang tsb. Hindari membeli barang yang dapat mengancam sumber alam dan laporkan adanya perburuan liar atau illegal kepada pihak berwajib.
  • Hindari menawar dengan agresif. Sangat sulit untuk mengetahui batas menawar, jadi jika anda tidak yakin tanyakan pada pegawai hotel untuk saran berguna. Ingatlah bahwa membeli barang bisa berakibat langsung kepada kehidupan penduduk setempat. Putuskan apakah perlu memberikan ekstra tip jika di kemudian hari memberikan efek yang besar.
  • Sewa guide setempat. Perkaya pengalaman dengan memilih guide dari lokal yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang destinasi. Tanyakan lokal tur operator atau hotel untuk rekomendasi yang baik.
  • Perlakukan situs dengan hormat. Destinasi yang kita tuju adalah mempunyai nilai lebih dari sisi kekayaan alam dan budaya. Buatlah mereka tetap terjaga dengan berjalan di trail yang sudah disediakan, menghormati jagawana/ penjaga situs, dan jangan mengambil artifak arkeologi atau biologi dari situs.
  • Hormati lingkungan alam. 3R –Reduce-Reuse-Recycle yakni kurangi, gunakan kembali, daur ulang. Walaupun kita hanya mengunjungi, buanglah sampah pada tempatnya, meminimalkan konsumsi air dan enerji yang akan memberikan benefit bagi situs dan penduduk setempat.
  • Think of the big picture atau pikirkan dalam skala yang lebih luas. Mendukung ekonomi lokal adalah hal yang penting, tetapi beberapa aktvitas tourism dapat membuat sebuah situs Warisan Dunia menjadi rapuh. Bilanglah “Tidak” untuk souvenir yang merupakan bagian dari situs itu sendiri, dan aktivitas pengunjung yang dapat mengancam kelangsungan hidup situs tadi.

Setelah Traveling

  • Sebarkan tips untuk travel yang bertanggungjawab (responsible tourism). Bagikan kepada keluarga dan kawan tentang indahnya kenangan ketika kita mengunjungi situs tadi. Jangan lupa bagikan tips sehingga mereka bisa memberikan pengaruh positif pada situs Warisan Dunia ketika melakukan perjalanan berikutnya.
  • Bagikan photo dan catatan anda. Photo dapat mengungkap seribu kata. Tunjukkan dan bagikan tentang pengalaman mengunjugi Situs Warisan Dunia melalui Friends of World Heritage Photo Contest.
  • Makin menjelajah. Traveling hanyalah awal untuk belajar. Ketika kita tiba di rumah, teruskan untuk mempelajari dan makin terlibat pada issue penting di daerah. Bangun pengetahuan dan juga terus mempelajari situs Warisan Dunia yang lain.
  • Berikan kembali. Traveling terkadang membuka mata dan hati terhadap sesuatu yang baru, Anda dapat meneruskan untuk memberikan inspirasi kepada generasi selanjutnya tentang situs Warisan Dunia dengan mendonasi sejumlah uang pada Friends of World Heritage Fund.

Sumber : terjemahan bebas dari http://www.friendsofworldheritage.org/issues/traveling-responsibly/tips.html

Labels: ,

Thursday, July 9, 2009

Review : Hangout@Mt. Emily Singapura


Jika pengen nginap di hostel Singapura yang lebih tenang dengan atmosphere backpacker yang tidak riuh coba saja di Hangout@Mt. Emily. Terpencil tapi bersahabat baik untuk backpackers ataupun keluarga, Hangouts memberikan kualitas yang tidak kalah dengan hotel bintang dua.

Karena alasan diatas saya memilih untuk sedikit kompensasi dengan kebutuhan. Tidak terlalu mahal, bersih dan kemudahan akses ke tempat-tempat yang jadi sasaran jalan. Alasan yang lain adalah udah bukan rahasia lagi kalau hotel murah (baca : jaringan hotel Singapura khususnya Geylang) adalah tempat yang remang. Daripada dianggep cem-macem, saya jauhkan dari wilayah ini.

Godaan untuk nginap di hostel backpacker di daerah Little India hampir membuat saya kembali kesana. Lah makanan halal banyak dan akses ke MRT mudah banget. Tapi kali ini saya pengen beda. Merasakan hostel yang menuntut sedikit jalan kaki menuju MRT.

Hangout@Mt. Emily (seterusnya disingkat Hangouts) letaknya di sebuah bukit dekat Mt. Emily Park. Jarak dari Orchard Rd dan Little India 10-15 menit jalan kaki. Soal jalan kaki, lebih menyenangkan di Singapura ketimbang di kota besar Indonesia. Dijamin teduh karena masih banyak pepohonan tinggi dan gede.

Ini karena salah satu kewajiban pihak pembangun di Singapura adalah menanami kembali pohon yang ada di site konstruksi. Jaangan heran kalau tengah malam ada trailer lewat dengan pohon diatasnya. Biasanya pohon diambil dan dirawat sementara di sebuah nursery hingga pembangunan selesai. So, kalau liat bangunan baru tapi pohonnya udah tua, ya itulah sebabnya.

Hangouts sebenarnya adalah bagian dari sebuah jaringan bisnis Cathay. Jadi mereka sengaja bikin hostel yang disubsidi. (well, namanya hotel tapi mereka mengasosiasikan bagian dari Hostel International-HI). Buat yang masih bingung antara hostel dan hotel, mungkin penjelasan dari Wiki disini bisa membantu.

Yang membedakan Hangouts dengan hostel lain adalah adanya kamar berbanyak (Rooms). Jadi maksimal satu kamar diisi 4 orang (quad) dengan pilihan dobel atau single bed plus kamar mandi didalam. Jadi serasa lebih private terutama yang belum pernah nyoba tipe asrama (dorm) ataupun bawa anak-anak. Di Hangouts juga tersedia dorm baik cowok-cewek only ataupun campur dengan tarip S$34-40 per orang (blun termasuk GST-pajak dll).

Tips : coba book lewat website Hangouts langsung, karena kemungkinan lebih murah dari harga yang terpampang dengan system promosi paket. Cuma sedikit ribet dengan menyertakan data seperti no. passport dan no. kartu kredit.

Selama saya tinggal, tidak ada keluhan berarti kecuali suara bangunan di samping (ini dijelaskan di website mereka). Untuk makan-pun dekat sekali dengan New Sophia food court, yang dengan jalan pintas cukup 3-5 menit. Kalau mau yang halal dan murah, pada arah menuju MRT Little India ada warung (hawkers) pojokan di Mt. Emily Rd.

Tips : tentang direktori hawkers/foodcourt/restaurant halal di Singapura bisa dilihat di http://www.singaporehalaldirectory.com/ Tapi karena perubahan yang dinamis banget, perlu dicek lagi. Salah satu tanda mudah adalah stiker gede halal keluaran MUIS –MUI-nya Singapura di depan warungnya.


Di lantai 3 terdapat ruang komuniti, yakni tempat buat nonton TV (Veg-Out), main games atau chilled out baca-baca (Time-Out). Ada juga ruang komputer (Log-Out) untuk free akses sejumlah 8 biji, plus teh dan kopi gratis setiap saat. Harga yang saya bayar ternyata udah termasuk breakfast. Walau disebut sederhana, tetapi disajikan dengan profesionalisme. Ini karena di lantai dasar Hangouts terdapat restoran kontemporer Wild Rocket yang kecil dan anggun. Pagi hari disinilah disuguhi breakfast yang lumayan ngisi perut sebelum jalan.

Kamar saya sih sederhana aja. Ngga ada teve (yipey..), yang penting kamar mandi & sprei bersih. Letaknya juga dipojok hingga mendapat view ke depan. Salah satu kelemahan hotel murah di Singapura adalah pemandangan. Ada beberapa yang malah ngga ada jendela atau dikasih kecil aja.

Seperti hostel lain. Hangouts juga menawarkan shuttle ke Airport (S$10 dengan jadwal 4X sehari) ataupun diskon tiket ke tempat wisata seperti Singapore Flyer atau Zoo atau Night Safari. Mayan loh…

Buat lebih meyakinkan, Hangouts pernah mendapatkan penghargaan sebagai Best Accomodation Standard th 2005 dan 2006. Well, jangan terlalu berharap jadi seperti hotel kelas wahid yah, tapi buat skala saya cukup terjangkau di tengah belantara mahalnya akomodasi di negeri singa.

Recaps :
Hangout@Mt. Emily
10 A Upper Wilkie Road, Singapore, Singapore 228119
Phone +65 6438 5588
Fax +65 6339 6008
S$113 (inc tax & breakfast, for 3people, rooms)

MRT terdekat : Little India (jalur ungu), koneksi langsung dengan Harbour Front (pelabuhan ferry dari Batam)
Booking via website langsung, atau di Agoda atau Hostelworld. Note : tidak ada link untuk booking lewat HI


Pro :
  • cocok buat keluarga dan anak-anak.
  • untuk yang belum pernah di asrama atau dorm.
  • relatif murah, jika dipukul rata masing2 bayar S$30-40 perkepala per malam dengan makan pagi.
  • bersih, terawat dan kamar mandi private.
  • akses foodcourt dan MRT cukup dekat.
  • wi-fi dan free akses, diskon tiket, locker.


Cons :
  • letaknya sedikit terpencil, perlu ke jalan besar untuk ngeplang taksi klo ngga mau charge booking S$2.5
  • lagi ada konstruksi di samping dan belakang.
  • sedikit ribet klo pesan langsung via website.
  • atmosphere backpacker kurang kerasa karena ngga ada ruang masak.

Labels: , ,

Monday, July 6, 2009

Prosedur GST Refund di Bandara Changi Singapura


Pajak atau GST di Singapura adalah sebesar 7% dikenakan pada semua barang/services yang dibeli di negara itu. Karena status kita sebagai turis maka, pajak ini akan dibayarkan kembali (refund) jika nilai transaksi lebih dari S$100 satu transaksi atau akumulasi dari 3 nota pada hari yang sama di toko yang sama, ketika akan meninggalkan negeri itu. Batas untuk mengklaim pajak ini adalah 2 bulan dari tanggal pembelian. Untuk ini ada caranya, bisa dibaca di informasi bagian Bea Cukai Singapura atau Singapore Customs.

Prosedur klaim refund GST berdasar pengalaman aja :


  1. Kalau beli barang, tanyakan minta nota "GST Refund" kepada bagian kasirnya sebelum membayar. Dia kemudian akan ngeprint nota yang sedikit beda yakni lebih panjang dan lengkap. Simpan sampai ketika akan pulang.
  2. Ketika sampai di bandara Changi & Seletar (catatan : refund ini ngga berlaku buat yg make ferry dari batam), cari tanda lokasi GST Refund. Kalau bawa barang yang mau dimasukkin bagasi (misalnya gede), klaim pajak ini sebelum check in. Soalnya nih oleh petugas bea cukai suka dicek barangnya. Ntar kalau mau klaim dah check in biasanya ditolak karena bukti ngga ada walau notanya ada. Karena kita belum check in maka tunjukkan tiket pesawat pulang. Ada juga loket GST Refund setelah melalui pintu imigrasi, jadi jika barang tadi dijinjing masuk pesawat, tinggal menunjukkan boarding pass (yang berarti kita telah checkin). Secara lengkap bisa dilihat disini.
  3. Isi semua info di nota yang diberikan kasir, biasanya berupa nama, no passport, tanggal datang & pulang.
  4. Masuk ke loket dan serahkan semua nota yang udah dilengkapi. Petugas bakal melihat nota dan ngecek. Jika diminta menunjukkan barang satu persatu yah ditunjukkan aja. Kalau udah sempat dibuka, bilang aja udah dibuka atau udah kepake sebentar.
  5. Jika petugas oke, nanti nilai pajak akan diakumulasi berdasar nota2 tadi. Ohya catatan, untuk toko2 yang berpartisipasi memproduksi nota GST refund, ternyata kita dimintai fee admin. Biasanya sekitar S$2.50. Jadi kalau besaran refund ngga sama dengan itungan kasar 7% tadi, kemungkinan karena toko udah motong duluan.
  6. Petugas akan memberikan refund berupa kes kepada kita sebagai pengembalian GST tadi. Catatan : ada beberapa toko yang melakukan proses ini secara langsung, misalnya Mustafa (letak GST di bagian paling bawah B2). Jadi refund dikirim melalui bentuk cek ke alamat kita di Indonesia.

Labels: , ,