Thursday, March 23, 2006

Onroad 4 Borneo Revisited : Clearwater Connection

Mulu 6-11 March 2006

Setelah beberapa hari hanya melihat show caves, canopy walk, makan jungle fern dan rusa acara selanjutnya adalah adventure caving. Sebelumnya kami menghubungi TN Mulu untuk merekomendasikan gua2 yang pantas. Serawak Chamber adalah incaran kami, bukan hanya terbesar didunia tapi juga memerlukan trekking lumayan jauh sebelum memasuki mulut gua.

Ternyata TN Mulu malah menyarankan Clearwater Connection. Meski tidak segede Serawak Chamber tapi caving disini lebih 'fun' dan menantang. Keduanya tidak memerlukan peralatan SRT, namun pihak TN memasang tali pengaman/lifeline di setiap section yang dianggap berbahaya seperti tebing, tranverse ataupun menyeberangi sungai. Berikut trip summary :

Clearwater Connection

Date/Day : 9 Maret 2006, Thursday
Location : Mulu National Park, Serawak Malaysia
Access : Miri –Mulu with Malaysia Airlines 3x perday day (RM120’s one way : tarip ini perkiraan), sewa boat return each RM25 drop in Wind Cave and pick up at Clearwater Cave
Guide fee : RM300 for a group (consist 1-5 people per group), conservation fee RM10 each
Time : 930am-4pm (untuk trip di dalam gua dihitung 5.5 jam)
Length : 4.8km (1.5km terakhir menyusuri sungai). Untuk Clearwater Cave System total 108km ( terpanjang di Asia Tenggara)
Participants : Ambar, Mark, Paul, Jack, Jerry (guide), Jenny (guide)
Photos : Flickr dan Multiply

Kami mulai pagi hari untuk register dengan guide. Hari itu kami ditemani dua orang guide : Jerry dan Jenny (yups ...yang terakhir ini cewek ). Kami bertiga ditambah seorang muda dari Manchester (sebut saja Jack). Selesai registrasi kami diberi helm caving lengkap dengan lampu LCD (Petzl : membuktikan standar safety mereka betul-betul diperhatikan). Kami sempat bergurau bahwa helm yang biasa kami pakai di UK jauh dibawah kualitas ini (headtorch di helm ditambal isolasi tahan air). Sebelumnya kami korespondensi dengan pihak TN terutama menanyakan pengalaman caving yang mereka inginkan. Kebetulan kami bertiga adalah anggota club caving di UK yang secara organisasi masuk BCRA. Tapi masalah perijinan ini tidaklah terlalu ketat seperti yang saya duga. Kalau tidak bisa menunjukkan keanggotaan club/organisasi mereka akan ‘mencoba’ kita pada gua-gua beginner atau intermediete dulu.

Ada 3 gua dengan standar advanced yakni : Serawak Chamber, Clearwater Connection dan Stonehorse. Sedang untuk ‘orang biasa’ yang ingin coba-coba Park Ranger biasanya menyarankan Racer Cave (intermediate). Untuk Clearwater Connection mereka menerapkan dua guide setelah beberapa tahun lalu dua orang gadis dari Eropa Timur beserta seorang guide-nya tersesat dan kehabisan karbit. Saat ini untuk adventure caving di Mulu, pihak TN melarang penggunaan karbit sebagai upaya konservasi. Para guide disana menyediakan batu baterry cadangan jadi cukup untuk trip 6-8 jam.

Tadinya agak gugup juga karena setahun ini praktis saya tidak turun bumi. Dengan adanya Jenny sebagai sesama cewek ternyata membantu menurunkan kadar nervous. Jenny pula yang memimpin tim hingga sungai bawah tanah. Paul kawan kami di UK meski berpengalaman caving ternyata mengidap phobia ketinggian. Walah.....ono-ono wae dan ia cukup bersyukur caving kali ini tidak ada pitch yang cukup dalam. Sedang si Jack mengaku punya pengalaman climbing di......Thailand ! Terus terang agak riskan melakukan trip dengan orang yang sama sekali belum kita tahu kemampuannya. Tapi dia bilang baru turun gunung di Pinnacles. Sebuah bagian dari Gunung Api di Mulu dengan formasi limestone jeruji tajam yang didaki dengan kemampuan climbing diatas rata-rata. Jadi kami percaya dan kita lihat saja kemampuannya.

Kami naik perahu menuju Wind Cave sebuah show cave yang bisa dilalui dengan jalan kaki. Tapi untuk hemat tenaga sebaiknya make perahu. Jalan beberapa saat dulu ke King Chamber sebelum akhirnya sebuah tangga turun dilalui. Start agak lumayan panjang, memang memerlukan climbing dengan lapisan lempung yang membuat licin. Nyaris tidak ada yang curam (dalam arti ‘tranverse’ = melipir). Jalur2nya berliku jadi memang diperlukan ingatan tajam mengenai orientasi dan lokasi. Beberapa point harus turun cukup sempit mengingatkan kami pada tipe2 gua di UK yang sempit dan drop cukup tajam. Saya paling tidak suka kondisi begini karena dengan keterbatasan sorot lampu membuat ngg bisa melihat dasar. Lha iya klo hanya beberapa meter lha klo terusan ?

Beberapa binatang yang kami temui umunya laba-laba, kelelawar, walet dan cricket (=jangkrik?). Beberapa tempat terdapat lapisan guano-kotoran kelelawar yang berbau amonia. Beberapa kali kami berhenti istirahat. Hingga akhirnya mencapai sungai bawah tanah. Permukaan air lumayan hari itu. Sehari sebelumnya wilayah Mulu turun hujan seharian bahkan hingga malam. Titik ini tim leader diganti Jerry yang memimpin penyeberangan zig zag. Untuk keamanan mereka menambah tali pengaman penyeberangan. Seperti de-ja-vue, nervous saya balik lagi. Inget di Yorkshire ketika terbawa arus sungai dan nyaris tenggelam. Untung banget sungai di Clearwater Connection cukup lebar sehingga arusnya ngg kenceng. Kami melewati dalam waktu dibawah 1 jam hingga menemukan kabel listrik untuk pencahayaan show cave.

Kami berakhir di Clearwater Cave dalam suasana gelap gulita. Gua Clearwater dan Wind ini hanya diakses pagi dan siang hari sebagai salah satu upaya konservasi (dan juga hemat listrik). Tak lupa nyemplung mandi di sungai sebagai tanda keberuntungan. Keesokan harinya kami mencoba Stonehorse cave.


Informasi Mulu National Park

Daftar gua di Mulu NT untuk adventure caving :
  1. Turtle Cave (B) durasi 45 menit
  2. Lagangs Cave (B) durasi 3-4 jam
  3. Lagang Cave (Int) durasi 5-6 jam
  4. Drunken Forest Cave (Int) durasi 8 jam
  5. Racer Cave (Int)
  6. Stonehorse (adv) durasi 4-5 jam
  7. Clearwater Connection (adv) durasi 6-8 jam
  8. Serawak Chamber (adv) durasi 10-15 jam tergantung kondisi
Persyaratan administrasi :
  1. Bisa menunjukkan keanggotaan club/organisasi speleologi yang dikenal secara internasional, atau
  2. Bisa menunjukkan detail pengalaman caving sebelumnya berupa bukti tertulis pengalaman caving dan kemampuan SRT tiap anggota tim. Dalam daftar itu juga harus memberikan gambaran caving : gua yang dimasuki, vertical rope work, menelusuri gua sempit, climbing, swimming, horisontal/vertical cave systems, atau
  3. Melakukan satu dari gua yang dianggap mudah terlebih dulu (biasanya diajukan Racer Cave)
Syarat Umur:
Beginner (B) : min 8 th
Intermediate (Int) : min 12 th
Advanced (Adv) : min 16 th

Untuk reservasi bisa kontak :
Gunung Mulu World Heritage Area
CDT62, 98007 Miri
Serawak, Malaysia
Tel : 60 85 433 561
Fax : 60 85 432 561
Email : enquiries@mulupark.com
Web : http://www.mulupark.com/

Malaysia Airlines :
Miri-Mulu : 10:05 12:45 dan 14:45 (dengan Fokker 50 atau DHT lama perjalanan 30 menit)
Mulu-Miri : 11:25 13:35 dan 15:35

Labels:

Monday, March 20, 2006

Onroad 3 Borneo Revisited : See Abraham Lincoln

Sandakan-KK-Miri-Mulu, 5 -7 March 2006

Dari Uncle Tan Camp kami balik lagi ke Gum Gum menuju kota Sandakan jaraknya sekitar 25 km. Kami memilih naik mini biskota. Bis warna ijo ini terlihat tua, terkelupas sana sini, mesinnya juga sedikit ngrek..ngrek. Tapi yang menakjubkan adalah sound sysytem-nya. Dua speaker besar disamping sopir plus 3 speaker kecil mengelilingi bagian bis. Dengan volume yang ngg kalah dengan ravehouse sopir memasang lagu2 hip hop top 40. Dari 50cent, Dr Dre, Black Eye Peas sampe Eminem. Dentumnya yang keras sangat terasa di dinding kaca jendela di samping tempat duduk saya. Menggelegar diantara jalanan Sandakan di siang hari bolong. Wow !

Hari itu hari Minggu. Tujuan kami adalah ATM di Sandakan, sedang airportnya sendiri ada di luar kota. Disini saya baru sadar bahwa kami sehari lebih awal dari rencana semula. Jadi harus merubah seluruh penerbangan domestik yang sudah saya pesan. Di bandara seorang gadis dari Malaysia Airlines dengan simpatik membantu kami. Anehnya tiket yang saya 'perintahkan' untuk dikirim ke Sandakan malah terkirim di KL. Jadilah dengan dibantu manajernya kami menyelesaikan dengan cepat. Duh salut banged dengan kinerja mereka.

Sandakan - KK hanya sekitar 45menit, kali ini kami mencari hotel di sekitar chinatown dengan tarip RM65 untuk twin. Keesokan harinya kami mengejar pesawat paling pagi menuju Miri. Dari Miri kami nyambung menuju Mulu pukul 10:05. Tahun lalu ketika pertama mengunjungi Miri saya terpesona dengan bandara yang baru. Bandara Mulu juga bersolek diri dengan tambahan ruang. Kali ini kami memakai Fokker 50, isinya penuh dengan turis baik lokal dan asing. Dengan frekuensi 3X sehari terlihat Mulu mulai menunjukkan nama besarnya. Letaknya di tengah belantara Borneo membuat akses sangat terbatas. Kalau ingin jalan darat Mulu Nat Park bisa dicapai dengan perahu dalam 2 hari dengan 4 tahap. Dengan pesawat hanya membutuhkan 30 menit !

Hari pertama kami lalui dengan tour untuk 2 show cave : Lang Cave dan Deer Cave. Yang paling dramatis adalah Deer Cave karena jalan masuknya yang luar biasa gede. Meski sudah pernah kesana saya tetap terpesona. Di UK saya pernah caving dengan gua terbesar disana : Gapping Gyll yang tingginya 110m, panjang dan lebarnya 145m x 25m. Untuk Deer Cave ini mungkin tiga kali lebih besar dari Gapping Gyll. Bahkan orang Malaysia berujar : gua ini bisa dimasuki 47 biji pesawat Boeing. Hmm agak berlebihan nampaknya...

Salah satu yang menarik adalah bentukan batu di mulut gua membentuk siluet Abraham Lincoln. Untuk melihat siluet ini harus berjalan dulu melewati papan kayu sekitar 50m sebelum memasuki bagian gua yang gelap. Saat ini di Deer Cave sudah dipasang lampu kecil sepanjang jejaknya. Indah sekali kalau dilihat dari ketinggian. Jalan terus sembari membawa lampu senter hingga ke bagian terakhir Deer Cave yaitu Garden of Eden. Sebuah pemandangan mengesankan : mulut gua diterangi cahaya dari luar terlihat penuh tanaman yang kaya akan spesies baru seperti ketika ditemukan tim ekspedisi BCRA di tahun 80an.


Lang Cave meski kecil tapi ornament-nya indah. Ornament seperti curtain dimana-mana. Letak dua gua ini hanya sekitar 10 menit jalan, jadi biasanya diantar ke Lang dulu baru ke Deer Cave. Setelah puas maka segera tontonan berikutnya tak kalah menarik. Jutaan kelelawar keluar dari Deer Cave membentuk gelombang tak henti. Kali ini kami membawa perlengkapan untuk mengabadikan peristiwa ini. Kelelawar ini keluar sekitar pukul 5-6 petang dengan mengeluarkan suara buzzzz seperti lebah. Beberapa elang dan hornbill mengambil kesempatan, mencaplok keleawar yang terbang bergerombol. Sebuah adegan yang mengesankan.


Hari itu kami balik ke penginapan. Sekitar 3.5 km kami tempuh untuk balik ke pintu depan Nat Park. Kami menginap di Royal Mulu Resort untuk merasakan empuknya kasur sebelum keesokan harinya pindah ke akomodasi di Mulu Nat Park. Royal Mulu adalah resort yang dibangun dengan tema natural. Rasanya sangat asing menemukan tempat senyaman ini di tengah lebatnya hutan Borneo.

Labels:

Wednesday, March 15, 2006

Onroad 2 Borneo Revisited :This is not HILTON


Kinabatangan River Borneo, 3-5 March 2005

After a really good night sleep at Summit Lodge in Kinabalu Parks we checked out about 11am to catch the SIDA Express bus to Sandakan. We waited outside the Park until the bright yellow coach turned up. On an email from Eugene, this bus recommended to go to Uncle Tan Wildlife Jungle Camp HQ in Gum Gum village. It took about 4 hours journey to the village. The night before I tried contact Eugene to get latest development about the camp at lower Kinabatangan River. It was flooding in last 3 weeks so we just want to know whether the water level started residing.

On the junction of KK-Sandakan-Tawau, we’ve been stop due the immigration control. The officer with blue uniform in military style carrying riffle jumped up to our bus to checking ID or passport. I sat on the very end of the bus and got my chance. He asked my ID and I gave him my scruffy Indonesian passport. He quick glanced on it and notice few things. Then he smiled (pfffff…thanks God), asked questions in a good manner including where I have been and what I have been doing. The two British bloke just left without checking.


The bus driver knew where we should go. So we ended up in the Batu 16 Gum Gum just by the Uncle Tan office. You can easily spot this office since they put a big sign on top of their second floor where several basic room for stay overnight. We would not stay in this place. We want straight down to the camp –about 2 hours away from the HQ. But we got problem. They did not mention that we should arrive in their office at least at 130pm, otherwise we will missed the shuttle transport to the boat point. I argued that last night when I rang them I clearly mention that we will arrive at 3pm. And we did, not missed a single minute. We understood that we would not get chance to see orang utans at Sepilok Rehabilitation Centre. But that what we wanted. We just want to go to the camp.

After negotiation and calling the big boss (Eugene –apparently he is the son of late Uncle Tan), he agreed to transport us with fancy Toyota 4wheel drive fully AC at 5pm. Thanks for the email correspondence before our arrival and also Mark’s tips about using camera flash. So here we are….on the fancy car. We drove back to the road junction and again met the immigration control. But now they seemed not bothered about us. I asked about these to Shahril -the Uncle Tan driver. He said that Malaysia aware about potential smuggle immigrants from either Indonesia nor Philippine.

About 6pm we reached the Batu Puteh village not far from Kinabatangan Bridge. I saw kids swimming happily in the muddy river when the sun started going down. These kids enjoyed the river just like their parents. Some of the parents went to fishing with nets on a simple boat. A lady showed me proudly her half day fishing : a bucket full of fresh water prawn and fishes. A lovely selection…She said that flooding led more fishes to go further, meant you can easily caught them in the net.

Someone coming with a warm welcome. The guy –about late 20s typical Asian, dark skin, well built, long hair with a black Uncle Tan T-shirt gave a hand to everybody. His name is Lan. He would take us to the camp along with two others kids. On the dark, we set off with the boat. On our way, Lan showed us animals that he’ve seen it in just a glance with his bright spotlight. It took about an hour to reach the camp through oxbow lake and floodplain of Kinabatangan river. As I mention before, the camp in flooding conditions, means that now the camp became a water camp. Actually the location of the camp is by Danau Girang or Lot No 6 on the Wildlife Sanctuary. The sanctuary level means that people can across the land without permission but not allowed to logging or farming.

An oil lamp in the dining room was the only source of light, quietly dimmed the rooms. Sound of owls and frogs gave impression to remoteness of this place. The dining area was the only place that we can stay that night. The rest of the camp was about half on top of water level. The huts that supposed to stay were totally un habituated. On that room we met three people from Sweden that arrived earlier on that day. They been waiting for us for dinner and the night safari. I can see that the room already been set up with 4 matras with mosquito net hanging about 2ft from the floor. This is our dining, bathroom and also sleeping room for the next 3 days. Since I am the only women in this camp, Mark had to drag me out with the boat every time I need to wee (apparently we called it No 1 need and the No 2 need you can guess what it was…).

We had a good dinner on that night, A pack of rice with lots of stir fried vegetables and chicken curry (with lots bones of course !). Then we have a half an hour briefing about what the Wildlife Jungle Camp about. Since flooding we were second guest in this camp. Most of them cancelled the program due the incapability of the place. Imagine that in the dry conditions the camp actually quite spartan and basic. With the flooding even drink water and toilet would be major problems. You’ve got to prepare for this situation. Previously we had to filling the disclaimer form regarding the flooding, including possibility that we couldn’t spot as many as animals that used to be easy to find in this area including elephants and orang utans.


The first night safari were great, we spotted frogs, owls, eagles, scorpions and flying foxes. In two hours we were scattering the river tried to find animals. Lan was really experienced guide. He told us the latin name, common habitat and the diet of each animal we found. I excited with this new experience, specially I am not a wildlife photographer. Lan himself is a keen wildlife photographer. Most of pictures on the board of the camp and the HQ were him. Eugene –his boss also a mad photographer. If you see some crocodile pictures or kingfisher or snake, they were all amazing. It needs a lots effort and determination to capture such beautiful moments.

In the next morning we started early to see how the animals moving from their territory to the jungle for feeding or daily activities. We went to the oxbow lakes to spot some of proboscis monkeys. We saw eagles as they moved to another area, also the famous one –Oriental hornbill. We had another safari in the mid day, then we had broken machine when we back to the camp. Problem was : we got to go upstream, so Lan decided to take a boat by river bank away from the main river. It took us more than 45 minutes through the swamp area with cutting the tree and leaves along the way. We survived by local boat just passed the river, carried us to the Observation Tower opposite the Uncle Tan camp.


There is a list of wildlife animal that we spotted in three days during our stay at Kinabatangan River.
  1. Proboscis Monkey (Nasalis larvatus )
  2. Long Tailed Macaque (Macaca facicularis)
  3. Silvered Leaf Monkey (Trachypithecus cristatus)
  4. Red Leaf Monkey (Presbytis rubicunda)
  5. Oriental Darter (Anhinga melanogaster)
  6. Oriental Pied Hornbill (Anthracoceros albirostris)
  7. Asian Black Hornbill (Anthracocecos malayanus)
  8. Wrinkled Hornbill (Aceroscor rugatus)
  9. Great Egret (Egretta alba)
  10. Intermediate Egret - small version (Egretta intermedia)
  11. White Collared Kingfisher (Halcyon chloris)
  12. Stork Billed Kingfisher (Pelargopsis capensis)
  13. Grey Headed Kingfisher
  14. Brahminy Kite (Haliastur Indus)
  15. Crested Serpent Eagle (Ichthyophaga ichthyaetus)
  16. Bornean Blue Flycatcher (Cyorniscaerulatus)
  17. Cricket Frog (Rananico bariensis)
  18. Brown Bull Frog
  19. Green Tree Lizard (Anolisbima culatus)
  20. Monitor Lizard (Varanus indicus)
  21. Buffy Fish Ow (Ketupa ketupu)
  22. Plyn Pygmy Squirrel (Exilisciurus)
  23. Stick Insect
  24. Orb Weaver (spider)
  25. Brown Bush Grasshopper
  26. Black Scorpion
  27. Dollar Bird (Eurystomus orientalis)
  28. Tractor Milipede (black )
  29. Giant Milipede (red)
  30. Storm Stork (Ciconia stormi)
  31. Pig Tailed Macaque (Macaca nemestrina)
  32. Short Billed Spiker Minter
  33. Flying Foxes (Pteropus hypomelanus)
  34. Civet Cat Viverridae
  35. White Bellied Woodpecker (Dryocopus javensis)
  36. Green Imperial Woodpecker
  37. Blue Eared Kingfisher (Alcedo meninting)
  38. Malay Badger (Mydaus meliceps)
  39. Wolf Spider
  40. Frilled Tree Frog
  41. Centipede
  42. Blue Totter Bee - eater
I m still looking for the latin name for all the animals above. Please inform or correct me.
Update 20 March 2006 : thanks Obot for the corrections !

Labels:

Sunday, March 5, 2006

Onroad 1 Borneo Revisited : Mt Kinabalu


Setiba di Kota Kinabalu 28 Feb malam diputuskan menginap sebelum menuju Taman Nasional. Borneo Backpacker di tengan kota rasanya bukan pilihan yang tepat. Letaknya yang terlalu dekat jalan membuat mata tak bisa terpejam. Esoknya kami mengejar bis paling pagi pukul 0800 menuju Kinabalu Nat Parks dengan bas espress menuju Sandakan/Tawau. Ongkosnya RM20 per orang dengan fasilitas lengkap (AC, film malaysia terbaru dan air minum). Dari KK menuju pintu gerbang Kinabalu Parks adalah 2 jam perjalanan (tepatnya 88 km). Langsung menuju konter Sutera Sanctuary Lodge untuk resume booking. Semua paperwork seperti pembayaran climbing permits RM100, asuransi, fee guide dsb dilakukan di konter dengan bayar cash. Kami ngg sedia ringgit banyak, akibatnya terpaksa bayar dengan dollar. Gerundelan mulai dateng : ih kenapa seh Malaysia ini komersial banget dengan TN ini (ketauan jawabnya belakangan....)

Kami start agak siang sekitar pukul 11. Ternyata mereka kehabisan guide hari itu, kami karus menunggu satu jam untuk dicarikan guide dari desa Kudasang -penduduk lokal yang tinggal sekitar 7km dari Nat Park. Tak lama seorang muda berbadan sedang dengan muka bulat cerah menghampiri. ia memperkenalkan diri sebagai Ben Jon -guide kami hari ini.
Dalam 2 km pertama rute sangat menyenangkan, kebanyakan berupa hutan tropik. Cuaca hari itu bersahabat. Hanya sedikit hujan hingga km 4.5 memasuki Layang-Layang Hut. Untuk 2km terakhir rasanya kaki makin berat. Bukan saja gradient makin tajam, namun bentukan tangga dari batu cukup melelahkan dengkul saya yang mulai terseret. Soal minum rasanya no problem. Setiap pos memang disediakan air dalam tong, cuma sayangnya ini tidak ditanggung bersih (untreated water). Sebaiknya memang bawa minum sendiri.


Sekitar pukul 330pm kami sampai di Laban Rata resthouse (sekitar 3200dpl). Kami terhitung agak telat karena start yang lambat. Setiba disana telah menunggu teh Sabah yang kental itu. Sisa hari kami habiskan makan minum tidur. Di Laban Rata kami harus sharing dengan tiga orang lainnya dalam satu kamar. Hari itu kami dicampur dengan pendaki dari Malaysia. Payahnya : cewek yang tidur samping saya mendengkur lumayan keras. Hasilnya cuma tidur efektif selama 4 jam.

Summit attack mulai pukul 0200 pagi. Tapi kami habiskan sarapan ringan di Laban Rata dengan secangkir teh dan roti seadanya. Lumayan seh daripada kosong. Kami dengar beberapa pendaki ada yang mengawali sekitar tengah malam. Dari resthouse mnuju puncak berjarak 2.5km dengan perkiraan tempuh normal 4-5 jam. Lalu lintas cukup padat malam itu membuat susah sekali menjaga jarak dan menikmati indahnya bintang2 di langit yang luar biasa jernih.

Sekitar gully di Donkey Ear sebenarnya lapisan batu granite Kinabalu tidaklah selicin yang saya duga. Tanpa tali pengamanpun bisa dilampaui tergantung pada kepercayaan diri dan jenis sepatu anda. Lagipula di beberapa bagian, setting tali pengaman terlalu rendah memaksa posisi badan menjadi seperti merambat. Ini malah makin membuat susah pergerakan. Sebelum sunset kami bisa melampaui Low's peak dan menikmati sunrise. Suhu di puncak diperkirakan mencapai OC karena beberapa kolam air di puncak menunjukkan tanda adanya es di permukaan. Saya perkirakan hanya 60% yang bisa tiba di puncak hari itu. Ada tiga titik kontrol di Kinabalu. Satu di registrasi, kedua di Timpohon Gate ketiga di summit. Jadi memang tertata dan memudahkan monotoring para pendaki yang jumlahnya ratusan perhari. Keharusan menggunakan guide juga amat bagus sebagai pengawal dan memberikan pengetahuan lapangan tentang Taman Nasional terutama habitat flora dan fauna.

Next : jungle camp with mad man Lan
versi bahasa Inggris di sini

Labels: ,