Thursday, August 31, 2006

Inong : A woman who love being (not) just a mother


I was in London in past two days away from computer etc. Then I got devastated news about Inong -a mutual friend from Singapore. She is a mother of two kids Syifa dan Zidan, a mother who actively put journal about their normal daily live in blog, a mother who love cooking, a mother who did wonderfully on literature and writing, a mother who winged about somebody stole her copyright in internet just for few dollars.

I did not know her pesonally. We met several times in Singapore during my 14 month living there. We had conference YM for every morning session in IndosingMums's chatting. I love her persistent of being productive mother both for her family and environment.

The news said she had a asthma attack that led her into coma. Her brain was starving for oxygen and damaged. She still in NUH at ICU room. Her two kids and Haris -her husband always in bedside along with friends. While here I'm only pray for a miracle happen.

Give her strength ...Zidan and Syifa pray for your mummy.

Updating situation at bintangmatahari's blog

Labels:

Jelajah Apple Centre Regent St London


Hari Selasa (29 Agt’06) lalu saya sempatkan ke Apple Centre Regent St yang belum lama ini buka. Sebelumnya saya udah pernah ke Apple Store yang lama di Bond St sekitar dua tahun lalu. Apple di Regent adalah perluasan toko lama di Bond. Bedanya dengan yang baru ini jelas sekali : lebih gede, lebih wah dan lebih tempting.

Dua tahun lalu pula saya menelusuri Apple Store di Bullring Birmingham untuk mencari informasi tentang mesin terbaru PowerMac G5 walau akhirnya ngg jadi beli dan memilih ngasong di Funan Singapura.

Funan Apple Centre Singapore letaknya di lantai paling atas, entah kenapa hampir semua Apple centre yang saya temui umumnya di paling bontot. Mungkin karena sewa ruang yang jauh lebih murah. Mereka mengandalkan jual nama beken dan membiarkan konsumen mencari lokasinya. Yang saya suka dari Apple Centre di Funan adalah service hardware yang jadi satu dengan tokonya yang kecil itu. Jadi bisa melihat produk2 lawas Apple yang direparasi disana. Seperti showroom sejarah produk-produk Mac.

Sekitar 6 bulan lalu Funan menghadapi pesaing baru yakni Apple Centre di Wheelock Place. Letaknya memang strategis banget yakni di jantung Orchard Rd. Jadi setiap pelancong bisa mampir kesana. Konsekuensinya : barang yang dijual lebih ke produk iPod dan kawan2 (asesoris audio dan pernak-pernik KAGAK penting lainnya). Hallo something missing there !

Kembali ke Apple Regent St di London saya sebenarnya ngincer free workshop yang ditawarkan mereka. Lumayan kan nambah2 ilmu sembari liat-liat mungkin ada yang bisa dibawa pulang. Lagipula program workshop ini ngg ada di Singapura, yang umumnya hanya jual produk saja. Dari Waterloo Train Station saya ngejar Tube Jubilee Line (grey line) ke Bond St (aduh …ingetnya disana). Ternyata setelah liat peta seharusnya turun di Oxford Circus. Yah jalan lagi….sekitar 10 menitan. Anehnya ngg ada tulisan Apple Center dimanapun. Jadi saya celingukan sana sini dan hanya secara kebetulan mengintip masuk. Dari luar hanya spanduk gambar iklan tapi tidak ada petunjuk apapun. Masih mending iklan iPod warna-warni yang beken itu, yang mereka pasang betul2 fresh ads. Hmmm kirain salah…

Begitu masuk…waaaa gede dan lega sekali. Mungkin karena bangunan kuno dengan langit2 yang tinggi. Tangga dari kaca sebagai icon nampak mematung disana. Langsung saya temui puluhan Mac Book dan Power Mac berjejer di meja. Ada sekitar 3 Apple system yang dihubungkan untuk keyboard untuk mixing music (GarageBand) dan ada beberapa buah MacBook yang disambung dengan iPod. Yah pemandangan serupa di toko-toko Apple dimanapun. Kagak ada yang baru.

Saya cari2 dimana tempat workshop karena seharusnya udah start 15 menit lalu. Program workshop mereka dimulai tiap jam. Kok ngg liat ya ? saya samperin customer service ; seorang muda trendy berkaos dengan logo apple di dada. “Mas untuk workshop sebelah mana ya?” Mas-nya senyum, “ Oh situ mbak”, sambil tangannya nunjuk tempat pojokan depan. Nyaris saya enggak percaya. Lah.. wong cuma beberapa kursi sekitar 10-15 dengan apple cinema gede dan video yang diputar. Kagak ada yang ngajarin …hu..hu hu. Kirain ada projector gede dengan presentasi asyik spt di Bullring.

Padahal saya udah berharap banyak seperti diskusi aktif tentang tips software, OS System atau paling ngg ada live show. Saya juga ngg liat pelayanan reparasi hardware seperti di Funan. Ketika power supply Powermac kami jebluk beberapa bulan lalu, Mark harus mampir Apple shop di Palo Alto untuk cari yang asli dan lebih murah. Walau harus pesen tapi powersupply sudah tersedia begitu diambil.

Jadi kecele berat nih ceritanya….atau mungkin saya harus ke Apple Expo ya.

Labels: ,

Wednesday, August 23, 2006

Kenapa Dalam Bahasa Inggris ?


Tulisan ini terilhami karena ada komentar di Cerita Ambar tentang masalah grammar di postingan blog. Lantas saya termenung. Iya ya ngapain seh saya nulis pake bahasa enggres dengan grammar awut2an begitu.

Ada beberapa hal yang mendorong saya : pertama adalah diri sendiri. Saya ini produk 'sekolah negeri' yang standar pengajaran bahasa enggres yah begitu2 saja. Bukan produk klas internasional atau les di ELTI dan LIA. Gara-gara suka baca saja akhirnya 'memaksa' saya menggeluti teks bhs enggres. Menghabiskan 10 menit per halaman bukanlah hal yang memalukan. Trus karena ngotot pengen sekolah lagi, akhirnya ngambil test TOEFL baik paper based dan computer based. Lumayan-lah pokoknya ngg kalah sama yang les2 ituh. Kelemahan saya memang di grammar dan itu saya sadari betul. Makanya ngg pernah berani ngambil IELTS -test bhs enggres versi British Council.

Menulis dgn bhs enggres memang paling susah. Bukan saja harus mempergunakan alur logika dan tata bahasa menurut norma enggres tapi juga mempergunakan kaidah penulisan yang benar. Pertama nulis saya masih pake bhs indonesia trus ditranslate enggres, jadinya lucu banget. Saya musti ngobrak-abrik tulisan lagi plus dikritik : "Kok kamu mikirnya masih pake otak indonesia seh?".....ha yah rasakno koen ! (1)
Suami saya meskipun orang inggris tapi dia sendiri kesulitan menulis karena dyslexia -membuat dia ngg bisa spelling bahasanya sendiri (aneh bi ajaib). Jadilah saya ini berjuang sendirian, untung saja mertua menghadiahi Roget's Thesaurus yang terbukti membantu memberi pemahaman kata.

Nah didunia per-bloggingan dgn enggres karena nulis di Corbridges -blog kami berdua di Singapura sebagai jurnal untuk keluarga dan teman di Inggris. Meski enggres saya "pathing pecothot" (2) saya nekad. Lha wong bahasa native saya memang bahasa jawa kok ! Kemudian muncul komentar di blog membuat saya percaya bahwa biarpun awut2an tapi yang penting pesan/cerita yang ingin saya sampaikan itu sampai ke pembaca.

Inilah indahnya BLOG karena ia jadi sangat pemaaf. Di blog biar salah yang penting tulisan dan fakta tersampaikan, bahkan jika ada yang memberi tahu kesalahan seorang blogger harus bersedia merubah. Itu hukumnya. Karenanya ada fasilitas trackback (sayang blog Multiply ngg ada fasilitas ini) untuk menelusuri siapa menulis apa dan bagaimana data/informasi itu didapat. Blogging bukan masalah siapa penulis pertama dan ngerasa hebat. Tapi adalah bentuk percakapan (conversation) tematik yang membangun.

Trus ada beberapa bahasan/cerita yang memang sengaja saya buat dalam bhs enggres dengan harapan jangkauan pembaca yang melebar. Seorang kawan backpacker Agustinus Weng sungguh konsisten dengan ini. Kadang dia menulis bahasa Indonesia jika isinya berhubungan dengan publik Indonesia, tapi hampir semua posting-nya adalah bahasa Inggris. Blogger yang dinobatkan sbg duta Indonesia semacam Enda adalah dalam misi untuk mengenalkan Indonesia ke dunia luar.

Lah wong jelek-jelek yang penting karya sendiri-lah -ini adalah sayup2 suara orang 'nglokro' (3), tapi satu hal : JANGAN TAKUT nulis dengan bahasa enggres biarpun grammar semrawut macam saya ini. Setiap orang berproses untuk jadi lebih baik. Dan setiap proses membutuhkan upaya yang harus terus dihargai.

Baca : 10 Reason Why We Blog in English by Fatih Syuhud.


Catatan kaki -tambahan kosa kata jawa:
  1. ha yah rasakno koen : diambil dari bahasa jawatimuran yang berarti " rasain lo" sebagai ungkapan untuk ekspresi sayang (sering disalah artikan sebaliknya)
  2. pathing pecothot : adalah bahasa jawa dasar (basa jawa ngoko) yang menggambarkan bentukan geometris yang tidak beraturan.
  3. nglokro : adalah tingkatan mental seseorang dalam tahap putus asa
Tambahan : Apa itu dyslexia bisa dibaca lengkap di Wikipedia

Labels:

Tuesday, August 15, 2006

Indonesian Everest's Women Team 2007 : A Sound of Dripping Water


I heard about Indonesian Everest's Woman Team far before they released to the national paper (Wed 19 July). As an Indonesian, myself I was sceptic about what these expedition intents to, launching the program when we've been battered by natural disasters and political instability was not so wise in the point of view. Tsunamis, earthquakes, volcano eruption, terrorist bombs just about adding misery into our belief that we can continue living in a 'normal' way.

Then I found their blog (in bahasa Indonesia) that give deeper information about the expedition. I got to remind you that I am not living in Indonesia and not many publications covers these. Weird but true regarding mountaineering is not a beloved sport in that country. Not many records of the mountaineering in Indonesia, especially woman. The only impressive record did by Aryati who scaled Annapurna IV in 1990 and became the first Asia woman to do so and Alps Indonesian Woman's Team (1988) who did a magnificent job in 5 summits in Europe's continent.

So why they're doing now? I am not sure, but I reckoned this is triggered by Singapore Women's Team 2008 which been launching a similar program started in 2004. I did remember when the first Everest Indonesian Team 1997 was in racing with Malaysia's team to be the first SEAsia country to conquer the mountain. The guide, Anatoli Boukreev who suffered losing his reputation on a most talked mountain disaster -described by Into Thin Air Jon Krakauer :
"there were many Indonesian climbers who wanted to climb Everest, so we had to pick the best. It came down to mostly military people, and I like that, I like that better than clients who pay $65,000 to climb. There is discipline, they understand the risk. I told them, you can succeed -- it's not likely the first time, maybe 25 per cent, but you CAN succeed. You can also die. By April 16 they had already been to camp III, well ahead of most teams". (mountaizone) (1)

With no experience in snow/ice climbing whatsoever the Indonesian's team against all odds by put the first man on top of Mt Everest even he never seen snow before. So why Singapore's team?

With so much wider media coverage, the 9 strong members grab more public support by campaigning their program. They were training in the environment that close to Himalaya's condition; New Zealand, Southern China, and others minor Himalaya's peak in attempt to put Singaporean woman on the mountaineering map.

The length of the program (4 years to completed all training) are more than enough to raise confidence to the whole's team, while Indonesia's is now two milestones behind. Since launching the program they're still put the fitness and stamina training in West Java's area. I've got to kick myself about they're going to do in spring 2007!

Actually, there was an Indonesian woman who reached the roof of the world before. Her name is Clara Sumarwati. She was part of the Annapurna IV's team, beat the Aconcagua Chile, two attempts of Everest then made her up in 1996. Back home in Indonesia, she faced severe criticism about the expedition because lacked evidence. Local climbers were in doubt about she was actually put her foot on top while no photographs with Indonesian's flag in hand just like Hillary did in 1953. I will say that the argument were "totally unacceptable" if you realise only two pictures rescued from the first five women who climbed K2 -the most feared mountain in the world (2).

Some source said that Clara actually did on top of the world. Yes, she did, but she did not have a permit that allowed her to climb the mountain released by the local authority. That's why she was not known in the regular statistic in the Himalaya Database compile by legendary Elizabeth Hawley.

As the Indonesian team gear-up to the next level, I was convinced that they might have pursued a dream. Not the same dream that led 1997's team who came in massive success. Right now there is NO Anatoli (he died a year after guided the Indonesian's team in Annapurna's avalanche) , there is NO big funding behind the team even not enough publicity to generate positive support. I know they will try their best to achieve the dream, but just like the sound of the dripping water; it's almost soundless, not even been noticed. Go for it when you can girls!


Further reading :

(1) The Climb by Anatoli Boukreev and Gary Weston DeWalt, published by St. Martins Paperbacks, 1997, ISBN 0312965538.

(2) Savage Summit : The True Stories of the First Five Women Who Climbed K2, the World's Most Feared Mountain by Jennifer Jordan, published William Morrow, 2005, ISBN: 0060587156

Picture : Stanford University

Labels: ,

Sunday, August 13, 2006

Skype Beta For Mac


There are two newest version of Skype Mac. They are 1.5.0.60 known as Mac 1.5 Beta
and the 1.50.0.61 best called Video Preview released 9th August 2006. The two basically same just the last one with the extra.

I have been using Skype for nearly TWO years when Skype just arrived in the VoIP arena (gosh...remember the old ages). I found it very usefull specially for long distance or conference calls. No charge for phone, just pay for the internet bill. But since I am using Mac, I lost the advanced version of Skype specially the video call. Now they listen my cry -out.

Yes the Video Preview works very well in the Black MacBook 14" Intel with the inbuilt iSight on. The problem was just need refresh for the camera every 8-10 minutes in 1:1 call otherwise came-up with white box and need to recall. Other things that I missed from previous version is the emotions bar went to the menu bar which made it not too handy to play with. Skype said that the Mac Beta 1.5 are tidy, quick file transfer and less CPU usage. Anyway since I am not a programmer nor developer I haven't play much on it.

Skype me in !

Labels:

Saturday, August 12, 2006

Fake Photos : It's About Propaganda


Kantor Berita Reuters harus meminta maaf atas dimuatnya foto manipulasi atas liputan perang di Beirut. Dalam pernyataan persnya Reuter menyebut :
"There is no graver breach of Reuters standards for our photographers than the deliberate manipulation of an image", said Tom Szlukovenyi, Reuters Global Picture Editor. "Reuters has zero tolerance for any doctoring of pictures and constantly reminds its photographers, both staff and freelance, of this strict and unalterable policy".
Lantas gambar mana yang dipermasalahkan? Ada dua buah gambar yang disetorkan oleh freelance photografer Adnan Hajj yang diributkan itu. Pertama adalah tentang foto aerial kota Beirut yang penuh dengan asap hasil serbuan Israel. Little Green Football blogger yang menulis pertama kali kemungkinan manipulasi ini, terlihat jelas upaya untuk menambah efek dramatis asap dan bangunan. Dari mata telanjang saja terlihat penggunaan kloning dan membuat gambar lebih tajam (bisa dilakukan oleh software apapun).

Gambar kedua adalah nyala bola api yang dijatuhkan dari pesawat Israel yang disebutkan sebagai serangan misil. Dalam gambar asli hanya satu buah nyala dengan jejak memanjang, tapi dimanipulasi dengan menambahi dua buah bola api lagi.


Di lain pihak dalam wawancara dengan BBC, Adnan Hajj menolak tuduhan upaya 'merubah' (doctored) photo2 tsb. Bagaimanapun Reuters akhirnya menghapus 920 gambar hasil jepretannya dari site database demi menjaga kredibilitasnya.

Perang adalah sebuah propaganda kedua pihak dan gambar adalah bentuk propaganda yang paling ampuh. Efek foto anak kecil Kim Phuc yang berlari telanjang menjauhi asap yang membakar desanya sembari menangis histeris merupakan foto paling dramatis di Perang Vietnam yang kemudian merubah opini publik Amerika. Juga terbongkarnya pemalsuan foto di koran Daily Mail tentang kasus penyiksaan tahanan di penjara Iraq oleh serdadu Inggris.

Lantas siapa yang harus dipercaya dalam kondisi perang saat ini ? Entahlah, terlebih ketika melihat foto-foto ini saya makin terhenyak. Betapa gambar berbicara seribu bahasa.

Labels: ,

Friday, August 11, 2006

Trekking with Everest Porters


Trekking dengan Porter Everest
Nalvin Singh Khadka dari Himalaya


Dalam ketinggian 4,000m penyakit ketinggian (altitude sickness) terasa makin mendera Tidak ada jalan raya menuju Himalaya -tempat gunung tertinggi Mt. Everest. Untuk menuju kesana membutuhkan porters baik laki-laki dan perempuan. Tak heran porter di wilayah ini bertebaran dimana-mana

Navin Singh Khadka dari BBC's Nepali service mencoba menyempatan waktu untuk mengunjungi tempat tinggal orang-orang kuat ini. Beberapa dari mereka bahkan masih remaja.

Negara saya di Nepal terletak sangat tinggi, anda bisa jadi merasa kesakitan hanya dengan berjalan menuju ke base camp yang berada di kaki gunung. Dalam ketinggian yang sama para porter membawa keranjang dengan berat 50kg –beban yang biasa dibawa oleh penduduk lokal.

Saat ini Nepal mengalami masa-masa sulit. Konflik senjata yang terjadi antara pemerintah dengan gerilyawan Maoist dilaporkan hampir setiap hari dengan pasukan tentara yang membom desa-desa dari udara. Namun hidup harus terus berlanjut bagi para porter untuk mencari nafkah dari mengalirnya para trekkers ke daerah Himalaya.

Tempat yang Tepat Untuk Mati

Ketika aku harus menyeret kakiku yang terlihat kesulitan untuk digerakkan, mereka para poter bergerak dengan penuh percaya diri.

“Para turis itu bukan masalah, tapi mereka jarang bercerita tentang kondisi diri mereka,” begitu kata salah satu porter ketika saya sibuk mengejar langkahnya. “Mereka memang lambat ketika berada di jalan. Kami selalu memimpin didepan. Tapi nampaknya ini cukup membuat mereka puas -mereka ingin barang2 nya berada di depan. “

Untuk mendaki sisi gunung Everest memang sungguh dramatik dan berbahaya. Seorang porter bercerita pengalamannya ketika mendampingi orang India menuju Tibet. Salah seorang anggotanya mengalami sakit di dada dan tak lama kemudian meninggal.

“Masalah yang dihadapi trekker dari India itu adalah mereka tidak membicarakan apapun sebelumnya bahkan saat mereka sakit,” ia bercerita. “Mereka puas meninggal disini karena ini adalah rumah bagi Dewa Shiwa, sebuah tempat yang bagus untuk mati.

“Tapi sesungguhnya ini membuat perasaan kami terasa berat. Ini bisa saja terjadi pada salah satu dari kami –tidak ada yang pernah bisa meramalkan hal itu. Sakit ketinggian bisa terjadi pada siapa saja".

Sakit ketinggian terjadi saat kita mengalami kesulitan bernafas di tingkat ketinggian tertentu. Darah keluar dari paru-paru, sakit kepala yang hebat, kehilangan kesadaran, dan bila tak tertangani kematian bisa terjadi. Namun dibalik tingginya resiko, porter menjadi sebuah pemandangan yang biasa di ketinggian yang berbahaya –ketinggian yang biasa ditempuhi para Sherpa.

Karena adanya konflik dengan Maoist maka jumlah para trekker menurun. Ini menyebabkan porter dan sherpa saling berebut sejumlah turis yang tetap datang. Ketegangan makin nampak di daerah rendah ketika para porter trek berjalan menuju daerah para Sherpa.

Minum Beer dan Saling Bercanda

Para porter merasa Sherpa memandang rendah kemampuan mereka. Salah seorang porter menyebutkan pengalaman dalam salah satu trip. “Para Sherpa menempati setengah ruangan tapi mereka menyuruh kami tidur diluar.”

“Apa yang akan mereka kerjakan kalau kami ini tidak membawa para turis kesini?” ia menambahkan “Mereka mungkin menjual kentang dan menyuruh kami untuk membelinya.”

Di kesempatan lain, para porter mengeluh bahwa para guide mengeksploitasi mereka. Salah satu taktik adalah menyuruh porter untuk berangkat dan hanya kemudian diberi tahu bahwa mereka tidak akan dibayar. Para porter Himalaya ini mempunyai cara bercanda dan kepercayaan sendiri. Salah satunya adalah jika para porter melakukan hubungan seksual dalam perjalanan menuju gunung, maka keesokan harinya salju akan turun dengan lebatnya hingga mengubur hidup-hidup.


Walau begitu tidak semua porter muda yang percaya, kebanyakan dari mereka masih remaja. “Kami bisa melakukan apapun, karena kami sangat kuat,” kata salah satu porter muda itu. Tahun ini sedikit terasa aneh di pegunungan Himalaya. Tidak turun salju di musim dingin dan saat ini musim semi ketika salju seharusnya mencair, tapi malah turun salju.

Di ketinggian 4,000m kami mencapai Tyangboche. Sebuah tempat yang sederhana –hanya sebuah tempat tinggal para pendeta dan satu dua tempat tinggal untuk trekker dan porter. Dari sini dibutuhkan perjalanan kaki selama satu minggu untuk mencapai jalan terdekat.

Lantas apa yang bisa kita lakukan selanjutnya? Minum beer, bermain kartu dan saling bercanda, begitu jawaban para porter.

Mereka juga membicarakan politik – hal yang saya temukan ketika secara tidak sengaja saya menyalakan microphone. Salah seorang porter mengira saya adalah seorang mata-mata. Tapi porter lainya menyanggah –“Jika seluruh pemerintah tidak melakukan apa-apa lantas apa yang bisa dilakukan oleh satu orang ?”

“Dengan Negara yang makin dilanda masalah, kemudian BBC datang dan bicara dengan porter rendahan. Ini tidak akan merubah apapun.”

Begitu salju makin banyak jumlah para trekker makin menurun. Mereka juga menyatakan bahwa sebenarnya memerlukan para trekker. Mereka khawatir tentang apa yang bisa mereka kerjakan jika para turis berhenti datang atau ketika cuaca memburuk sepertinya ini.

Tak lama kemudian saya mengalami sendiri perkembangan sakit ketinggian. Malam itu saya merasa kesakitan dan kesulitan bernafas. Keesokan harinya sebuah helicopter datang untuk membawa saya keluar, tidak ada jalan lagi bagi saya untuk mendaki makin tinggi.

Setelah 20 menit terbang, saya berada 1,000m lebih rendah di sebuah rumahsakit Lukla dan merasa kembali normal. Dokter yang berada di sini adalah seorang Sherpa. Ia mengobati sekitar 6,000 turis setiap tahunnya per tahun dan sejumlah besar porter. Luka-luka di kaki dan dengkul, akibat jatuh ketika membawa beban berat adalah yang paling sering terjadi.

Tak jauh dari rumahsakit adalah Karma Internet Café –yang didalamnya nampak kesibukan para porter dan sherpa putus asa menggunakan internet untuk mendapat pekerjaan. Salah seorang dari mereka, Tendashering Sherpa mengatakan bahwa ini satu-satunya pilihan sumber hidup.

"Tidak ada pekerjaan dan saya harus mencari nafkah. Latar belakang keluarga saya adalah mountaineering. Jadi beginilah saya mendaki gunung di Himalaya,” begitu ujarnya.”

“Bagi kami ini semua tentang bisnis. Jika kami mendapat satu climbing yang berhasil maka kami kira akan ada lebih banyak lagi tim di kemudian hari. Jadi kami selalu berusaha agar menjadikan grup sukses.

“Namun ini semua saya lakukan untuk istri dan keluarga saya. Saya mungkin memilih menjadi petani –dan meninggalkan semua resiko ini.

From BBC Online
http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/south_asia/5133278.stm
Pictures : BBC and Google Earth

Labels:

Tuesday, August 8, 2006

Two Picture Books : How Frustating


Two weeks ago I made two picture books as gift to friend of mine. Both I am using different software dan company to deal with it. First, I created a book in iPhoto then send it electronically via the Apple server. The problem I had was the account details. The system did not recognised my new UK address and turned out with an 'unexpected error'. Dazzling with these I updating the .mac account stright from server. Another problem turned out that my billing address was different with the delivery address (all right silly sod..!). Again the system failed recognised the change and I endup setting my friend's house as a default address.

Weird that when I ordered it did not let me go through. It just stopped. Really strange indeed. I waited for another 3 days to see any email or massages dropped onto my .mac email. None. I contacted apple customer service which gave an email address. I sent email and email was returened. Again I sent email but now using their general enquiry of the .mac account. I haven't got answer yet.

Puzzled with these I took a change to order it again in a risk that I might double order and apple ripped my money off. The file of the book only about 17.1 MB which is quite small regarding the bandwith. It took about under 10 minutes to tranfer and went the 1-click paying system well. Done that....finished? Nupppss...

I decided to go to the Apple Forum to see what people say about printing services of apple. Lots people had a similar problems specially dealt with the server and iPhoto. But for my comfort some reader gave another printing company that provide good printing services. One of them is MyPublisher. I found it great because they provide plug in to iPhoto to order the book direct to their server. Anyway I will try their service next time as they gave discount for the first order just in case I want to publish my own blog book.


Another book I created using BookSmart from Blurb. This company introduced by tWIT (or Mac Break not sure..) Podcasting program. Based in California Blurb gave more freedom to create wonderful picture book. It won't take very long to actually setting up as your pictures ready after I did some editing on it before -this could take longer though. The problem was about sending file to the server. It was 88.7MB for 24high quality pages took ...unbelievable 2 hours !!!

The other problem was their service only covers USA and Canada, also receive billing/delivery address in both country. But their team was great and really helpful. They put me through (oh..with a funny US address) with little less money than the UK apple. I was not happy with the .mac services in UK as Apple should provide better services for their applications market (uh.. I remember how Steve Jobs did it front thousands people at WWDC 2005).

As I wrote this, I am waiting two books on the hand of my friends. Most will need at least three days to see the result. Pfuhhh..... I am not relieved yet.

Labels: , ,