Thursday, July 28, 2005

Next Project : Pulau Nias



Besok Sabtu hingga 14 Agustus saya akan bergabung dengan tim dari Raleigh Society Singapore untuk melakukan ekspedisi di Pulau Nias. Tujuan kami adalah memberikan suplemen pendidikan kepada anak-anak. Awalnya memang ditujukan untuk memberikan terapi bermain bagi anak korban tsunami tapi partner kami PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) Medan memberi alternatif ini. Bermain dan belajar.

Atas bantuan teman2 di IndoSing-Mums dikomandoi Jeng Hany (tuop !) saya berhasil mengumpulkan pakaian bekas, mainan dan buku2. Kebetulan PKPA berencana untuk mendirikan taman bacaan dan semacam nursery. Untuk donasi uang kami juga menerima. Bisa kontak saya : ambar_briastuti@yahoo.co.uk atau tsunami_reconstruction@raleigh.org.sg atau +65 9456 0632

Terimakasih untuk Pak Hary Sufehmi dengan materi Matematika dari Sekolah Terbuka. Juga Wikimedia Indonesia untuk lagu anak. Oya mereka masih membutuhkan volunteer untuk next team yang akan diberangkatkan 13 Agustus. Terutama bagi yang berbahasa Indonesia dan tinggal di Singapura.

Labels: , ,

Wednesday, July 27, 2005

Mencicip Jajan Pasar : Romantisme Masa Kecil



Pulang ke Jogja adalah keharusan untuk menengok Pasar Beringharjo. Letaknya memang strategis di jalur imaginer Tugu dan Kraton yang bernama Jl. Malioboro. Saya tidak naik becak tapi naik andong dari Pasar Kotagede. Memakan waktu sekitar 40 menit dengan tarip 2rebu sekali jalan. Rasanya isis....

Usai belanja kami memilih makan di emperan depan. Melihat pecel serasa menahan air liur. Ditambah nasi wes...cespleng tenan. Ada lauknya juga yakni tempe gembus, tempe gemuk, tahu bacem. Tak jauh dari situ berjejer penjual dawet ayu. Hmmm yang jual juga ayu-ayu lo ! Pokoknya ngga seperti cendolnya Singapore.

Agak geser di jalanan Selatan saya menemukan yang saya cari : Sate Gajih !! Sampe terngimpi-impi pengen ngrasain lagi. Dulu waktu kecil makanan ini harus dibeli terutama sebagai upah menemani ibu belanja. Rasanya mak nyus apalagi fresh from grill. Memang dirancang sedemikian rupa sehingga harus makan ditempat. Kalau dingin..wah lemak bakalan nempel di dinding mulut. Ilangnya susah !

Labels: ,

Questions from A Journalist About vblog

Hari ini menerima email seorang jurnalis The Sunday Times di Singapura tentang topik vblog. Si wartawan ini mengajukan banyak pertanyaan yang menunjukkan keingintahuan mereka tentang vblog. Berikut list-nya :

1. What got you started on vlogging?
2. Why vlog? (what is it about videos that you like and prefer, as opposed to audio casting or just simply writing?)
3. What equipment do you use to vlog?
4. How much did it cost to get your equipment?
5. How long do you take to make each video?
6. Your vlog seems to document many of your travels. How often do you travel?
7. What else do you intend to use your vlog for?
8. Do you know anyone else in Singapore who vlogs?

Agaknya blogger conference yang dicap sebagai "a yawn" beberapa waktu lalu tidak menyurutkan koran lokal untuk mengekspos habis-habisan tentang dunia bloggers. Saya termasuk yang tidak terlalu tertarik dengan ide kop-dar bloggers. Sepertinya absurd .
Walau begitu saya sungguh menghargai. Sayangnya saya mungkin ngga sempat menikmati artikel tentang ini jikalau muncul hari Minggu besok. Pasalnya saya sudah kabur lagi. Kali ini ke Pulau Nias untuk mengajar anak2 SD.

Labels: ,

Friday, July 22, 2005

Cerita TKI kita


Hari Jumat kemarin saya kembali dari mudik. Di bandara Cengkareng saya bertemu dua ibu ini. Yang kiri adalah Ibu Muslidhah dari Demak Jateng yang telah menjadi TKI di Kuala Lumpur selama 6 tahun. Dan sebelah kanan adalah Ibu Kasinah dari Cilacap yang akan mengadu nasib di Singapura. Saya menawarkan diri mengantar mbak Kasinah hingga Changi untuk bertemu agennya. Dari mereka banyak hal saya pelajari terutama ttg pengelolaan TKI. Secara kebetulan masalah ini lagi rame dibahas di IndoSing-Mums. Percakapan dilakukan dalam bahasa Jawa (bercampur aksen Cilacap).

Ibu Muslidhah mengaku baru pulang 2 kali dalam kurun enam tahun karirnya. Untunglah anak2 yang ditinggalkannya sudah cukup besar. Gaji perbulannya adalah 450RM yang sudah dianggap sangat lumayan ketimbang new comer yang sekitar 380RM. Untuk menjadi TKI harus siap2 dipotong gaji dalam kurun waktu tertentu. Biasanya antara 5-8 bulan. Dan tak tanggung2 potongan itu bisa 100% !!! Jadi dalam beberapa bulan tidak ada uang untuk dikirim ke keluarga di Indonesia.

Ibu Kasinah ini lain lagi. Untuk menjadi TKI di Sing, ia harus lulus test untuk mendapatkan work permit permanen. Test tertulis itu berupa tugas2 seorang pembantu dalam bahasa Inggris. Saya sempat ditunjukkan berkas itu dengan format multiple choices dengan bahasa Inggris yang sederhana. Oleh agennya (yang ternyata juga orang Indonesia di Sing), ia dicarikan work permit temporary selama 90 hari dari MOM (Ministry of Manpower). Dalam kurun itu ia harus mampu lulus test atau jika gagal akan dibuang ke Batam.

Sebuah foto anak kecil ditunjukkan. Gambar anak laki2 yang sangat lucu sambil berpose. Itu anaknya yang laki2 berumur 4 th sedang anak kembarnya memasuki masa SMA. Kemauannya untuk menjadi TKI karena ingin mendapatkan pendidikan yang layak untuk mereka. Penghasilan sang suami sebagai nelayan sangatlah tidak mencukupi.

Sungguh...saya terharu.

Labels: ,

Sunday, July 10, 2005

Bad manners on the bus ???

Sejak SMA hobby saya mengejar bis kota. Di Jogja biasanya bis oranye atau Aspada berjubel dengan sesama komuter. Saat itulah mulai terjalin cinta lokasi dengan bis. Jalannya yang rendhet (lambat), terkadang batuk2 dengan bunyi klakson mengelegar atau pisuhan sang sopir menjadi bagian akrab keseharian. Di UK apalagi. Dari sekolah hingga bekerja, bis adalah temen yang menyenangkan.

Di Singapore ini bis jauh lebih nyaman daripada di UK. Ada Air Con, TV mobile dan asiknya tarip lebih murah. Beberapa kelemahan struktural seperti lantai tinggi yang tidak friendly untuk disable people nampaknya diimbangi dengan tarip taxi yang murah. Tapi perbedaan mencolok yang saya rasakan adalah soal tata krama (manners) di atas bis (public transport).

Sunday Times di bagian Inbox (surat pembaca), Jimmy Chua Soon San mengeluhkan perilaku Singaporean yang sungguh "annoying" :

[1] Tidak mengindahkan antrian
Bukan rahasia lagi kalo Singaporean ngga suka mengantri. Padahal apa sih susahnya jalan berjajar. Mr San ini menjadi saksi mata setiap harinya ketika pelajar dari Jepang di Clementi bus stop asik mengantri dan dengan enaknya warga sing menghambur ke pintu bis.

[2] Penumpang tidak bergeser ke tengah untuk memberi peluang penumpang baru
[3] Penumpang menutup jalur keluar
Dua perilaku ini hampir mirip, tapi saya hingga sekarang ngga habis pikir. How can that be? Bisnya penuh, ngga juga.

[4] Penumpang menduduki kursi di bagian tepi
Umumnya dilakukan ibu2. Saya perkirakan karena jarak antara rumah dengan tujuan tidaklah jauh. Tapi ini sangat2 mengganggu terutama untuk penumpang laki2. Kebayang minta geser kan rada pekewuh juga.

[5] Penumpang tidak memberikan kursi kepada elderly atau wanita hamil
Pengalaman pribadi di Sing adalah memberikan kursi kepada seorang ibu tua yang tangannya digendong. Saya terpesona dengan ucapan terimakasih berulang-ulang. Padahal menurut saya ini lumrah. Saya muda, sehat dan beliau tua, sakit.
Pengalaman Mr San ini lain lagi. Ia melihat bahwa ketika kaum tua naik bus kursi yang seharusnya diperuntukkan untuk mereka (2 paling depan kanan kiri) sudah diduduki. Penumpang yang menguasai pura2 tidak melihat, pura2 ketiduran, atau pura2 bloon. Ia membandingkan di Jepang 4 kursi ini tidak pernah ada yang berani menduduki kecuali memang perlu.

[6] Penumpang menguasai kursi dengan tas belanjaan
Saya akui bahwa saya melakukan ini. Tapi biasanya ketika bis tidak sibuk (offpeak). Liat situasi. Biasanya kalau terlalu banyak saya memilih taxi. Bis di UK mempunyai tempat untuk menaruh belanjaan yang biasanya ditaruh di depan selevel dengan mata. Jadi bisa diawasi.

[7] Penumpang menepuk kursi sebelum duduk.
he..he..he 'clean disorder' mungkin....

Update : komentar tentang berbagai pengalaman buruk ngebis di Sing disini

Tuesday, July 5, 2005

Great work for WWPanorama


Finnaly my first VR Pano been approved by the team at World Wide Panorama. Thanks Landis, D Bain and Markus !! I am sure all of you were not sleep in the last few days for re-design the site. It is easy guide web that lead viewer to a great collection of 256 panorama from 46 country in small and fullscreen VR. This theme "Water" came up with less text and more pictures (ye..peee..).

Based on three categories : photographer's name, region and map. I found map system was great based on location of the picture and little thumbnails help you to peek the scene. Added sound look fussy, it just little bit boring. Anyway enjoy....

Labels: ,

Sunday, July 3, 2005

Changi : Kisah Sedih Singapura di WW2



Gara-gara VR Photo saya jadi keranjingan jalan di Singapura. Kebetulan pengen ambil bagian dalam World War II Panorama 360deg Landmarks versi Asia. Jadilah hari Minggu mengubek-ubek Changi. Hah ? bandara itu? Bukan sodara2... tapi di kampung Changi. Disini dikenal dengan pantai dan penjara untuk menahan POW (tahanan perang) dari warga negara Australia, British dan juga warga Belanda dari Indonesia (Dutch East Indies).

Dari Tampines MRT mengambil bis SBS 29 stop di Upper Changi Road North. Apalagi klo ngga ke Changi Prison. Tapi ternyata kami ngga bisa masuk. Pagar berduri dan tanda di pintu menandakan ini under surveliance. Sempat melongok tiga buah menara yang masih tersisa dari penjara Changi. Sedang sebagian besar sisanya dihancurkan Sekutu setelah Jepang menyerah.

Di terik matahari begini kami lanjuuut. Yakni Changi Chappel and Museum. Kecil namun sangat informatif. Bangunannya sendiri hanya sebuah kotak dengan void ditengah berupa chapel yang dulu dipakai POWs untuk beribadah. Sayangnya pas kesana lantai chappel dari semen sedang dibongkar. Ngga bisa masuk....dan berisiknya minta ampun !

Kisah sedih Changi bermula dari menyerahnya Sekutu ke Jepang tanggal 15 Feb 1942. Setelah melalui peperangan 48jam di Pasir Panjang yang memakan korban baik Malay, Indian dan juga asing. Tentara dan keluarga dari Sekutu ditempatkan di penjara dan barak diwilayah Changi. Di masa itu penyiksaan dan tekanan oleh Jepang sangat dirasakan. Sebagian tahanan dikirim ke wilayah Indochina untuk membangun Thai-Siam railways. Yang mengesankan adalah lukisan/sketsa dari tawanan perang yang sangat unik. Dari perilaku sehari-hari hingga tipe2 penyiksaan yang digambarkan sangat tidak berperikemanusiaan. Saya bayangkan tugas sejarah-wan yang mencari dan mempublikasikannya. Pasti sangat melelahkan. Oya museum ini free admission.

Berikutnya jalan ke Gosford Rd tak jauh dari Museum yakni Johore Battery. Walau museumnya cuma sebesar kamar mandi tapi dilengkapi video tentang rekonstruksi pembangunan tunnel bawah tanah. Dulunya dipakai untuk storing amunisi (yang segede orang) dan senjata 15inc. Lokasi ini dibumihanguskan sesaat setelah kemerdekaan Singapura. Tetap menjadi misteri hingga ditemukan militer tahun 1991 dan dibuka untuk umum th 2002.

Ceprat..cepret usai moto kami kembali menghadang bis menuju Changi Beach. Di pantai ini sekitar 66 orang China S'pore dieksekusi karena dicurigai anti Jepang. Pembunuhan ini sebagai awal Operasi Sook Ching yang memakan korban 10ribu cina s'pore dibunuh oleh Kampetai.

Tapi nyari landmark-nya itu susah banget karena ngga ada di peta. Sibuk bolak balik ternyata di pinggir jalan setapak dan cuma setinggi paha. Terpaksa kami motoin pantai dan lalu lalang kapal besar. Juga klo beruntung sebuah Jumbo Jet lewat. Lho ? iya kan cuma sekepalan jarak dari runway.

Labels: ,

Friday, July 1, 2005

Virtual Reality Photography : my first contribution

Akhirnya setelah kerja keras selama tiga hari inilah the first contribution untuk World Wide Panorama. Project non komersial ini disponsori oleh the Geography Computing Facility University of California Barkeley yang website-nya difasilitasi dalam The Geo Images Project. Panorama yang dihasilkan adalah berupa immersive virtual reality photography yang mempunyai kemerdekaan untuk menampilkan 360 degree view.

Event ini dilaksanakan menyambut June Solstice. Karena itu untuk waktu pengambilan foto ditentukan oleh G Donald Bain dan Landis Bennet. Sedang servernya diserahkan ke Markus Altendorff.

Saya hanya bisa membuat cylindrical yakni tradisional VR karena keterbatasan alat dan software. Untuk kamera yang saya pakai adalah Nikon D70 dengan posisi potrait. Panohead untuk tripod memakai Manfrotto 330. Untuk project Tioman ini saya memakai software PTMac yang masih 10 hari free trial untuk stitching dan pembuatan panorama. Juga QuickTime 7.0 Pro dan juga Photoshop Element 3.0 untuk editing. Saya melirik RealViz Stitcher yang lebih powerful dari PTMac. Hanya saja saya masih menunggu konfirmasi untuk harga student edition. Untuk komputer saya memakai PowerMac.

Ironisnya dari 500 photographer yang berpartisipasi hanya saya yang dari Indonesia. Juga karya pertama ini adalah tentang Pulau Tioman sebuah pulau kecil di Malaysia. Rasanya ingin sekali mewakili keindahan Indonesia. Saat itu saya sedang tidak berada di Indonesia, tapi snorkelling di Pulau Tioman. Beberapa foto tentang Indonesia dengan tema World Heritage yang menampilkan Borobudur sangatlah menawan. Sayangnya ini bukan karya putra Indonesia.

Untuk membuat cubic dan spherical saya harus banyak belajar. Paling tidak ini sebagai langkah awal untuk next project. Salah satunya adalah membuat virtual map untuk my beloved Yogyakarta sebagai bagian dari promosi pariwisata. Sayangnya saya bukan programmer/webdesign yang bisa menghasilkan sebuah website yang cantik. Kalau ada yang bersedia saya sangat senang sekali. Cuma kayaknya proyek ini bisa disebut kerja bakti.

Website akan diaktifkan pada tanggal 5 July 2005. Saat ini hanya contributors yang bisa menikmati karya untuk tema "Water" ini. Tapi anda bisa melihat karya2 sebelumnya dengan tema beragam. Anyway saya juga masih menunggu approval dari Landis (ketar-ketir juga....)

Labels: