Sunday, September 30, 2007

Podcasting Lonely Planet Asia Tenggara


Saya udah lama jadi pelanggan tetap podcasting Lonely Planet. Kalau ada yang tanya apa itu podcasting, maka jawaban saya hanya sederhana. Itu adalah siaran audio/video yang didunlud, mirip radio. Apakah bayar? ah enggak. Itu gratis. Nah mau dunlud apa aja terserah kita.

Apakah harus pake iPod? Enggak. Apa aja mp3 player bisa kok. Walau saya dunlud lewat iTunes, saya hanya make mp3 klas kambing. Saya pernah bahas panjang lebar tentang travel podcast disini. Jadi silakan dibaca gimana caranya ngedapetin ini.

Saya kompilasikan yang Asia Tenggara saja. Lainnya saya persilakan dunlud sendiri yaks...

Labels: , , ,

Monday, September 24, 2007

Sensor Faulty at Nikon Coolpix 5700


We bought the Nikon CP5700 about four years ago as my first pro-consumer camera. I’d thought it has good quality manual control and reasonable quality images. But since we’ve play with DSLR more we totally neglected it ; still on the box under the void in UK.

Then it was the coincidence that my sis-in-law would like to give a try photography as part of her teacher training in University of Exeter. Then we came to realisation that Nikon CP 5700 got very serous problem.

The images on viewfinder turned to grey, streaky without any clear definition. We thought the camera is dead due the prolong unused or probably damaged during transfer across continent.
Surely that exactly happens with my father-in-law's camera. We bought CP5700 about same quarter period. Both in UK, while I bought through online retailer (I couldn’t recall which one).

The faulty that occurred in this camera related sensor from Sony. If you have COOLPIX SQ, COOLPIX 3100 or COOLPIX 5700 facing these symptoms:

Images displayed on the monitor, in both shooting preview and post-recording playback exhibit one of the following:
- Images exhibit a strong colour tint.
- Images are totally black.

- Images appear corrupted.

- Images contain vertical lines or bands.

- Images contain horizontal lines or bands.

We manage sent it to Nikon Centre nearby to get fully repair. It will take 12 days (date from receipt). Hopefully this will resurrect my CP.

For more information please see this Nikon’s announcement (Europe site)




Labels:

Tuesday, September 18, 2007

Senengnya kalau ada topan badai


Iyah sekolah dan kantor libur. Jalanan sepi, semua orang disuruh ngendon di rumah dengan harap2 cemas. Pulau kecil ini diterpa badai untuk yang 12 kalinya tahun ini. Namanya Wipha (artinya 'perempuan' dalam bahasa Thai). He he he kenapa ya "mother nature" selalu diasosiasikan dengan perempuan? Powerful gituh...

Anyway, sejak kemaren pagi-malam diterpa hujan terus menerus. Angin disini memang sekencang di daerah pantai. Masih untung cuma kena sedikit bodi yang dibilang berkekuatan 2 (topan badai dikatagori dari 1-5 -supertyphoon). Agak meleset dari matanya (the eye) karena ini yang paling berbahaya. Mirip2 tornado tapi kalau topan badai diameternya bisa mencapai 200km.


Kenapa sih pulau kecil ini sering banget kena topan badai? faktor geographis memegang peranan penting. Lah sampingnya adalah samudera pasifik maha luas yang karena perbedaan temperatur dan tekanan bisa jadi TD (tropical depression -tanda awal topan badai). Juga menjelaskan kenapa Philiphina dan Jepang juga menghadapi masalah yang sama.

Hari ini Wipha akan menggempur Shanghai (China mainland). Ratusan ribu orang sudah diungsikan. Katanya inilah supertyphon terbesar dalam rentang 10tahun terakhir. Let's see..

Catatan : warna di gambar menunjukkan kecepatan pusingan dalam mph.
Website :
Typhoon2000
Solar Research Hawaii

Labels:

Friday, September 14, 2007

Belajar keliling Taipei

Day 2

Setelah file in complaint bahwa sekrup di tas bagasi pada nongol semuah ternyata MacGyver muncul. Beginilah kalo jalan dengan tukang, bawaannya screw driver lengkap. Daripada berbelit lebih cepat dibaikin sendiri. Singapore Airlines di Taiwan kontak kami untuk menawari bala bantuan. Yeah....lambat sih kalian.

Kota ini lebih ramah. Saya langsung merasakanya. Dibandingkan dengan Shanghai yang metropolis, Taipei lebih laid back. Bersih dengan bangunan ala cubicle dari beton. Yang mungkin membedakan adalah kadar polusi udara. Iyah disini lebih segar, dari jendelapun saya bisa melihat bukit dan gunung. Siap untuk dicoba untuk minggu2 nanti.

Taipei dibagi dalam distrik dari utara ke selatan (no 1-6) dengan tol dan jalan raya diberi nomor . Sedang nama jalan diberi tambahan Section jika itu bertemu junction atau ruas jalan lain. Jadi misalnya jalan Zhongxiao E(ast) section 3. Urutin saja dari kiri (barat) ke kanan (timur).

Yang jelas adalah tidak ada masalah dengan transportasi. Menurut saya kota ini didesain mudah untuk ditelusuri. Seperti halnya di Singapura dan Hongkong, Taipei mengadopsi cashcard untuk membayar transport MRT, bis, taxi dan parkir. Dasar saya ini anggota angker, mencoba kereta itu HARUS!. Prinsip nomer satu : berani tersesat. Sesungguhnya tersesat di kota ini solusinya gampang. Nyegat taxi kalau udah kepepet betul.

Jalan Kaki
Yups ini paling menyehatkan dan menyenangkan. Walau tidak sehijau Singapura, kota ini sangat bersahabat. Polusi suara dan asap tidak sedasyat Jakarta misalnya. Hanya sepertinya saya harus beli payung. Sering ujan euy!


Kalau sering jalan pasti akan bertemu 'little green man'. Ituh traffic light yang menunjukkan kita boleh jalan. Si mas ijo ini dianimasi bergerak jika waktu masih lenggang, tapi jika udah mepet (sekitar 10 detik terakhir) akan kliatan lari. He he he kreatif banget dah.

Di perempatan besar sering digambarkan di aspal sepert X (cross) besar dengan nomor 7-19. Artinya cross itu bisa dipakai nyebrang oleh pejalan kaki dari pukul 7pagi hingga 7malam. Baru kali ini saya menemui penyebrangan seperti ini.
Verdict : bakal sering jalan kaki, terutama mengejar kereta dan bis


Bis
Bis ada dimana-mana. Mungkin karena kebanyakan ditulis huruf kanji, jadi agak menyusahkan saya. Di beberapa service sudah ditulis dengan latin, terutama daerah kota. Bus stop sebagian agak beradab, diberi tempat berteduh. Tapi sebagian besar masih cuma plang nama di pinggir jalan. Ngg heran satu ruas jalan berderet-deret plang tanda berhenti.
Verdict : pantas dicoba, tapi karena ngga bisa baca lebih memilih MRT.

Metro atau MRT
Namanya memang Metro seperti di Perancis sono, tapi orang disini lebih mengenal sebagai MRT. Ada 6 jalur utama yang menggunakan kode warna dan nama. Main Station melayani juga kereta jarak jauh dan super cepat. Sebagian besar akses ke tempat2 wisata dan bisnis. Cashcard di Taipei bernama Easycard (sama aja dengan EZLink, Octopus atau Oyster). Bisa dibeli di stasiun2 MRT terdekat. Harganya TN$500 dengan TN$400 adalah kredit. Ini nyukup banget untuk sekitar 4-5 hari solid travelling.

Yang mungkin agak beda dengan Singapura adalah penggunaan token untuk single journey. Caranya : pake mesin tiket, pilih nilai tiketnya (paling rendah NT$20), masukkan uang dan akan keluar seperti koin dari plastik. Ketika memasuki mesin pembaca, scan token tadi di tempat scan easycard. Simpan dan have a nice ride. Setelah nyampe tujuan, begitu keluar dari mesin pembaca, masukkan token tadi ke lubang berdampingan dengan scan kartu.

Satu hal yang menggembirakan untuk solo traveller terutama cewek adalah di stasiun MRT terdapat area pengawasan CCTV. Perhatikan di lantai terdapat kotak garis biru dibelakang garis kuning. Berdirilah di kotak ini kalau terpaksa travelling malam hari. Maka area itu akan termonitor oleh sekuriti. Saya diperingati tentang tingkat kejahatan disini. Walau belum pernah jadi korban sebaiknya berhati-hati.

Untuk pengguna sepeda, MRT hanya bisa dimasuki sepeda di tiga jalur utama. Jalur ini menuruti lintasan trek sepeda menyusuri sungai Dahan. Hanya saja berlaku selama weekend atau hari libur bersama (bank holiday) sebelum pkl 4 sore.
Verdict : akan menjadi sarana transport utama saya, masih akan eksplore dari ujung ke ujung

Taxi
Warnanya kuning seperti kunyit.Taripnya lebih mahal sedikit daripada taksi di Singapura, sekitar 10-20%. Ditanggung mereka enggak se-reseh dan super ramah seperti supir taksi Singapura. Hanya kebanyakan enggak bisa bahasa Inggris. Jadi siap2 kartu dengan tulisan kanji tujuan dan rumah. Saya cenderung jarang memakai taxi, kecuali jika mendesak waktu atau dah puyeng ngg nemu jalan. Gampang dicari dan banyak sekali. Kalau mau nyewa taksi bisa juga jam2an. Taripnya sekitar NT$300 termasuk sopir. Kelemahan taksi adalah bikin malas dan ngga bisa eksplore kota.
Verdict : alternatif saja, terutama di minggu pertama

Sepedamotor
Saya tergoda ingin nyewa saja. Lah sepertinya murah sekali, sekitar NT$2000 untuk sebulan. Bisa nglencer kemana saja dengan mudah. Bentuk sepedamotor disini seperti Jetmatic, mirip skuter itu. Hanya saja ini cuman bisa dipakai dalam kota. Untuk jarak jauh sepertinya nyewa kendaraan atau naik bis saja.

Yang sedikit menyusahkan mungkin cuma harus hapal rambu lalulintas dan nyetir disebelah kanan. Di perempatan besar, untuk belok kanan terdapat tanda kotak besar khusus untuk sepedamotor. Ada lagi yang sedikit unik. Di beberapa ruas jalan terdapat 'counter flow' atau satu line yang arahnya berlawanan khusus untuk bis. Anehnya, line itu biasanya di tengah bukan ditepi.
Verdict : nyewa jika sudah mengerti tata terbit lalin.

Mobil
Nyewa mobil kemungkinan adalah alternatif terakhir terutama jika kita akan jelajah gunung selama weekend. Karena berhari-hari dan cukup terpencil maka ini sekiranya bisa mengatasi jika ditinggal naik gunung misalnya.
Verdict : belum perlu banget, masih dipertimbangan

Dimana sih bisa ndapetin peta dengan gratis di Taipei?
Caranya gampang banget. Ada beberapa tempat:

1. Di Toayuan Airport biasanya ada konter Tourism Board. Ambil aja.
2. Tourism Board di dekat Sun Yat Szen Memorial Hall. Ikuti tanda panah begitu turun dari MRT. Belok kiri ke jajaran bank-bank lokal. Nama gedungnya Continental Building No 290 disamping Chinatrust. Masuk lift ke lantai 9. Banyak banget peta gratisan yang bisa dipakai untuk referensi awal.
3. DI beberapa turis spot ditawarkan gratis, jadi pasang mata jika ada tanda i (nformasi).

Next : ketemu Sun Yat Sen dengan bodyguard-nya

Labels: ,

Thursday, September 13, 2007

Formosa, kesan pertama


Meski mengaku takut terbang akhirnya sampai juga di Formosa (12/09-07) pukul 6 sore. Perjalanan ini seperti yang diduga banyak sekali lobang, jadi bis saya sempat megal-megol. Dua minggu lalu pulau ini dibantai super-badai Sepat. Untung saya cuman dapet sisa2nya. Weh syukur dah.

Satu hal, saya nyaris ketinggalan pesawat (lagi). Hanya karena salah lihat jadwal. Kirain pukul 14:20 tapi ternyata setelah diamati jadi 12:40. Wah kacamata ini dah harus pensiun. Pantesan hanpon panik berdering terus2an sepulang nitip tas ke Hany. Walau sehari sebelumnya sudah check in, tapi sempat kaco-balo mode on.

Taoyuan Airport atawa Chiang Kai Sek Airport ternyata rapi jali. Simple dan friendly. Proses imigrasi juga enggak lama, tinggal jedak-jeduk setempel. Sempat takjub melihat infra red scanner untuk mengukur temperatur tubuh ketika melewati gerbang (kok jadi inget HongKong yah). Sapa tau lagi kena demam SARS.

Kali ini karena menyangkut bisinis jadi dijemput. Jarak dari Airport ke Taipei kota lumayan jaoh juga. Kalau naik taksi sekitar NT$1,200 atau ngebis one way cuma NT$100-140 sedang yang saya pake ini kereta limo. Tiba-tiba saya jadi merasa seperti Fergie-nya Black Eye Pea sambil nyanyi Glamorous. Haiyah...ndase lhe gede


Ternyata jauh banget untuk sampai di Taipei City. Kalau dihitung mungkin dua kalinya Changi. Saya itung2 harga transport segitu ya memang seukur-lah. Walau tadi sempat takjub dengan harganya (ekuivalen dengan SGD$100 hanya untuk transport ini) tapi yah emang sepadan. Pak sopirnya ternyata a very busy-man. Selama perjalanan henponnya berdering berkali-kali. Mau tau ringtones-nya? We Wish You Merry Chrismas ! saya cuman senyum dikulum.

Sampe di penginapan ada masalah kecil, yakni salah satu bagasi ternyata handle-nya ketarik. Sekrup-nya pada keluar semua. Akibatnya sebagai pembantu umum sayalah yang harus file in complaint kepada perusahaan penerbangan. Malam itu juga termasuk bukti otentik photo segala. Lhah biar meyakinkan.

Next : nyari peta kota. This is esential! salah satu tip untuk survival jelajah kota adalah peta dan orientasi. Pulau Formosa ini membentang dari Utara ke Selatan dengan kota Taipei di pucuk Utara. Peta selain menunjukkan tempat juga selalu memberikan informasi moda transportasi. Paling jelas adalah kereta dan jalan raya. Beruntung banget ibukota ini dilengkapi tanda jalan dalam dua hurup : Mandarin Hokien dan Latin. Ohya jangan kaget kalau disini banyak yang bisa berbahasa inggris dengan baik dan lancar. Kalaupun enggak bisa mereka tetep berusaha menolong. Jangan lupa senjata ampuh : bahasa tarzan.


Jalan kaki nerobos jembatan penyeberangan ke toko buku paling lengkap di Taipei : Page One. Letaknya tepat di bawah gedung Taipei 101 diantara toko2 barang branded. Saya takjub (ups...bukan karena kepingin barang tas merk SUSI). Toko buku ini jauh lebih comprehensive ketimbang Kinokuniya atau Border Singapura. Terbitan bahasa Inggrisnya sangat lengkap. Harganya juga ngg jauh beda. Saya beli peta disini cuman NT$80 saja.

Ngomong2 soal Taipei 101, saya jadi teringat Jin Mao di Shanghai dan Petronas di Malaysia. Dibandingkan dengan kedua terakhir, saya jatuh cinta dengan arsitektur Taipei 101. Malam itu karena hujan rintik2 bentuk bangunan dari jauh jadi seperti magis. Jin Mao terasa sangat maskulin dengan ornamen luar dari baja. Sedang Petronas-pun terasa angkuh karena struktur twin tower yang seakan menegaskan ke'aku'annya. Petronas banyak memakai elemen bidang yang cenderung membuatnya jadi kaku.

Taipe 101 ternyata sangat elegant, meliuk dan begitu feminim. Ornamen2 indahnya yang melambangkan awan dan angka 0 serta gorgoyle di setiap sudut memberikan details yang cantik. Sayangnya gedung tertinggi sejagad ini enggak didukung oleh lingkungan. Jin Mao di Shanghai terletak di CBD Pudong dengan deretan gedung tingginya saling balapan. Serasi banget. Disini, Taipei 101 malah seperti pebasket NBA Yao Ming diantara orang2 Taiwan. Menara banget gituh loh....

Next : tentang tata cara lalu lintas dan moda transport MRT di Taipei






Labels: ,

Tuesday, September 11, 2007

Confession of a Traveller : I am afraid of flying



Remembering 9/11 six years ago

I began this affair back few years ago since travel with aeroplane extensively. I do remember my first flight from Jogja to Jakarta heading to UK. Excited and fearless daredevil individual.

Things getting so complicated after I do lots of flying. Even before going to airport I have a ‘travel symptom’ –a funny feeling on my tummy indicates nervous and adrenalin high. But since I am check in online (got the boarding pass and everything in advance) actually healing these intense of feeling flaw.

Sit down on the chair I am start sweating. My mind wildly says that anything can happen in next 10-20 minutes. My hand so cold, breathing becomes an emotional trial. I grab a magazine right on front of me try to read an article or just flapping photos pages. But ended up watching the view from the window (somehow I don’t know why I’m always choose window seat).

It can be very bad when I am travel on my own (oh yes lots common now). I used to pretend everything OK. Put a brave face and act that I am a frequent flyer (which is true but in different attitude!). Soon the wheel moving, my heart pumps even harder. Then during taxing in the runway, imagination of being caught in the fire, or wheel skidding running around on my head.

I tried many things to forget I am on the plane. Put music on, audio books, little conversation with my fellow passenger or just simply put earphone to reduce the noise. None of them works. When the engine running, I grasp the arm of the chair, praying silently. Soon the wheel off from the ground, I felt the weight on my shoulder actually gone.

Keep away from TV

The National Geographic series about the aeroplane accident called “Air Crash Investigation” –ACI make even worse. I avoided the program purposely because it just makes me feeling cautious about accident. Dead people, fire, hijack, out of control machine etc… But somehow I keep watching it (or listen it) as Mark loves the program so much. The series fascinate him because he learnt about failure engines or great drama of human’s mistakes. He trusts the aeroplane, while I am not. He trusts the pilot while I am in doubt.

On the ACI program, I have seen that sometime little things can lead a disaster. A bird that hit the propeller or unrecognised signal soon become a big problem. Metal fatigue or aeroplane hijack and other several factors makes flying not a comfortable experience anymore.

I wonder if my reluctant not to see bad things or face the fact that accident can happen mere on the deep on my heart. People always try to not being hurt, or not being sad. My eyes cannot see blood, or crumpled bodies or pieces of human’s organ show in TV. We always want pretty things, beautiful views and breathtaking pictures.

I watch through television about lots of airline accidents. In the last two weeks there are two major accidents: Air China in Japan and emergency landing of a Scandinavian’s plane. I cannot stop myself to consume news about the accident since those two were on mainstream television. All I can do just keep away from the news; neglect my curiosity about why that accident happen.

Stopping the information insert into my brain actually put me off from the fear temporarily. All I can do is prevent myself from being afraid of something that not been proven to be happen. But again, I questioned myself: will it happen?

Note : wish me luck for tomorrow's flight

Labels:

Wednesday, September 5, 2007

Warkop di Singapura


Sejak saya tinggal di Chinatown acara sarapan jadi gampang. Lah tinggal nyebrang jalan sudah ketemu Warung kopi Ya Kun Kaya Toast ala Singapura. Semula agak aneh rasanya karena roti panggang yang ditampilkan manis kelapa. Sedang telornya dibuat semi poach alias setengah matang. Tapi yang bikin kangen adalah kopi kentalnya. Dengan cangkir unik berukuran setengah standar kafein di pagi hari agak menyentak.

Warung kopi Ya Kun ini aslinya di Telok Ayer Basin –cuma sak plinthengan saja dari rumah. Sejak didirikan oleh Loi Ah Koon tahun 1930-an melayani berbagai lapisan. Dari kuli, penjual, peminjam uang, polisi, hingga operator kapal disaat awal berkembangnya negeri kecil ini. Bersama dengan istrinya ia membuat trade mark ‘selai kaya’ yaitu selai manis dari kelapa dan telor.

Ah Koon juga memanggang biji kopi sendiri dengan menambahkan margarine ‘Planta’ dan gula yang digangsang di atas api kayu. Di saat itu ia juga masih menggunakan arang untuk membakar roti. Kadang agar warungnya siap melayani pelanggan pertama pukul 5 pagi, Ah Koon harus tidur di meja kayunya.

Apa aja sih yang jadi andalannya :


Kopi
Di Singapura jika memesan “kopi’ maka yang muncul adalah kopi dengan sedikit susu dan gula. Sedang Kopi kosong adalah dengan susu tanpa gula. Kalau cuma kopi dengan gula saja cukup Kopi O. Sajian kopi di warkop Ya Kun ini luar biasa kental dan tanpa ampas.
Biasanya dibuat dengan teko tinggi dengan mulut yang panjang. Biji kopi halus diberi air panas dan dibiarkan hingga keketalan tertentu. Di mulut teko terdapat saringan. Saya suka sekali mengamati proses membuatnya. Cepat dan cukup higienis.



Kaya Toast
Kaya diambil nama dari ‘srikaya’ tapi selainya enggak ada hubungannya dengan buah ini. Selai kaya dibuat dari kelapa dengan telur dan gula yang dikacau. Masak dalam api kecil dan terus diaduk. Warnanya agak kehijauan, kemungkinan ditambahi warna pandan.
Untuk menyajikannya, roti dipanggang lantas diberi selai dan ditengahnya diberi irisan mentega yang akan meleleh.


Soft boiled egg
Dengan mangkuk kecil kita diberi 2 butir setengah matang. Sempat curiga bagaimana membuat kulit telor tetap kering tapi kuningnya masih encer. Telor dimasak hanya dalam 1.5 menit cukup untuk membuat putih telornya menggumpal. Cara makannya : terserah mo disendok atau dicelupin dengan roti panggang. Sama2 enaknya. Yang aneh buat mungkin karena disediakan kecap asin untuk perasa. Kecapnya ringan saja.


Mau tau harganya? Untuk sepiring kaya toast + 2 kopi + 2 mangkuk telor seharga $7 saja. Tapi menikmati Ya Kun di warung aslinya itu yang ngg bisa digantikan. Kata manajer hari itu, mereka membuka cabang di Jakarta, Medan, Bandung dan Pekanbaru. He he he tapi warkop di Chinatown kan beda….

Note :
sak plinthengan : jarak ketapel

Labels:

Monday, September 3, 2007

No place to play




Taken by Mark, this shot right on the Marina Bay Project Singapore. The project under Las Vegas Sands Corp will create hotel, gaming and resort on those area. Casino ©Marina Bay due open 2009 become the most expensive casino complex in the world.
Group of people had football session by using the reservoir tunnel that become dry land. We witnessed a very good goal.

Labels: