Tuesday, January 24, 2006

Laos itu bukan nama bumbu


Berikut adalah obrolan dua backpacker's yang pernah ke Laos tentang makanan :

Lupa nanya Nef, tarip biasa sekitar $10 tapi gara2 lagi musim libur dapetnya yang di gang itu. Nyobain green papaya salad ngga?

Love Laos too,
Ambar


Yang mana yaa... Pepaya hijau yang diserut panjang dengan bumbu saus kacang pedas itu? Atau yang dipotong tipis lalu dimakan dengan manisan? Di Laos gue kalap mencoba macam-macam makanan.. (Justru di India yang gue bermasalah dengan makanan, hehehehe...) Tumis ayam dengan kemangi, daging asam manis dengan nanas, sup udang dan cumi yang disajikan dengan tungku kecil (?) seperti suki, steak ikan (di Phonsavanh sedap banget), es manisan, banyak lagi yang lainnya..

Bahan-bahannya FRESH! Walaupun setiap kali makan harus selalu menjelaskan: NO pork! Sempat juga ke beberapa restoran 'bule' di Vang Vieng dan LP (Luang Prabang), sekedar mengikuti saran LP (Linkin' Park, eh, Lonely Planet), termasuk ke fancy resto, Villa Shanti di LP dan beberapa restoran lokal pinggir sungai yang viewnya indah.. (di LP yg gue suka nama restonya Bougnasouk.) Sup ikan Laos rasanya mirip dengan tom yam goong: asam, manis, pedas, dengan bumbu serai, daun jeruk nipis (lemongrass) dan kemangi.. Suedap! Cocok banget
di lidah gue.. Beerlao juga sedap tuh! The best beer in south east asia, menurut splurge-nya LP.. (mumpung di Laos.. fave gue yg dark, small bottle, harganya 6 kip). Jadi dining out deh tiap saat... Kongkow terus... Good time, good place, good friends and good food..! :)

-nef-


Wah ngomongin makanan kami sempet ke tepi sungai Mekong itu (night market
belakang Grand Palace?) atas petunjuk seorang operator trekking. Mungkin
seperti BBQ Chinese dengan bara ditengah meja. Marinate untuk ikan waduh
gabungan antara sedap dan addictive. Tom Yam Khung ala Thailand juga lebih
terasa terutama seafoodnya menuh2in mangkok. Beer Lao yang dark emang
nendang Nef dibanding bir Chang di Thailand. Cuma jarang ada.

Oh ya
kemangi di Laos menggunakan kemangi warna ungu yang lebih menyengat baunya.
Green salad pepaya yang saya maksudkan pepaya muda diserut dicampur bumbu
seperti rujak. Jadi pedas, asam, manis ditambah dengan semacam terung muda
yang kulitnya hijau gelap. Saya menemukan makanan ini di Bangkok juga tapi
yang di Laos wuih...herbs nya terasa. Oh ya restoran disana masih pakai
kayu untuk memasak jadi ditanggung bau abunya itu yang bikin sedap. Mereka
juga lebih suka menghidangkan makanan dengan nasi ketan ketimbang nasi putih
biasa.

Chiang Mai sebenarnya terkenal kelezatan makannya. Kalau pengen kursus masak
sehari disana juga bisa. Tinggal milih menu, diajakin kepasar untuk belanja
trus masak bareng. Klo ngg salah sekitar 500BHT perpaket (tergantung berapa
menu yang mau dimasak). Green curry Chiang Mai serasa tidak terlalu pedas,
karena santannya itu dibuat sedikit mentah. Untuk makanan kami ngg ngikut LP
tapi menuruti selera hidung. Yang berbau enak yah mampir ...

Ambar
tiba2 jadi lapar lagi


Wadoh, I apparently missed that bbq place.. Pasar malam suku Hmong di Luang
Prabang ya? Itu kan bukan di belakang Grand Palace.. Yang gue tau di sekitar
Grand Palace memang bertabur food stall kalau malam, paginya berubah jadi pasar
sayur.. Beerlao dark 6% (harganya 6000 kip ding) banyak di resto 'girli' di LP
tapi nggak ada di Vientiane (yang ada malah yang light atau yang botol besar
5%). They're definately much better than Chang or Singha (mungkin itu sebabnya
Beerlao dilarang masuk Thailand). Sempat juga ngejajal lao-lao, liquor khas Laos
-- waktu ikut tour ke desa pembuatnya dalam perjalanan ke Plain of Jars. Buset,
keras banget dah, seperti spiritus! Ada lagi rice wine yang renyah dan
menghangatkan (mungkin cocok dipakai menyambut malam dingin berkabut di Luang
Prabang) yang biasanya di dalam botolnya diisi ular, kelabang atau kalajengking
sebagai obat.. Nggak tega nyobain yang ada isinya euy, makasih deh..

Iya, kalo gitu emang bener green papaya salad yang itu.. Kalo nggak salah
campurannya itu memang terong bulat hijau alias 'tekokak' kalau di Sunda.. Wah
sedapnya, gurih pedes-pedes luarbiasa.. Dahsyat! Gue baru tau, kalo di antara
bumbunya (seperti juga di beberapa masakan Thai) ada yang namanya 'fish sauce'
yang terbuat dari fermentasi ikan. Kalau sudah dicampur makanan gurih banget
(mirip rasa terasi, petis atau kecap ikan), tapi kalo dicium langsung dari
botolnya, atau kalau liat ikan kecil-kecil di dalamnya, bikin eneg! Hehehehe..
Yang penting rasanya yang emang tob, kalee.. Pepaya yang dicampur manisan itu
gue coba di Vientiane, di dekat Wat Mixai. Kalau untuk es campurnya, manisannya
bisa milih, mulai dari manisan labu, cermai, entah buah apa lagi.. Makannya pake
serutan es dan sirup santan.. Glek! Glek! Yummy!

Jadi itu kemangi memang ungu ya? Seringnya sih makan daun basil yang hijau..
Gue pernah nyobain makan pake nasi ketan (sticky rice). Itu disajikannya dalam
wadah anyaman bertutup, bukan di piring.. Enak, tapi agak aneh aja, karena pesan
menu daging plus ketan jadinya seperti makan lemper.. Hehehehe.. Apalagi
ketannya harus dimakan hangat supaya nggak keras.. Mending pake nasi putih
(steamed rice) deh, beras di sana kan pulen banget.. Dan lagi di banyak tempat
masaknya memang pake kayu, sehingga aromanya, waaahh..

Nggak kepikir untuk ikut les masak euy, yang ada malah gue 'les' makan..! Tapi
green curry chicken yang pake terong hijau itu, memang salah satu makanan
favorit gue di Thailand! Exotic food testing deh, judulnya, atau wisata kuliner? :)

-nef-
sebenernya beberapa hari ini ngidam tom yam..


Rice wine isi ular (sepertinya cobra tapi kecil) bikin ngeri Nef. Favorit minuman saya orange juice (ih ngg keren blas). Tapi saat itu Luang Prabang sedang panen tangerine. Jadi orange juice betul2 seger.

Pagi hari kami menemui ibu2 yang mempersiapkan bumbu ditepi jalan. Digerus dengan semacam lumpang dari besi -yang mungkin di Indonesia ngg ada lagi. Aduh pas lewat baunya sedeeep banget. Ada beberapa ingredients yang saya blun pernah liat. Kebanyakan herbs semacam curry leaf (di S'pore namanya begitu), kecil2 baunya seperti coriander atau daun dengan sedikit duri (campuran Tom Yum). Saya juga melihat mereka membakar terung bulet ungu diatas bara hingga lunak kehitaman.

Di Chiang Mai saya disuguhi brown rice (padi gogo) -dari padi yang tumbuh di lahan tadah hujan. Texture nasinya lebih gede dari nasi biasa dan tidak terlalu pulen juga terasa manis. Cuma porsinya duh kurang kenyang. Jadi minta nambah. Iyah..wisata kuliner atau wisata jajan neh.

Ambar

Catatan : obrolan ini diterbitkan dengan seijin Nefran

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home