TN Ujung Kulon Boat Trekking (3) : Trekking Ringan Legon Bajo dan Cibom
P. Panaitan - Cibom - P. Peucang - Cidaon, 23 April 2006
Saya menghabiskan malam di ruang mess jagawana sembari ngobrol dengan mereka. Oh ya kami juga ditanya tiket masuk Taman Nasional (Rp 4500) dan biaya tambat kapal. Ini agak sedikit argumen dengan mereka karena boat trekking ini ngg memakai kapal turis, tapi sebuah kapal nelayan kecil.
Kami juga mendengar ada sebuah camp yang dibangun di Legon Bajo khusus untuk para surfer. Waktu disana kami hanya ingin tahu karena dari informasi jagawana tentang harga kamar agak mencengangkan. Untuk paket 1 minggu perorang dikenai US$1000 termasuk akomodasi, makan, kapal dan kesempatan surfing. Operator yang sama dengan di G-Land pantai Plengkung di Grajagan Jatim. Untuk memuaskan keingin tahuan maka keesokan harinya kami berniat kesana. Dengan ditemani seorang jagawana kami trekking ringan 2km menuju Legon Bajo.
Jalan menuju kesana gampang saja, hanya sedikit becek khas Ujung Kulon. Saya sendiri menyesal hanya memakai sandal. Kalau ngg hati2 lumpur setinggi dengkul menjerat kita. Yang membuat saya enjoy adalah : hutan di kanan kiri, aneka jamur dan tumbuhan hutan serta binatang. Ada kelelawar sebesar gaban (flying foxes) yang berteriak-teriak di dahan.
Tiba di Legon Bajo kami melihat lokasi surfing camp. Lumayan besar dengan fasilitas restaurant dan air bersih yang memadai. Hanya saja kamar2 terlihat kurang terpelihara. Kata penjaganya ini lagi musim sepi. Biasanya para surfer berdatangan sekitar Juni-September. Mereka ini mendapat hak eksklusif di pulau. Sesuatu yang menjadi perdebatan karena pengelolaannya yang monopoli. Ini baru saya sadari setelah melakukan pencarian via internet tentang Legon Bajo. Pembangunan dan pengelolaan yang serampangan membuat keprihatinan berbagai pihak baik kalangan surfer dan pecinta lingkungan di Jakarta.
Tak lama kami balik kembali ke Legon Butun dan setelah istirahat sejenak meneruskan boat trekking menuju Cibom (S06°45,0820′ E105°13,4824′). Mendarat di Cibom lantas trekking ringan sekitar 5km melewati jalan setapak pinggir pantai menuju Tanjung Layar (S06°44,8776′ E105°12,6758′) bagian paling ujung P. Jawa. Disini terdapat mercusuar yang dibangun Belanda 100th yang lalu. Kami menemui para penjaga mercusuar disana. Usai pemotretan tadinya ada rencana naik ke mercusuar, ternyata setelah dilihat strukturnya hmmm saya ngeri juga. Terlebih tepat di bibir jurang pantai yang lumayan tinggi.
Dari sini balik jalan lagi ke Cibom. Selama perjalanan saya mendengar kepak sayap burung Rhinoceros hornbill (Buceros rhinoceros). Sangat keras dan menggetarkan. Ketika saya di Uncle Tan Jungle Camp Malaysia, saya tidak bisa mendengar kepak itu karena kerasnya suara perahu. Dengan jalan kaki kami bisa menikmatinya. Sayang ngg sempat kena kamera.
Lelah kami meneruskan naik kapal menuju P. Peucang. Pulau ini menjadi basis untuk TN Ujung Kulon dengan sarana akomodasi yang memadai. Tujuan kami hanya mampir untuk minta ijin melihat Padang Penggembalaan di Cidaon. Dengan cuaca bagus begini serta waktu menunjukkan sekitar pukul 4 sore adalah ideal untuk mengamati binatang disana.
Sembari melihat rusa yang makan rumput dengan santainya di tengah arena, kami hanya beberapa saat sembari ngobrol dengan jagawana. Dari sana hanya dengan menyeberang selat kecil menuju Cidaon (S06°45,6955′ E105°15,8973′). Dengan mengendap-endap kami menemui sekawanan banteng yang merumput. Hari itu terlihat banyak banteng (Bos javaniscus), babi hutan, burung merak but no rhino. Akhirnya puas memburu binatang kami balik lagi.
Dengan perahu, Pak Komar mengantar keliling P. Peucang dengan melihat Karang Copong. Sebuah bentukan karang dengan lubang di tengah yang sungguh menarik. Sore itu kami menikmati sunset di sekitar Karang Copong sembari memancing. Malam kami habiskan di tengah perahu.
Next : angin kencang sekitar pukul 2 pagi dan pipis di tengah laut
Labels: indonesia, travelling
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home