TN Ujung Kulon Boat Trekking (2) : Dermaga sore itu sunyi sekali
Tamanjaya-Panaitan, 22 April 2006
Kami berangkat dengan semangat tinggi. Terlebih di kejauhan terlihat jelas sosok Krakatau menjulang tinggi menggapai awan. Kapal nelayan ini sebenarnya milik Charlie seorang muda yang menjadi juru mudi. Awak buah lainnya Pak Karim yang biasa kita panggil Mas karena berasal dari jawa; tugasnya adalah membantu secara umum. Dari menciduki air laut yang masuk kapal, menguliti dan membersihkan ikan hasil pancingan, memasak nasi dan teh dan tak lupa salah satu diskripsi kerjanya yang lain adalah mencuci piring dan alat masak lainnya. Seorang lagi bernama Pak Efi adalah porter dan guide handal di Ujung Kulon. Biasanya Pak Efi ini menemani para trekkers yang ingin menjelajah UK. Tapi hari itu dengan setengah dibujuk akhirnya mau juga bergabung.
Pak Komar sebagai komendan menyiapkan pancing andalannya beserta jala. Bahkan tak lama sejak beranjak dari pantai ia langsung melempar kail. Hasilnya : dua ikan lumayan gede sebagai bekal makan siang. Walau akhirnya menyerah setelah ikatan pancing mengenai kakinya. Saya dan Aris hanya menonton sembari mengamati pulau-pulau sekitar. Nampak hutan mangrove muda menguasai pinggiran pantai. Langit nampak cerah, hanya saja tak lama kemudian nampak segulung awan. Lantas terlihat sebuah pusaran dari laangit menggayut, menunggu waktu yang tepat mencapai laut. Persis dengan fenomena tornado di US yang terjadi karena perbedaan tekanan dan suhu. Efeknya seperti penyedot debu. Menurut Pak Efi : badai ini bisa mengangkat ikan2 ke atas. Wow !
Hujan mulai turun, terpal sebagai atap mulai ditebarkan. Kami istirahat sejenak di sebuah pojokan Panaitan hingga kembali melaju menuju Legon Butun sebuah tempat pos para jagawana. Kami sempat terperangah dengan dermaga yang baru. Terbuat dari pelampung tebal plastik dengan bentuk kotak dijalin sangat kuat. Pulau Panaitan ini lebih terkenal bagi turis mancanegara karena keganasan ombaknya. Sempurna untuk surfing ! Hanya saja ini rupanya menjadi kasus lumayan pelik dalam masalah hak pengelolaan pulau. Dan ternyata dermaga apung ini memang dibeli oleh perusahaan asing itu !
Kami tiba agak sorean. Segera para ahli masak menuju dapur di gedung jagawana untuk menanak nasi dan membakar ikan. Sedang saya lebih suka mengagumi pulau ini. Ada banyak burung, ada kera dan ada biawak. Para jagawana juga nampak sedang memancing di dermaga. Dengan bantuan sana-sini bisa juga akhirnya membuat umpan. Pantainya sangat bersih dan menawan. Sore itu kami makan di bibir dermaga bersama seluruh kru. Ruaaaar biasa lezat apalagi sambel tomat Pak Karim. Malamnya berdua kami memilih tidur di ruang jagawana yang kosong sedang pak Komar dkk memilih menghabiskan malam di atas kapal. Dua orang jagawana yang fanatik mancing ikut bersama mereka menggantikan kami.
Kami berangkat dengan semangat tinggi. Terlebih di kejauhan terlihat jelas sosok Krakatau menjulang tinggi menggapai awan. Kapal nelayan ini sebenarnya milik Charlie seorang muda yang menjadi juru mudi. Awak buah lainnya Pak Karim yang biasa kita panggil Mas karena berasal dari jawa; tugasnya adalah membantu secara umum. Dari menciduki air laut yang masuk kapal, menguliti dan membersihkan ikan hasil pancingan, memasak nasi dan teh dan tak lupa salah satu diskripsi kerjanya yang lain adalah mencuci piring dan alat masak lainnya. Seorang lagi bernama Pak Efi adalah porter dan guide handal di Ujung Kulon. Biasanya Pak Efi ini menemani para trekkers yang ingin menjelajah UK. Tapi hari itu dengan setengah dibujuk akhirnya mau juga bergabung.
Pak Komar sebagai komendan menyiapkan pancing andalannya beserta jala. Bahkan tak lama sejak beranjak dari pantai ia langsung melempar kail. Hasilnya : dua ikan lumayan gede sebagai bekal makan siang. Walau akhirnya menyerah setelah ikatan pancing mengenai kakinya. Saya dan Aris hanya menonton sembari mengamati pulau-pulau sekitar. Nampak hutan mangrove muda menguasai pinggiran pantai. Langit nampak cerah, hanya saja tak lama kemudian nampak segulung awan. Lantas terlihat sebuah pusaran dari laangit menggayut, menunggu waktu yang tepat mencapai laut. Persis dengan fenomena tornado di US yang terjadi karena perbedaan tekanan dan suhu. Efeknya seperti penyedot debu. Menurut Pak Efi : badai ini bisa mengangkat ikan2 ke atas. Wow !
Hujan mulai turun, terpal sebagai atap mulai ditebarkan. Kami istirahat sejenak di sebuah pojokan Panaitan hingga kembali melaju menuju Legon Butun sebuah tempat pos para jagawana. Kami sempat terperangah dengan dermaga yang baru. Terbuat dari pelampung tebal plastik dengan bentuk kotak dijalin sangat kuat. Pulau Panaitan ini lebih terkenal bagi turis mancanegara karena keganasan ombaknya. Sempurna untuk surfing ! Hanya saja ini rupanya menjadi kasus lumayan pelik dalam masalah hak pengelolaan pulau. Dan ternyata dermaga apung ini memang dibeli oleh perusahaan asing itu !
Kami tiba agak sorean. Segera para ahli masak menuju dapur di gedung jagawana untuk menanak nasi dan membakar ikan. Sedang saya lebih suka mengagumi pulau ini. Ada banyak burung, ada kera dan ada biawak. Para jagawana juga nampak sedang memancing di dermaga. Dengan bantuan sana-sini bisa juga akhirnya membuat umpan. Pantainya sangat bersih dan menawan. Sore itu kami makan di bibir dermaga bersama seluruh kru. Ruaaaar biasa lezat apalagi sambel tomat Pak Karim. Malamnya berdua kami memilih tidur di ruang jagawana yang kosong sedang pak Komar dkk memilih menghabiskan malam di atas kapal. Dua orang jagawana yang fanatik mancing ikut bersama mereka menggantikan kami.
Labels: indonesia, travelling
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home