Doctors in Death Zone (1)
Apa jadinya kalau sekelompok dokter di Inggris dan Irlandia memilih menjadi kelinci percobaan eksperimen untuk menjawab misteri pengaruh minimya oksigen terhadap manusia? Para dokter ini yang tergabung dalam tim Caudwell Extreme Everest pada tahun 2007 membuat laboratorium di ketinggian 8,000m, naik sepeda untuk diuji kecepatan jantung, diambil contoh darah dan juga contoh biopsy.
Tahun lalu sebelum menuju Nepal saya sempat kontak dengan Project Manager Kay Mitchel. Mereka sendiri sudah mempersiapkan tim sejak lima tahun dan meminta siapapun yang berencana trekking/climbing di Everest sebagai sukarelawan untuk diperiksa kondisi kesehatannya. Walaupun gagal ketemu saya gaprukan dengan tim Horizon BBC ketika mereka mengambil gambar di desa kecil Periche (4,250m).
Tahun lalu sebelum menuju Nepal saya sempat kontak dengan Project Manager Kay Mitchel. Mereka sendiri sudah mempersiapkan tim sejak lima tahun dan meminta siapapun yang berencana trekking/climbing di Everest sebagai sukarelawan untuk diperiksa kondisi kesehatannya. Walaupun gagal ketemu saya gaprukan dengan tim Horizon BBC ketika mereka mengambil gambar di desa kecil Periche (4,250m).
Periche memang pantas untuk ditampilkan karena disinilah posisi medis paling awal kalau terjadi kecelakaan di Everest. Di Periche pula tersedia fasilitas penanganan penyakit ketinggian, HAPE (High Altitute Pulmonary Oedema) and HACE (High Altitute Cerebral Oedema) juga komunikasi per radio untuk mendapatkan rescue helicopter. Walau ternyata enggak nongol sama sekali di Dokumenter ini, saya sudah cukup hepi. He he he yah mayan deh dishooting ketika saya dan Nanung ikutan pengarahan di ruangan Rumahsakit Periche, tempat dua dokter dari New Zealand and Inggris menjalani dua bulan penempatan.
Akhirnya kesempatan nonton dokumenter ini kesampaian juga secara utuh dalam dua seri. Tim Extreme Everest ini terdiri dari 15 dokter yang dipimpin oleh Dr Mike Grocott. Dari semua pendaki merangkap para dokter ini hanya satu orang yang pernah menaklukan Everest sebelumnya. Ia adalah Dr Sundip Dillon yang menjadi climbing leader. Prestasinya sebagai pendaki termuda menjajal 7 summits ketika ia menyelesaikan akhir serial di Everest tahun 1998.
Film diawali dengan situasi keseharian para dokter ini yang terbiasa menangani pasien di ruang gawat darurat. Sebagian besar dari mereka mengalami hyphoxia yakni kondisi ketika oksigen sangat tipis diserap tubuh. Ada pasien yang mampu bertahan, namun ada yang tidak. Misteri seberapa manusia mampu bertahan pada tingkat oksigen inilah yang akhirnya mengantar para dokter untuk berekperimen di Everest.
Mereka membuat 40 macam riset untuk melihat berbagai aspek dari tingkatan oksigen yang rendah. Dimulai dari naik turun tangga hingga pengambilan sel tubuh dengan biopsy. Mereka berencana mendapatkan 17,000 samples dari bagian tubuh dimulai dari ketinggian Base camp (5,300m) hingga contoh darah dari pendaki ketika mereka mencapai puncak Everest (8,848m).
Film diawali dengan situasi keseharian para dokter ini yang terbiasa menangani pasien di ruang gawat darurat. Sebagian besar dari mereka mengalami hyphoxia yakni kondisi ketika oksigen sangat tipis diserap tubuh. Ada pasien yang mampu bertahan, namun ada yang tidak. Misteri seberapa manusia mampu bertahan pada tingkat oksigen inilah yang akhirnya mengantar para dokter untuk berekperimen di Everest.
Mereka membuat 40 macam riset untuk melihat berbagai aspek dari tingkatan oksigen yang rendah. Dimulai dari naik turun tangga hingga pengambilan sel tubuh dengan biopsy. Mereka berencana mendapatkan 17,000 samples dari bagian tubuh dimulai dari ketinggian Base camp (5,300m) hingga contoh darah dari pendaki ketika mereka mencapai puncak Everest (8,848m).
Labels: mountaineering, nepal
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home