Tuesday, February 5, 2008

Mbok Emban, kowe iki sapa?



Sejak kecil saya akrab dengan kethoprak. Sori, ini bukan makanan tapi adalah pentas teater rakyat yang mengambil cerita Babad Tanah Jawi atau sejarah/legenda Mataram sebelum dan selama pengaruh Islam abad14an. Cerita dalam kethoprak itu macam2, tapi kebanyakan adalah tentang konflik kerajaan, intrik persaingan politik dan pengaruh, romans atau juga pengkhianatan. Kalau mau puas silakan baca cerita panjang karya SH Mintardja seperti Api di Bukit Menoreh atau Nagasasra Sabuk Inten.

Dalam kethoprak ada satu karakter yang selalu harus ada. Dialah Mbok Emban. Tugasnya adalah menjaga Gusti Putri (tuan putri) di Keputren (taman khusus untuk putri, selir dan permaisuri). Deskrepsi tugasnya lengkap, mulai dari menghibur sang putri jika ditinggal pacar/suami/kekasih. Memijiti kaki kalau capek, merawat badan dan rambut (adegannya kadang si mbok menyisir rambut sang putri yang panjang). Ia juga berkewajiban menjaga keselamatan lahir dan batin termasuk menyertai jika dalam pengungsian akibat perang atau ancaman perkosaan penjahat (begal kecu garong). Si Mbok juga adalah pengabdian seumur hidup. Terkadang ia sudah menjadi employee sebelum gusti raden ajeng dilahirkan, menyertainya melewati masa puber, menikah, punya anak bahkan mungkin berpindah boss ke generasi berikutnya.

Jadi tugas utamanya memang pembantu umum. Dalam pergerakan sosial, ketika aristokrat masih membawa peran mbok emban dalam masyarakat modern, perannya ini dianalogikan dengan 'pembantu' atau batur atau rewang. Bahkan kita masih memanggil si Mbok pada pembantu rumah tangga yang sekiranya berusia jauh diatas kita. Sebagai bentuk penghormatan. Bukti masih ada keterikatan sejarah. Bukti kita masih ingat peran mereka ratusan tahun silam.

Mbok Emban menjadi jarang diucapkan, menjadi hanya si mbok saja. Inipun sebenarnya menegasikan Mbok Emban dengan menunjuk 'si' yang lebih terasa orang ketiga, bukan sedulur, atau bagian dari keluarga. Ia tidak lagi sedekat dulu, tidak lagi mempunyai nilai kesetiaan tinggi, pengabdian seumur hidup. Saat ini Mbok Emban lebih sebagai sebuah hubungan juragan-batur kapitalis. Jadi fungsi-nya saat ini diambil alih oleh Maid atau apalah namanya dengan embel2 kontrak kerja dan gaji.

Walaupun secara sosial Mbok Emban itu adalah terendah (itu jika kita menganggap kasta Jawa masih berlaku : kastriyan merujuk working class dan pembantu, buruh, uneducated sebagai the bottom class), tapi karakternya selalu ditunggu dalam pentas kethoprak. Sebabnya? ia adalah ice breaker, membuat karakter tuan putri yang boring (yang sok njelehi tenan) jadi lebih menarik, apalagi jika ada sparring partner pembantu laki2 yang sama2 ndagel alias melucu abis. Seperti karakter Punakawan dalam jejer wayang kulit. Tidak mengambil peran penting tapi sangat dinantikan kemunculannya.

Saya merindukan karakter Mbok Emban, atau saya kangen main kethoprak ya? plis deh hilangkan sinetron dan ganti kethoprak aja deh.

ps : gambar diambil di Imogiri, dengan pakaian yang menunjukkan sangat sederhana. Mirip dengan Mbok Emban, hanya untuk dandanan kemben atasannya sedikit beda.



Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home