Saturday, January 17, 2015

Onroad Praha Dec 2010: Jika Bohemia adalah Musik, Tragedi dan Kafka

Tulisan ini muncul pertama di Milis Indobackpacker 5 Desember 2010 sebagai seri dari perjalanan TranSiberia Bagian Praha. 

picture courtesy from National Library of Israel taken from NYTimes here

Perjalanan kereta panjang saya berakhir di St. Petersburg. Godaan untuk melanjutkan Eropa Timur dengan kereta begitu besar. Tapi saya putuskan untuk menunda, dan memilih Praha sebagai persinggahan terakhir dengan pesawat sebelum mencapai London.

Seperti halnya St. Petersburg, setiap orang yang saya tanyai selalu merekomendasikan Praha (saya lebih suka memanggil dengan Praha ketimbang Prague, sesuai dengan pengucapan asli). "Pokoknya kamu bakalan jatuh cinta sama kota ini" begitu promosi seorang teman. "Mengunjungi Praha adalah keharusan untuk memahami budaya Barat" kata seorang kawan penyuka seni dan penulis. Saya putuskan membuat kesimpulan sendiri dengan membuktikannya. Sesampai di kota ini via bandara Warsawa Chopin sebelum menyentuh bandara Ruzyne, saya disambut malam berkabut. Kendaraan yang menuju tempat menginap saya melintasi jalanan sepi, kemudian menyeberangi sungai Vltalva, saya hanya ditemani kesenyapan kota ditelan hujan gerimis musim dingin.

Republik Bohemia

Begitu sampai di hostel, saya langsung menerjang gerimis dan gelap menuju pusat kota. Ternyata malam itu, 17 November adalah Day of a Struggle for Freedom and Democracy, hari yang menjadi sakral bagi Republik Ceko. Dua peristiwa besar terjadi pada tanggal yang sama, yakni 1939 ketika perlawanan terhadap Nazi dan 1989 ketika para pelajar melakukan demo besar2an menentang komunisme. Demo ini sering disebut Revolusi Beludru atau Velvet Revolution. Biarpun waktu menunjukkan pukul 9 malam, saya jalan sendirian di kota asing seperti Praha ini tidaklah menakutkan. Tram atau kereta listrik bahkan beroperasi hingga dini pagi. Soal keamanan, Praha sangatlah bersahabat.

Republik Ceko buat saya adalah asing. Saya hanya tahu Cekoslovakia, negeri pecahan Soviet setelah jatuhnya tembok Berlin 1989. Republik Ceko kemudian memutuskan putus dari Republik Slavia di tahun 1992. Sejarah panjang negeri Ceko dari Jaman Nazi Jerman hingga Komunisme Uni Soviet memaksa dua negara ini menuju arah yang berbeda. Kota Praha sudah berdiri sejak jaman Romawi hingga menjadi bagian dari dinasti Bohemia. Orang Praha sendiri lebih bangga menyebut dirinya Bohemians, yang banyak mengingatkan saya pada masterpiece nya Queen, Bohemian Rhapsody dari albumnya A Night in Opera.

Bicara opera, kota Praha adalah tempat kedua bagi Mozart. Tapi bukankah karyanya identik dengan kota Vienna? Disaat Wolfgang Amadeus Mozart popularitasnya memudar dan mulai dilupakan, Praha menawarkan apresiasi yang diharapkannya. "Meine Prager verstehen mich" begitu ujarnya atau 'My Praguers understand me', sebuah statemen yang menjadi kebanggan Bohemians hingga sekarang. Dua peninggalannya adalah Symphony No. 38 in D major atau lebih dikenal Prague Symphony dan karya opera Don Giovanni mengisahkan self-ego seorang bangsawan Italia. Jadi jika ada waktu sempatkan menikmati suguhan musik klasik yang banyak diselenggarakan di gereja-gereja kota Praha. Saya kebetulan diajak seorang kawan untuk menikmati konser Fire and Ice atau "Feuer & Eis" yang mempersembahkan musik untuk pegunungan di Kals am Grossglockner daerah Tyrol Austria. Berhubung diundang jadinya gratis manis :)

(Catatan: sebagian orang Bohemian masih bicara bahasa Jerman dan Slavik. Bahasa Jerman adalah peninggalan pendudukan Nazi era PD II. Berbeda dengan Russia, orang Ceko memilih huruf latin seperti negara Eropa Barat lainnya, bukannya huruf Cyrillic walaupun akar bahasanya sama. Negeri yang memakai bahasa Jerman seperti Austria berusaha menjaga ikatan 'historis' ini).

Gratis tak selalu kacangan

Atas rekomendasi hostel dan anjuran teman, saya mengikuti free tour jalan kaki di kota Praha hari berikutnya. Free? Gretong lagi? Yups! Ternyata tur ini tersebar di kota-kota besar Eropa seperti Amsterdam, London, Munich, Paris atau Madrid. Ciri khasnya mudah. Temuin aja mereka yang berkaos merah menyala dengan tulisan "New Europe -Sandemans". Di Praha, meeting point di Astronomical Clock atau di hostel tempat saya nginap, Mosaic House. Karena hujan, saya memilih menunggu di hostel. Guide saya hari itu adalah Justin, muda dan sangat entertaining.

Yang membuat tur gratis ini sangat direkomendasikan Lonely Planet: Europe on Shoestring adalah muatan didalamnya. Mereka menyebut konsep konten ini sebagai 'infoteintment' atau membuat informasi sejarah kota menjadi menarik. Satu hal yang saya sukai adalah di Praha dilakukan dengan berjalan kaki dalam durasi 4jam (udah termasuk break di sebuah cafe untuk menghangatkan diri. Harga makanan yarwe alias bayar dhewe'). Dalam lingkup waktu segitu, saya dibawa ke sudut2 kota Praha, dari kota tua yang sepenuhnya khusus pejalan kaki (pedestrian) hingga ke pemukiman Yahudi. Dari sejarah berdirinya Praha, perang agama Kristen Protestan-Katolik era 'Defenestrations' (atau bahasa lugasnya melempar seseorang lewat jendela), pendudukan Nazi dan Soviet hingga pergerakan mahasiswa Jan Palach di tahun 1969. Buat saya, tur gretong ini sangat membuka mata tentang proses panjang sebuah Republik Ceko dengan jati dirinya sekarang.

Free tour ini bersifat tips based. Jadi jika ngerasa terkesan dan berterimakasih dengan si guide, cukup memberikan tips semampunya. Besar kecil akan diterima. Sebuah konsep baru yang menurut Justin adalah membekali setiap traveler dengan kesan dan informasi mendalam tentang sebuah kota tanpa memperdulikan apakah ia budget atau high-end traveler. Setuju bangets!

Menjadi Seorang Kafka

Saya memutuskan melanjutkan jalan sendirian dengan melewati jembatan Charles. Hujan masih saja menyertai saya, dengan suhu yang tidaklah dingin. Di seberang kota tua adalah Kastil Praha. Saya menikmati betul
jalanan di kota Praha. Tiap jengkal adalah mosaik batu yang solid, bentuk struktur pavement yang tidak lazim di era modern.

Di sudut jalan saya menemukan Museum Franz Kafka. Ia adalah penulis novel legendaris Praha berbahasa Jerman. Saya sendiri kesulitan menikmati karyanya. Ada yang menyebut surealis, penuh kiasan dan dingin. Sebuah ironi dari realitas. Kafka sendiri adalah seorang pengacara yang membuatnya menjadi sosok yang terpasung, sehingga membuatnya berimajinasi. Liar dan terkadang tak mudah dipahami.

Museumnya sendiri mencerminkan pribadi Kafka. Dibuat gabungan antara karya instalasi, multimedia dan informasi tentang kisah hidupnya. Proses psikologis yang memunculkan karyanya. Dan bagaimana kota Praha menjadi awal inspirasinya. Salah satu adalah The Castle (Kastil) yang mencerminkan mitos, misteri dan absurditas. Banyak yang mengira, Kastil di Praha adalah sumber novelnya. Franz Kafka adalah Praha, dan
Praha adalah Kafka.

Jika ingin mengungkapkan Praha dalam tiga kata, saya akan menyebut musik, tragedi dan kafka. Tapi bukan berarti Praha adalah kota dengan masa depan yang suram. Sebaliknya, Republik Ceko adalah bagian Eropa Timur yang paling baik, bahkan melampaui Eropa Barat. Ceko adalah negara bekas Soviet yang paling maju dibandingkan negara-negara tetangga, ataupun Slovakia mantan pasangannya. Betul menurut seorang kawan. Saya akan jatuh cinta pada Praha.


Catatan kaki dan tautan:
1. Saya nonton Don Giovanni lewat televisi oleh San Francisco Opera. Kesan saya: dibuat kolosal dengan cerita seorang playboy yang berakhirtragedi. Video klipnya disini http://sfopera.com/opera.asp?o=246

2. Bohemian Rhapsody nya Queen mempunyai karakter seperti opera. Panjang banget untuk ukuran sebuah lagu dengan cerita tragedi didalamnya. Tentang seorang yang mengaku melakukan pembunuhan. Bagaimana proses karya ini ada di seri dokumenter BBCThree via Youtube: The Story of Bohemian Rhapsody
http://www.youtube.com/watch?v=qtrhcECdItk

3. Hostel di Praha: St. Christopher at Mosaic House atau disingkat Mosaic House. Sangat rekomen karena akses subway yang mudah, masih kinclong dan desain didalamnya yang okeh. Ada live music setiap weekend. 5 menit dari stasiun Karlovo Namesti atau 20 menit jalan kaki menuju Od Town. Tautan di Hostelworld disini http://tinyurl.com/3ypfp44

4. Saya tidak bisa menemukan bahasa Indonesia untuk 'Defenestrations' di Praha (Defenestrasi?). Kisahnya bisa dibaca disini http://en.wikipedia.org/wiki/Defenestrations_of_Prague

5. Sandeman's New Europe Free Tours- 14 kota: http://www.neweuropetours.eu/

6. Museum Franz Kafka: http://kafkamuseum.tyden.cz/




Labels: , , , , , ,

1 Comments:

At January 18, 2015 at 11:47 PM , Blogger Unknown said...

Keren ambar

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home