Nenekku seorang feminist
photo lama
Salah satu misiku pulang kampung adalah mencari foto2 keluarga lama. Inginnya membuat silsilah keluarga walau nampaknya agak mustahil setelah mbah putri kena stroke dan ngga bisa bicara. Apalagi surat-surat penting jaman kakek buyutku udah entah tersebar dimana-mana. Akhirnya hanya bisa mewawancarai mami dan babe juga paklik Hari terutama tentang masa kecil mereka.
Foto diatas adalah dari pihak ibu. Karena mereka lebih rajin difoto. Itu adalah mbah kakung Kamsir dan mbah putri dengan kelima anak. Mamiku paling gede, juga cewek sendiri (itu ada anak kecil di kanan atas yang pake rok sebenarnya laki-laki...yang sekarang jadi tentara...hua..hua..hua Pak Ipi). Sebenarnya ketiga anak pertama adalah dari first marriage dengan mbah di Jawar yang meninggal February lalu. Perceraian itu jarang diomongin dalam keluarga. Mungkin tabu atau apalah. Aku aja tahu ketika udah SMA. Bahkan banyak sepupu dan adikku yang ngga ngerti hingga hari itu mami berkisah. Mami bilang, ia sendiri yang bertanya ke kedua belah pihak. Jadi kupikir versi inilah yang paling objective.
Awalnya mereka dijodohkan oleh mbak buyut kakung setelah melihat mbah Jawar yang pekerja ulet. Ketika itu mereka masih di Surabaya dan mbahyut kakung membutuhkan backup untuk mengurus industri kulitnya. Cuma ternyata mbah Jawar ini orangnya moody banget dan ada kecenderungan depresi. Nenekku yang udah punya anak tiga langsung mengambil alih dengan berdagang (menjahit baju dan dijualnya kepasar). Ini berlangsung hingga beberapa tahun hingga pindah ke Magetan.
Karena kondisi ini beberapa orang menyarankan nenekku untuk mengajukan cerai. Yah saat itu kan susah meminta cerai apalagi ini dari pihak perempuan. Kebetulan nenekku berkenalan dengan seorang staff KUA yang menjelaskan tentang hukum pernikahan. Jikalau ngga menafkahi dalam beberapa tahun (lupa tepatnya) bisa mengajukan cerai. Saat itu mbah Jawar enggak mau menandatangani surat cerai itu karena ngakunya masih cinta. Tapi mbah putri ngakalin, katanya ini hanya cerai koq suatu saat bisa balik.
Hingga sekarang story itu berubah macem-macem. Ada yang karena mbah Jawar dari keluarga ngga punya jadi diceraiin mbahyut kakung de el el. Semuanya boong. Ini versi benernya. Walau mbah Jawar hingga sampai akhir hayat ngga menikah lagi tapi sering mengakui bahwa beliau masih cinta nenekku. Wah ! Susahnya lagi semenjak perceraian itu ngga ada foto dari mbah Jawar ini walau beliau adalah kakek sedarah aku.
Sedang mbah putri menikah lagi setelah menjanda lebih dari 6 tahun dengan seorang perjaka tua bernama Kamsir. Darisana lahir dua anak lagi. Hingga itu nenekku tetap aktif bekerja. Nenekku ini karakternya keras banget. Mungkin ditempa masa kecilnya yang udah ditinggal ibu dan harus mengasuh adik2nya. Ini pulalah yang kupikir mendorong beliau mengambil langkah ektrem dengan mengajukan cerai. Alangkah langkanya di era itu.
Labels: indonesia
2 Comments:
rajin banget euy kumpul2in silsilah.. two tumbs up! Kalau aku masih punya opa, blio selalu menyemangati cucu2nya me-runut2 silsilah keluarga.. sayangnya gak sempet2 juga kumpul2in foto, apalagi bikin diagram silsilah..:)
oya, ttg pelecehan di kantorku itu akhirnya si bapak ganjen bikin surat permintaan maaf ke semua cewek.. padahal mestinya kan dia dipecat yah ( maunya gw ) tapi toch korbannya juga diem2 aja yah sutralah..
enggak rajin, tapi who else kalo ngga kita. Soalnya udah susah nanyain ke nenek kakek karena banyakan udah meninggal. Terkadang ada cerita lucunya loh !
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home