Friday, April 8, 2005

Travel Tips Backpacker Sendirian : Asyik Ngga Ya ?

Copyright Mark Moxon, published with permission



"Jalan sendirian ya ?" tanya seorang pelajar diatas kereta dengan nada bersahabat. Jawabannya antara iya dan tidak. Aku ini memang jalan sendirian tapi bersama dua kawan di gerbong lain, kami ini sedang menuju Varanasi. Pertanyaan tadi membuat aku merenung lagi.


Chris dan Martina, kawan seperjalananku sangat menyenangkan. Mereka melihat kesemerawutan India dengan guyonan Irish yang khas. Mereka juga tampak menikmati bacpackeran di India, meski dengan waktu jelajah yang hanya satu bulan. Ternyata ada perbedaan yang cukup mendasar antara jalan sendiri dan backpaker bersama kawan. So inilah pendapat pro dan kontra tentang backpakeran rame-rame.

Enaknya Jalan Bareng dengan Teman

Kalau kamu jalan dengan temen tentu bakalan sharing pengalaman. Itu asyiknya. Meski kamu terbiasa jalan sendirian tapi paling asyik ngobrolin nostalgia dengan teman-teman. Ini yang ngga didapat dari backpacker sendirian. Walaupun kamu punya travelogue/catatan perjalanan misalnya.

Temen itu penting, terutama pas acara makan. Bisa jadi saat-saat begini terasa banget kalau jalan sendirian. Kalau ngga ada temen, acara makan jadi membosankan. Ketika abis makan tentulah sembari duduk bareng semeja sambil bercerita sana sini, menertawakan kekonyolan kita atau teman kita. Juga mengingatkan akan kebodohan kita. Terkadang aku ketemu temen hanya saat makan, tapi punya kawan seperjalanan itu lebih asyik lagi. Terutama disaat membunuh rasa bosan.

Kalau lagi sakit dijalan, atau ransel kamu dijarah maka punya temen jalan itu cukup membantu. Bukan hanya nambahin semangat tapi juga menguatkan diri di saat mengalami kesulitan begini. Kalau kamu sendirian ada dua kemungkinan yang bisa terjadi : menyesal dan balik kanan atau maju terus. Tapi dengan adanya temen bisa jadi kita melihat kejadian dengan lebih bijaksana. Ini tentu mengingatkan bahwa kejadian apa saja bisa terjadi dimana saja.

Terkadang temen seperjalanan backpaker juga temen kalo pulang. Terus-terang aku ngga tahu apakah temen seperjalanan pulang itu asyik apa ngga. Soalnya aku ngga pernah balik dari backpakeran dengan teman yang sama. Tapi seneng aja kalau ketemu teman yang sudah kerja dan hidup mapan dan masih rindu untuk jelajah jalanan lagi.

Temen jalan juga membuat traveling jadi ringan. Kalau lagi kehausan ada kawan yang bersedia mencarikan minum. Juga banyak banget manfaat praktis yang didapat. Misalnya jagain ransel kalo salah satu pergi ke toilet atau gantian ngantre tiket. Hal-hal sepele begini yang biasanya bikin susah kalo jalan sendiri.

Alasan lainnya adalah biaya. Dengan rame-rame biaya jadi ringan. Mulai dari hotel atau masalah makan. Ini tambah asyik lagi kalo temen seperjalanan kita ngerti soal makanan. Terutama kalau ingin bereksperimen dengan makanan yang belum pernah dengar atau lihat. Daripada pesan makanan mahal berakhir dengan setengah isi piring dibuang.

Asyiknya punya temen jalan lainnya adalah ngomporin pergi ke suatu tempat menarik atau nyobain sesuatu yang ngga terlintas di benak sebelumnya. Kalau kita jalan sendirian dibutuhkan semangat dan kemauan tinggi. Terutama menghadapi kekecewaan karena tempat yang kita singgahi ternyata ngga ada menariknya. Temen jalan biasanya bisa memahami keadaan dan bahkan memberikan simpati jika diperlukan.

Kalau kamu cewek yang ingin backpakeran di negara yang didominasi laki-laki bakalan ada kendala yang cukup merepotkan. Enaknya kalau kamu dicuekin. Susahnya kalau kamu diperlakukan seolah ngga pantas jalan sendirian di negara asing dan baiknya pulang kampung aja ngurusin keluarga Aku jelas ngga bisa cerita (karena aku cowok), tapi aku ketemu banyak temen cewek yang enjoy backpaker sendirian. Cuman khusus untuk cewek sepertinya harus berhati-hati dengan kemungkinan kendala di jalan. Terutama di negara-negara yang tidak terbiasa melihat perempuan jalan sendiri.

Ngga Enaknya Backpakeran Sama Teman

Paling sebel kalo saatnya bayar makan, siapa makan apa dan siapa tadi minum jeruk dua dsb. Enaknya di India kamu bakalan menemukan restoran yang bersedia memberikan nota terpisah.

Dengan temen kita jadi membuat keputusan bareng dan biasanya aku cuma tahan dua mingguan. Banyak pasangan jalan yang jalan sendiri-sendiri dan cuma ketemuan di saat makan malam. Tapi kalau terpaksa mungkin akhirnya pisahan dan jalan sendiri. Menurut aku dengan jalan sendiri aku menemukan kebebasan. Bebas menentukan kemana akan pergi atau kapan aku harus meninggalkan suatu tempat. Aku ngga tahu apa bisa tahan backpakeran bareng temen di seluruh jalur perjalanan.

Susahnya kalo kita pisahan dan janji ketemuan malam harinya adalah masalah molor alias jam karet. Ini yang paling kerap terjadi terutama kalau hanya salah satu yang pegang kunci hotel padahal kamu lagi buru-buru pengen ngambil barang. Solusi paling mudah adalah meninggalkan kunci di frontdesk atau membuat duplikat. Ini lumayan menghemat energi.

Kalau kamu punya temen yang maklum dengan kebiasaan jelek kamu misalnya tidur ngorok atau kaki kamu yang bau maka ini cukup membantu terutama kalau harus tidur sekamar atau gantian kamar mandi. Jika kamu terlibat konflik dan putus asa, kalau kamu percaya diri gampang aja untuk meninggalkan kawan seperjalanan. Terutama kalau kamu ngerasa itu bukan sepenuhnya kesalahan kamu. Tapi kalau kamu sendirian, kamu harus belajar mengalahkan amarah. Memaki-maki penduduk setempat sungguh tidak disarankan. Kamu harus bisa segera menanggulangi rasa marah, menyadari kekurangan dan kesalahan, berpikir logis dan akhirnya bisa menertawakan kekonyolan sendiri. Ini yang biasa aku lakukan kalau aku sangat kesal. Kemampuan untuk "anger management" ini ngga bakalan aku dapat kalau aku jalan dengan temans.

Kalau kamu punya teman tapi ngga punya rencana yang mapan kamu ngga bakalan bisa menikmati jalan itu sendiri. Inget ngga karakter dalam Jungle Book-nya Disney tentang perjalanan tanpa perencanaan:
"Kamu mau ngapain?"
"Ngga tau, trus kamu mo ngapain?"
"Tau', kamu sendiri mo ngapain?"
begitu seterusnya sampai matahari bergeser di peraduan dan hari berlalu.


Memang lebih gampang ngumpul dengan teman tanpa melakukan apapun. Tapi kalau kamu sendiri, bisa jadi ini menjengkelkan kalau ngga ada rencana jalan apapun (walau terkadang asyik juga..). Jadi butuh motivasi kuat untuk memulai perjalanan. Ngumpul bareng temans membuat kamu jadi sedikit malas. Hasilnya : ngga banyak yang dilihat kalau kamu dengan temans dibanding jalan sendiri.

Sebenarnya kalau kamu jalan sendiri, ngga bakal kesepian. Pasti ada aja yang nanya di jalan. Atau kamu yang memulai bertanya. Ini yang ngga mungkin terjadi kalau kamu dalam berombongan. Komputer-ku isinya penuh dengan percakapan dengan orang yang aku temui. Dari orang yang bertanya tentang apa yang sedang kulakukan hingga menjadi sebuah percakapan yang ngalir begitu saja. Banyak banget penulis yang membawa piranti kemana saja mereka pergi dan bisa membiayai perjalanan selama tiga tahun dengan menulis kisah perjalanan.

Kesimpulan

Ngga ragu lagi kalau buatku lebih asyik jalan sendiri. Kadang aku heran gimana asyiknya jalan dengan berombongan. Tapi ini berarti orang bakalan ngeliat aku ini ngga waras. Sekali lagi ini tergantung yang mana yang kamu sukai. Berikut hal-hal yang bisa jadi pertimbangan kamu :

Asiknya jalan sendiri

  • Kamu adalah pembuat keputusan, bukan orang lain.
  • Gampang ketemu dengan penduduk lokal. Jalan berdua biasanya jarang disapa, tapi kalo jalan sendiri pasti kamu diajakin ngobrol.
  • Kalau kamu sakit, ngga bakal muncul rasa bersalah karena ngeganggu rencana perjalanan orang lain
  • Kamu bisa tinggal di hotel paling murah atau paling jelek sekalipun atau bahkan paling mahal.
  • Kamu bakal nemuin hal yang asyik dari kamu sendiri. Rasanya lebih gimana gitu..
  • Ngga ada sakit ati-nya. Jalan dengan kawan adalah nge- test persahabatan itu sendiri. Terkadang rada berat terutama jika itu kawan dekat.
  • Kalau lagi enjoy maka kamu menikmati sepenuhnya
  • Aku milih ini
Ngga asyiknya jalan sendiri
  • Resiko tanggung sendiri
  • Kadang kamu merasa sendirian, terutama di tempat yang banyak turisnya. Juga di tempat yang ngga ada orang sama sekali.
  • Ngga ada yang bantu ngambilin obat, segelas air atau memberikan simpati.
  • Sharing biaya hotel membuat ngga nyaman terutama di negara2 Barat (ada aturan ketatnya)
  • Susahnya ngambil photo sendirian atau minta tolong penduduk yang mungkin belum pernah memegang kamera
  • Ngga ada temen berbagi juga ngga ada temen makan atau minum
  • Kalau kamu lagi "down", ngga ada yang bangkitin semangat
  • Kamu mungkin enggak milih ini

also on website Indobackpaker


Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home