Wednesday, October 8, 2008

Bandara Lukla di antara jejeran Himalaya



Kabar jatuhnya pesawat Twin Otter Yeti Airlines di bandara Lukla hari ini (8 Oct 2008) membuat saya tersekat. Delapan belas orang meninggal termasuk beberapa calon trekker Everest area. Tercatat 12 orang dari negara Jerman dan 2 orang Australia berikut penumpang lokal dan kru pesawat. Pesawat kecil ini jatuh kemudian mengalami kebakaran ketika mencoba mendarat di bandara mungil tepat di punggung pegunungan daerah Khumbu, Himalaya Nepal. Cuaca buruk menjadi alasan utama, terutama kabut tebal yang acap menjadi penyebab.

Siapapun akan menahan nafas jika akan mendarat disini. Lukla adalah pintu gerbang bagi yang ingin menjajal puncak Everest dari sisi Nepal, dan juga bagi yang sekedar ingin trekking hingga Base Camp. Jaraknya sekitar 80 miles (129km) dari ibukota Kathmandu dan sekitar 40 miles (64.5km) dari gunung tertinggi dunia itu. Yang bikin miris adalah pada ketinggian 2,860 m, kemiringannya yang hampir 20% panjang hanya 527m dan lebar 20m ditambahi kabut tebal yang selalu datang membuat kombinasi yang berbahaya. Bandara Lukla merupakan warisan dari perlombaan menaklukan Everest pada awal ekplorasi di abad 20. Ketika Hillary dan Tenzing membawa bendera GB ke puncak (1953), bandara ini kemudian mengalami perubahan besar setelah program pembangunan sekolah di daerah terpencil. Sebuah program yang dilaksanakan Hillary sebagai wujud terimakasih untuk penduduk Himalaya.

Ketika penerbangan saya dibatalkan karena faktor cuaca saya menggerutu. Sudah check in dan lewat pemeriksaan segala, plus gotong2 barang. Satu jam ditambah 2 jam menunggu kabar apakah kabut menghilang. Hingga pukul 10 pagi jelaslah bahwa kami batal terbang. Reputasi penerbangan ini yang sangat temperamental disertai layanan yang 'seadanya' membuat kesabaran ekstra. Peringatan pertama yang saya hadapi di Everest Trekking adalah bakal menemui ujian sabar di penerbangan Lukla. Jelas ini disampaikan Stan Armington di buku LP. Tenang...sabar...sabar. Masih ada hari esok.

Pagi berikutnya barulah kami bisa mendapat tiket. Jangan ditanya gimana caranya. Pokoknya maen gontok2an dengan operator trekking yang besar. Maklum dengan independen membuat kami kudu bawa beban sendiri, termasuk alat2. Terbang dengan Twin Otter menuju Lukla adalah pengalaman yang tak terlupakan. Walau hanya sekitar 40-45menit tetapi penuh dengan view menakjubkan. Jika bisa, cobalah pilih kursi di sebelah kiri. Hampir semua jejeran gunung terlihat jelas : Lhotse, Makalu, Everest.

Karena kecil Twin Otter biasanya hanya ada pilot, co pilot dan satu kru yang duduk paling belakang. Pramugari cantik ini menggunakan pakaian tradisional penduduk suku di Himalaya seperti celemek dengan warna cerah. Mukanya yang lebih putih pucat menunjukkan ia dari suku
Gurung atau Tamang. Jarak antara pilot dan penumpang hanya sedepa, membuat kita bisa tahu apa yang sedang dilakukan kru. Tidak banyak pelayanan makanan, hanya beberapa kembang gula yang jika dikulum amat membantu mengurangi efek blok di telinga karena high altitute.


Penerbangan hanya bisa dilakukan pagi hari mulai pukul 7 hingga maksimum pukul 12. Jadi begitu cuaca baik, bergegas penerbangan ke Lukla jadi supersibuk. Dalam satu jam bisa 2-3 pesawat, baik take off dan landing. Beruntung kami dapet pukul 9, setelah gagal mendapatkan paling pagi.

Dalam 40 menit itu antara cemas, exciting dan keingin tahuan bercampur menjadi satu. Saya ini termasuk takut terbang. Ingatan saya selalu kepada Louise dan Belinda Hillary (istri dan putri bungsu Sir Hillary) yang tewas dalam kecelakaan pesawat di Kathmandu menuju Lukla tahun 1975. Deru-nya yang memekakan telinga dan guncangannya membuat konsentrasi pecah. Seorang kawan seperjalanan dari Inggris membilang, "Have a fun". (Yang saya kutuk habis karena tentu ia melihat wajah saya yang pucat). Tapi begitu pemandangan jejeran gunung Khumbu di depan mata, rasa takut tadi menguap entah kemana. Berganti wow, ah, dan decak kagum. Kabut rupanya menyembunyikan gunung dalam pelukannya, membuat kita yang berada di udara menikmati bentuk gagahnya.

Tigapuluh lima menit kemudian, sang pilot memulai atraksi landing. Bandara Lukla terlihat jelas, ia kemudian menambah kekuatan mencapai ketinggian 3000an kaki. Dari jauh, bandara kecil yang sudah di aspal ini terlihat lurus saja, tepat di bibir tebing. Saya ngga berani melihat, pandangan saya alihkan ke kanan kiri sembari menggengam kursi menggumam doa. Penumpang yang lain bersikap sama, kecuali satu orang di belakang yang menikmati tidurnya sedari take off di Kathmandu. Seat belt dikencangkan walau dari bentuknya saya sangsi bisa menyelamatkan saya. Deru pesawat makin kencang membuat saya menyesali kenapa ngga minta kapas penutup telinga.

Begitu menyentuh aspal, saya lega. Twin Otter sedikit berguncang hingga stabil menuju sudut parkiran yang hanya bisa menanmpung empat pesawat. Dua orang kawan penumpang dari Jerman bertepuk tangan sembari membilang, "What a skill". Meski pucat, saya setuju sepenuhnya.




Berita lengkap: Everest plane crash kills 18, including German and
Australian tourists di Times Online

Buku Lonely Planet Trekking in Nepal Himalaya 8th Edition oleh Stan
Armington $13.59

Airlines yang melayani Kathmandu-Lukla
Royal Nepal Airlines http://www.royalnepal-airlines.com
Yeti Airlines http://www.yetiairlines.com/
Agni Air (frekuensinya jarang)

Harga tiket one way Kathmandu-Lukla US$92 (beli lewat agen di
Kathmandu).

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home