Wednesday, March 21, 2007

Belajar Turun Gunung 2 : Ngglundung...Mabur...nDlosor...Ngesot



Saya sudah memperkirakan bahwa hari pertama belajar turun gunung akan banyak jatuh. Tempat belajarnya adalah di sebuah sudut kecil bagian Nevada side di Heavenly Ski. Hari itu ada sekitar 8 orang dan dipastikan belum pernah mencoba skiing.

Karena terlalu pagi saya diberi tips pendahuluan. Bagaimana nyetel sepatu, bagaimana menempatkan posisi ski di tanah datar atau landai, kaki mana yang dimasukkan lebih dulu dll. Barulah 20 menit kemudian kelas dimulai. Instruktur saya namanya Ian. Ngaku orang Amerika. Dari kata pembuka saya sudah agak nek. Ia membanding-bandingkan ski resort Eropa dengan Amerika sekaligus membanggakan diri mempunyai metode terbaik. Saya ngerasa agak kena. Karena jelas ia langsung mengenali saya tidak berasal dari US dengan melihat jaket gunung yang saya pake bermerk Berghaus (bukan The North Face atau Helly Hansen). Sesuatu yang tidak bisa dibeli di US.

Dalam 2 jam pertama ia mengenalkan basic-basic skiing dengan menggebu-gebu. Diselingi belajar bergerak statik menaiki/menuruni bukit tanpa meluncur. Hingga berikutnya kami diminta mencoba meluncur ke bawah dengan kelandaian yang ngg gede. Lha bisa...Begitu seterusnya hingga waktu menunjukkan pukul 1245 selesailah klas pertama. Saya kecewa.

Lha kok cuma segitu. Mark yang nyanggong saya juga menampakkan kekecewaannya. Akhirnya setelah lunch break saya minta dia mengajari private (gratis tentu) di sesi tambahan. Yang jelas saya punya modal nekad, cuma yang diperlukan adalah mengontrol kenekadan itu. Salah satunya ya menggerakkan kaki.

Dalam ski mencondongkan tubuh ke bawah sembari belok adalah cara berhenti yang ampuh. Tapi kan susah karena badan ke depan biasanya tanda jatuh. Logika pergerakan saya harus dirubah total. Susah sekali. Mau bergerak ke kanan, pakai kaki kiri. Mau ke kiri pakai kaki kanan. Tak ayal saya sering nglundung atau ndlosor untuk nyetop. Lah daripada nabrak pohon pinus segede gaban.

Cara pendekatan ski saya dan Mark juga beda. Ia lebih suka speed. Makanya klo saya meluncur banter senangnya bukan main. Sedang pendekatan saya lebih suka control. Makanya kalo meluncur kenceng saya panik dan ketakutan. Berakhir ngesot atau ambruk. Weks...untung posisi jatuh dengan kaki sejajar, kalau enggak walah melintir-lah nanti. Mark juga mendesak mencoba lift chair di Easy Ride. Paling mudah katanya. Semprul.. lah iya buat si expert guampang, lah buat aku..

Hari kedua beruntung saya tidak dengan mas Ian lagi, tapi dengan seorang baya dari Spanyol. Kawan angkatan saya ada 4 orang. Kami dicuba menaiki lift chair. Itu semacam gondola tapi hanya kursi terbuka. Begitu turun dari kursi langsung meluncur. Saya jatuh. Padahal kemaren saya nyoba berakhir dengan sukses. Ini membuat saya jadi nerveous selama lesson. Akibatnya menuruni sedikit terjal saya lepas kontrol. Daripada patah kaki saya minta belajar ke level 1 lagi.

Kali ini saya diajari mas Lewis dari Inggris. Lah yang ini enak banget dan jelas. Ia juga mengajarkan teknik belok tanpa menggunakan tekanan kaki, hanya dengan membelokkan ujung ski. Saya juga diminta enggak menggunakan tongkat. Mengandalkan keseimbangan tubuh sepenuhnya. Siang itu saya habiskan untuk megulang Easy Ride kembali hingga menghilangkan nervous dan membangkitkan percaya diri lagi. Skii ditutup pukul 4 sore, jadi selepas itu saya ingin membatalkan kelas keesokan harinya. Mending diajarin sendiri sajalah kata si expert.

Ternyata saya diusulkan mencoba wilayah ski lain yakni california side. Untuk kesana harus naik bis shuttle dari terminal kecil ngg jauh dari sta. gondola. Dari sini langsung menuju kawasan ski school yang sempit, jauh lebih kecil. Seperti biasa saya dateng paling awal, daripada nganggur saya main2 sendirian. Saya kali ini diajari Pak William yang sudah senior. Barengan saya 3 orang perempuan sebaya dan senior. Pak William ini sangat sabar dan menjelaskan satu persatu. memperbaiki posisi berdiri, gimana agar stabil, merubah arah dengan jalan, dsb. Dari keempat perempuan hanya tiga yang bersedia meneruskan easy ride. Naik lift chair kali ini saya sukses berkat tips dari Pak Williams yang sangat detail.

Bukit itu tidak tinggi tapi ada sisi yang tajam dan berbelok hampir 90derajat. Jadi kalau mau terus harus belok dengan cepat atau berhenti di tikungan. Saya memilih berhenti. Tapi selanjutnya ia mengajarkan menggunakan tekanan kaki untuk belok dan juga menjaga posisi tetap stabil. Condong ke depan berarti aman. Lah ...

Beberapa kali saya coba, kebanyakan sendirian karena Pak William ngecek kawan yang ngg ikut easy run. Beberapa kali ndlosor dan ngesot...terakhir malah parah karena kacamata dan muka kena salju. Weks dingin banget terlebih beberapa salju masuk ke bagian dalam tubuh. Ohya biarpun bersalju suhu lumayan hangat sekitar 15-18C. Kok ngg mencair. Iyah begitu siang salju menjadi lunak dan enak untuk dinaiki. Empuk...

Siangnya kembali saya naik ke bagian lebih atas mencoba rute beginners. Kali ini si expert mau mengajari mengontrol pergerakan tanpa speed. Kanan....kiri......kiri...kanan sampe ke bawah dengan selamat (maksudnya tanpa rekor ngglundung lagi). Begitu kami coba seharian. Hingga puas dan memutuskan pulang.

Kalau dipikir berapa kali saya jatuh? ngg keitung. Berapa kali sepatu saya copot dari ski? hmm mungkin 3-4 kali. Berapa kali kaki saya melintir ? cuma dua kali tapi sakitnya puoll...Ada yang luka? kaki memar bagian depan kena mulut sepatu, paha biru, bahu sakit, kaki kaku. Sampai sekarang.

Kesimpulan saya : turun gunung itu jauh lebih sulit, lebih berbahaya. Konsentrasi harus penuh. Kalau para skier itu kliatannya luwes banget, wah mereka udah bertahun tahun belajar. Minimal 3-4 taun. Sedang saya? wong baru 3 hari saja kok kementhus...

Vocabulary saya sendiri:
  • Ngglundung (java, kata kerja, active) : bergerak seperti roll, biasanya dari ketinggian tertentu
  • Mabur (java, kata kerja, active) : terbang ke udara, diasosiasikan dengan binatang atau benda. Exp : motor mabur (java, kata benda ) adalah pesawat terbang.
  • Ndlosor (java, kata kerja, active) : menggerakkan tubuh dalam posisi horisontal, mensejajarkan diri
  • Ngesot (java, kata kerja, active) : menggerakkan tubuh tanpa berdiri, menggunakan kaki dan paha sebagai tumpuan. Biasanya diasosiasikan pada bayi yang baru belajar jalan.
  • Kementhus (java, kata sifat) : besar kepala, merasa bisa.

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home